Pintu mendadak terbuka lebar di ambangnya, seorang pria dengan dandanan necis berdiri sambil mengamati para tamu yang telah duduk di kursi masing-masing dengan wajah yang sinis. “Mohon maaf semuanya,” ucap pria itu dengan cara yang sopan tapi nada yang bosan santer terdengar dan begitu jelas di telinga semua orang yang ada di dalam ruangan. “Saya tidak mengira bahwa saya akan memiliki tamu saat sedang pergi ke luar rumah, jadi apa lagi yang bisa saya dengar dari anda, Nyonya? George malang, apa kabar? Dan nona yang tidak saya kenal salam hangat. Ah, yang terpenting dari semua itu apakah saya melupakan sesuatu? Apa saya mengundang kalian kemari?”“Nona tak di kenal? Undangan?!” bentak Louisa selaku putri bungsu dari Nyonya Chyntia. Dia terlihat tidak suka dengan penerimaan yang di lakukan oleh kakak tertuanya.“Tidak, kami ke sini memang bukan karena di undang. Lebih tepatnya, Ibumu berinisiatif untuk kemari, sedangkan aku tidak bisa menghentikan keinginannya,” sahut George yang mendud
“Jangan di gubris, Nyonya Chyntia. Arnav hanya senang bergurau saja. Dia tidak bermaksud buruk. Dan Nona, tolong tenangkan dirimu. Saya harap tidak ada keributan yang terjadi di rumah ini.” Tanpa siapapun menduga, pintu yang tertutup rapat kini terbuka lebar oleh satu eksistensi. Ya, Raellyn yang tidak kuat mendengar segalanya dari luar menganggap bahwa sudah cukup baