Terima kasih atas waktu serta sambutan hangatmu, Nona Raellyn. Aku dan suamiku akan dengan senang hati menerima undangan jamuan makanmu. Aku sangat berterima kasih juga mendengar fakta bahwa putraku Arnav mau menerima kami di rumahnya, meskipun harus aku akui bahwa aku cukup terkejut. Tapi, yang pasti aku sangat menantikan pertemuan kita kembali dengan suka cita.Salam,Chyntia.Ibu kandung Arnav. Ibu yang telah lama dia tak acuhkan keberadaannya. Perempuan yang telah dia buang dari lingkup hidupnya semenjak dia tahu penghianatan yang telah sang ibu lakukan pada ayahnya.Raellyn benar-benar sudah melanggar batasan dan tidak mendengarkan perintahnya dengan mengunjungi perempuan itu diam-diam bahkan sampai mengundangnya ke rumah untuk acara jamuan keluarga. Sebenarnya apa saja yang dia lakukan saat Arnav berpikir berulang kali tentang mengatakan kebenarannya kepada Raellyn atau tidak.Perempuan itu terlalu terburu-buru dan terkesan tidak sabar membuat Arnav jadi muak sendiri. Mengapa di
Meskipun Arnav setengah membentaknya dan begitu jelasnya dia menunjukan amarah, Raellyn tampak tenang-tenang saja.“Apa boleh buat, ini terjadi karena kau tidak memberiku pilihan,” tukasnya. “Aku tidak bisa mendekatimu sama sekali, kau memasang jarak denganku bahkan enggan untuk aku hampiri. Ada ketegangan diantara kita berhari-hari dan kau memilih membiarkan segalanya menggantung begitu saja tanpa ada ketegasan dan itikad baik darimu. Aku sudah mencoba berbagai cara untuk memperbaiki keadaan kita, melibatkan Mrs. Maddy, mendekatimu sendiri, berhenti dari pekerjaanku, mencoba mengubah diriku untukmu. Tapi tidak ada perkembangan apa-apa. Kau bahkan makin menutup dirimu sendiri dariku sejak aku menyatakan bagaimana perasaanku terhadapmu. Kau berharap aku bagaimana? duduk manis dan menantimu? Kau tahu betul bahwa aku bukan tipikal orang seperti itu,” tutup perempuan itu dengan tegas. Dia seolah tidak memberikan sedikit pun kesempatan bagi Arnav untuk masuk ke dalam pembicaraannya sebelum
Arnav memberikan sebuah ciuman terhadap istrinya dengan kuat, membuat Raellyn terkejut dengan seberapa cepat perubahan suasana hati yang terbilang mendadak tersebut.Intensitas ciuman Arnav di bibir perempuan itu menyulut gairah serta cukup menanamkan dan membuat hasrat yang telah lama di bendung kembali terpatik. Seluruh rasa itu dengan cepat menyebar memenuhi sekujur tubuhnya dengan mudah. Maka kini Raellyn tanpa perlu berpikir langsung membalas ciuman suaminya dengan intensitas yang sama, begitu membara seraya meremas rambut pria itu dengan kencang.“Oh yes!” desahnya ketika Arnav dengan kuat menarik gaun yang dia kenakan hingga terlepas ke bawah dengan begitu mudah. Seolah-olah gaun berpotongan rendah tersebut itu memang sengaja tercipta khusus untuk pemenuhan kebutuhan gairah Arnav yang telah lama tidak mendapatkan penyaluran. Karena hanya berselang beberapa detik saja dari sana, pria itu telah langsung mengulum puncak Raellyn yang telah mengeras hanya karena sedikit sentuhan uda
“Diam dan dengarkan aku secara seksama, Raellyn!” Titah Arnav seraya menggigit-gigit kecil bibir Raellyn yang berada dalam jangkauannya. “Kau masuk ke dalam hidupku begitu saja, menjungkirbalikan seluruh kestabilan yang ada ketika sesungguhnya aku sedang mencari seorang istri penurut yang bisa memberikan aku seorang putra.”Mendengar hal itu harapan yang baru saja tumbuh dari dalam diri Raellyn mulai menguap begitu saja bersama udara yang keluar dari dalam mulutnya. Sisanya hanyalah segenggam gumaman penuh derita yang dia gaungkan berikut sebuah kalimat umpatan.Arnav tidak mencintainya, dan dia tidak memiliki intensi untuk mengubah hubungan mereka menjadi cinta secara murni. Pria itu juga sepertinya tidak punya pikiran untuk memberinya sebuah balasan yang sepadan atas perasaan. Tapi memang bukankah sudah jelas akan begitu? Hanya Raellyn saja disini yang oleng hingga memutar balik jalannya yang pertama berdasarkan amarah menjadi sesuatu yang bernama cinta. Itu adalah hal yang tidak di
Arnav menyeringai ketika raut muka Raellyn sedikit berubah menjadi agak tegang, semua otot Raellyn mengencang termasuk bagian bawahnya. Hal tersebut tentu saja mengirim getaran nikmat pada bukti gairahnya yang masih terbenam di dalam. Raellyn sedikit menggeliat, dia berusaha untuk bangkit dan menjauh. Tapi Arnav tentu akan menjadi penghalang terbesar bagi perempuan itu. “Jangan bergerak!” Arnav menggeram, jari-jarinya kontan menancap pada pinggul sang istri dan membawanya kembali ke pada posisi terduduk kembali. Dia memangku Raellyn dalam kondisi miliknya masih berada di dalam. Sangat protektif. “Tidak! Aku—” Arnav menggelengkan kepala. “Dengarkan saja aku!” Dia mengerang ketika Raellyn bergerak-gerak, semakin nyaman di atas pangkuannya, menyukai sensasi yang mengalir deras dari Raellyn, memberinya sebuah gagasan baru dan juga pemahaman soal betapa dirinya teramat menginginkan Raellyn tanpa batas waktu. Meski sangat di sayangkan, sebab dia masih perlu menuntaskan pembicaraan seriu
Rombongan tamu yang terdiri dari seorang pria dan dua orang wanita di persilakan masuk oleh Mrs. Maddy ke dalam rumah. Mereka tampak diam-diam mencela ketika langkah kakinya di injakan di sebuah ruang makan yang berwarna hitam dan gold. Tamu pria, yang berusia kurang lebih memasuki kepala lima dengan tubuh yang cenderung gemuk, tampaknya merasakan ketidaksukaan penuh kepada Mrs. Maddy selaku kepala pelayan di kediaman Arnav. Sebab begitu Mrs. Maddy mengatakan pada mereka bahwa Arnav sedang tidak di rumah dia sedikit melemparkan lirikan protes. Sekalipun bukan selayaknya seorang tuan yang berani memperlakukan bawahan dengan kehinaan, tapi lebih pada seseorang yang tidak berdaya dan memohon pengertian. Dengan nada yang sedikit memohon pria itu kembali melirik ke arah istrinya yang adalah ibu kandung dari sang pemilik rumah. “Nah, jika benar yang dikatakan oleh kepala pelayan tidak-kah menurutmu sebaiknya kita pulang saja? maksudku, kita barangkali hanya akan mengganggu putramu karena ke
Pintu mendadak terbuka lebar di ambangnya, seorang pria dengan dandanan necis berdiri sambil mengamati para tamu yang telah duduk di kursi masing-masing dengan wajah yang sinis. “Mohon maaf semuanya,” ucap pria itu dengan cara yang sopan tapi nada yang bosan santer terdengar dan begitu jelas di telinga semua orang yang ada di dalam ruangan. “Saya tidak mengira bahwa saya akan memiliki tamu saat sedang pergi ke luar rumah, jadi apa lagi yang bisa saya dengar dari anda, Nyonya? George malang, apa kabar? Dan nona yang tidak saya kenal salam hangat. Ah, yang terpenting dari semua itu apakah saya melupakan sesuatu? Apa saya mengundang kalian kemari?”“Nona tak di kenal? Undangan?!” bentak Louisa selaku putri bungsu dari Nyonya Chyntia. Dia terlihat tidak suka dengan penerimaan yang di lakukan oleh kakak tertuanya.“Tidak, kami ke sini memang bukan karena di undang. Lebih tepatnya, Ibumu berinisiatif untuk kemari, sedangkan aku tidak bisa menghentikan keinginannya,” sahut George yang mendud
“Jangan di gubris, Nyonya Chyntia. Arnav hanya senang bergurau saja. Dia tidak bermaksud buruk. Dan Nona, tolong tenangkan dirimu. Saya harap tidak ada keributan yang terjadi di rumah ini.” Tanpa siapapun menduga, pintu yang tertutup rapat kini terbuka lebar oleh satu eksistensi. Ya, Raellyn yang tidak kuat mendengar segalanya dari luar menganggap bahwa sudah cukup baginya untuk hanya berdiam diri di luar. Dia tidak bisa membiarkan situasi yang seharusnya berakhir damai malah kian berlarut-larut.Arnav yang melihat istrinya kembali melanggar perintahnya sedikit mengerutkan kening, tapi di depan semua tamu yang dia anggap sebagai musuhnya secara alami pria itu tidak bereaksi lebih dan hanya berdiam diri. Raellyn memanfaatkan momentum tersebut untuk mengambil alih kendali.“Maaf terlambat untuk bergabung. Sebelumnya perkenalkan saya adalah Raellyn istri dari Arnav. Saya yakin sudah memperkenalkan diri kepada Anda Nyonya Chyntia. Selamat datang di kediaman kami. Saya yakin sekali suami s
Satu pekan kemudian, resepsi pernikahan digelar. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, karena Arnav telah menyerahkan seluruh urusan tersebut kepada wedding orgaziner terkemuka dan professional dibidangnya. Sehingga, meskipun serba dadakan tapi hasilnya terkesan seperti sebuah pesta yang telah direncanakan jauh-jauh hari dan ini lebih seperti pertama kalinya Raellyn dinikahi. Belum lagi keramaian ini juga karena ada beberapa wartawan yang meliput acara pesta dan bahkan disiarkan secara langsung. Memang benar pengaruh seorang Arnav bisa mengguncangkan layar kaca dan semua orang. Padahal ini hanyalah acara resepsi tapi makna yang terkandung di dalamnya terasa seperti sebuah pernikahan yang memang selalu Raellyn impikan. Seolah Arnav memang memahami betul dirinya dan Raellyn terkejut karena detail-detailnya sesuai sekali dengan pernikahan impiannya. Padahal obrolan mengenai acara resepsi hanya berlangsung sekali dan itu pun tidak terlalu mendalam karena mereka berdua langsung sibuk deng
“Tolong jangan merusak itikad baikku malam ini. Aku tidak memanggil kalian kemari untuk berdebat dan menuding istriku dengan sesuatu yang tidak masuk akal,” ujar Arnav yang seketika menghentikan perdebatan hanya dalam sekejap mata.Pandangan mata Sylvia berubah, wanita itu langsung menunduk begitu pula dengan adik Arnav yang baru Raellyn ingat bernama Louisa. Keduanya tidak mampu mengatakan sepatah kata pun dan kondisi meja kembali tertib.Raellyn memang sangat menyangkan situasi yang berjalan tidak seharusnya. Sebagai satu keluarga dan di dominasi oleh orang dewasa semestinya mereka memiliki pemikiran yang matang dan bisa menentukan mata yang pantas dan tidak pantas di lakukan. Toh, untuk apa pula berdebat dan mempermasalhkan hal yang tidak benar adanya? Menunjukan siapa yang paling benar dan pantas mendapatkan dukungan dan simpati? Cerita lama.“Nyonya Chyntia alasan aku memanggilmu kemari karena aku ingin minta maaf.”Semua orang di meja langsung menatap Arnav dengan pandangan tida
Seminggu berlalu sejak moment dimana Arnav bilang ingin meminta maaf pada Nyonya Chyntia dan ingin melepaskan beban masa lalu. Raellyn memang senang mendengarnya, tapi ketika hari dimana suaminya mengajaknya untuk melakukan sebuah pertemuan dengan sang ibu mertua saat itu pula pikiran Raellyn malah tidak tenang.Restaurant mewah yang mereka datangi malah membuat Raellyn dejavu. Suasana ini nyaris serupa dengan saat pertama kali dia bertemu dengan sang ibu mertua. Yang berbeda adalah dia tidak begitu mengenal ibu mertuanya saat itu dan punya tujuan untuk ikut campur bak super hero bijaksana. Tapi sekarang Raellyn hanya menjadi seorang pengamat dan dia tidak di perkenankan ikut campur sebelum Arnav menyelesaikan urusannya. Raellyn sekarang memang sudah berubah, dia sudah bisa memahami posisinya dan tidak lagi keras kepala seperti dulu. Maka beginilah yang terjadi dia menanti dengan sabar sebelum keluarga baru suaminya tiba.Kemarin, Arnav kembali menyinggung soal niatannya dan saat itu
Suara pintu dibuka dan sedikit mengejutkan bagi kedua insan di dalam ruangan ketika seorang pria paruh baya masuk kesana.“Paman,” panggil Raellyn begitu menyadari orang yang datang berkunjung adalah sang paman. Dia melirik kearah Arnav yang tersenyum kearahnya. Raellyn benar-benar terharu, dia pikir pria itu tidak akan membagi kabar ini kepada kerabat ataupun keluarga. Raellyn juga tidak memaksanya karena dia tahu pria itu sudah cukup sibuk dan lelah selama seharian kemarin. Makanya ketika dia melihat pamannya datang Raellyn senang bukan main. Keluarganya menjadi yang pertama mengetahui soal kelahiran putranya.“Dimana cucuku, Raellyn? Aku ingin melihatnya,” ujar sang paman dengan penuh pancaran kebahagiaan. Dia benar-benar menampakan sebuah ekspresi tak sabar untuk melihat cucunya. Perasaan bahagia itu tidak bisa dia sembunyikan setelah mendengar bahwa keponakannya baru saja melahirkan. Tentu saja pria itu langsung melesat ke rumah sakit tanpa perlu memikirkan apapun.“Ini cucumu, p
Operasi caesar telah usai dan berjalan dengan sangat lancar. Kini Raellyn dibawa menuju ke ruang pemulihan khusus dan dia berada di bawah pantauan tim dokter dengan sangat teratur. Tentu saja hal ini tidak lepas dari kuasa sang suami yang memberikan seluruh akses istimewa sehingga Raellyn mendapatkan perawatan secara paripurna. Infus masih terpasang di lengan kiri Raellyn selama istrinya itu masih belum bisa makan dan juga minum dengan sempurna.Arnav, dengan seluruh kuasa yang dia miliki juga meminta agar anaknya berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Raellyn. Hal itu tidak terlalu banyak menyita waktu karena memang bayinya sehat dan tidak membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.“Berapa lama masa penyembuhan istri saya, dok?” tanya Arnav, saat ini dia berada di ruangan sang dokter muda yang menangani persalinan istrinya.“Kurang lebih sekitar empat sampai dengan enam minggu untuk sembuh total dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya sangat menyarankan istri anda jangan sampa
Memasuki jadwal kontrol bulanan, di fase bulan ke sembilan. Raellyn seperti biasa di dampingi oleh Arnav kembali mengunjungi sebuah klinik yang telah di percayai untuk berkonsultasi mengenai kelahiran buah hati mereka pada dokter yang menanganinya. Bahkan Arnav sendiri juga sudah sampai pada titik melakukan reservasi sebuah kamar VVIP di sebuah rumah sakit untuk berjaga-jaga, karena dari yang dia ketahui melalui pengalaman asisten pria-nya terkadang kelahiran dapat terjadi secara tiba-tiba dan melenceng dari hari yang sudah di jadwalkan. Dalam hati terutama untuk Raellyn sendiri, tentu saja dia terkadang kerap kali di hantui oleh rasa cemas dan juga takut yang berlebih selama menantikan hari persalinan.“Arnav, aku tiba-tiba jadi merasa takut.”Arnav sendiri biar pun tampangnya terlihat tenang, tapi jauh di lubuk hati dia juga cemas bukan kepalang. Dia sangat khawatir kepada istri dan juga calon buah hati mereka. “Tenanglah, sayangku. Apapun yang terjadi nanti aku ada disampingmu.”Ra
Sayangnya sejak hari itu Arnav tidak pernah buka suara tentang apa yang terjadi. Arsene juga sudah tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Raellyn memang penasaran dengan apa yang terjadi, tapi untuk sekarang dia merasa tidak perlu mengulik atau pun mencari tahu. Dia sudah mempercayai Arnav dan tidak lagi meragukan dirinya yang dulu. Kedua pria itu pasti punya alasan, dan Raellyn tidak akan mengusik hal tersebut.Waktu sudah berlalu, menginjak bulan ke sembilan dari kehamilannya. Raellyn makin hari makin di manjakan saja. Sesungguhnya Raellyn hanya bisa berdoa agar dia tidak meleleh setiap paginya karena pria itu selalu saja punya cara untuk memanjakannya dengan penuh cinta. Apalagi saat perutnya dibelai sambil dibisiki kata-kata mesra. Ah… sungguh, apakah Arnav memang seperti ini? rasanya dia benar-benar seperti tokoh pria fiksi idamannya jika begini terus.“Raellyn sayang, bangun.”“Tidak mau.” Raellyn masih merasa sangat berat, semalam mereka bermain cukup lama. Ini karena Arn
Lita dan Raellyn kini asyik berceloteh ria di ruang tamu kediaman sang paman. Sepupunya itu langsung melonjak gembira begitu membuka pintu dan mendapati Raellyn ada disana dengan perut buncitnya. Padahal sedari tadi dia kata Sharon, Lita hanya menatap ponselnya tanpa memiliki niatan beranjak sedikit pun. Raellyn hanya terkikik mendengarkan celotehan adik sepupunya itu sambil sesekali Lita akan angkat bicara untuk menyanggah apa yang adiknya katakan. Reuni kecil setelah sekian lama memang membawa sedikit rasa nostalgia.Kini setelah ditinggal oleh Sharon, kedua wanita itu mulai bercerita banyak hal. Terutama topik mengenai kehamilan Raellyn yang sejak tadi selalu diungkit oleh Lita.“Kau sudah siapkan nama untuk calon anakmu belum?”Raellyn hanya menggeleng. “Aku belum punya nama untuk bayiku, tapi aku rasa Arnav sudah punya beberapa. Dia sangat antusias sejak dokter bilang bahwa calon bayi kami akan lahir sebagai bayi laki-laki.” Raellyn mengujar seraya mengusap perut besarnya dengan
Mendengar suara Mrs. Maddy dari balik pintu Raellyn tersedak saliva-nya sendiri dan terbatuk-batuk. Muka wanita itu langsung merah padam tak tertahankan ketika melihat ke arah pintu kamar yang sudah terbuka dan menampakan si kepala pelayan. Sementara Arnav susah payah untuk menggeram menahan hasratnya yang harus dia tenangkan. Kehadiran Mrs. Maddy benar-benar sangat tidak tepat.“A-ah ya Mrs. Maddy ada apa?” Raellyn menghampiri wanita itu untuk mengurangi kecanggungan meskipun tentu saja kesalah tingkahannya tidak benar-benar bisa dia sembunyikan.“Maaf bila saya mengganggu aktivitas pagi Anda. Tapi ada tamu.”Mati aku! Raellyn sempat merutuk sebelum akhirnya dia terhenti dan menatap Mrs. Maddy dengan tatapan tidak percaya.“Tamu? Pagi-pagi begini?” tanya Raellyn yang sekarang benar-benar murni telah melepaskan seluruh kecanggungannya beberapa saat lalu menjadi sebuah tanda tanya besar di kepala.Mrs. Maddy diam sejenak, wanita itu bergantian memandangi wajah Raellyn yang ada di hadap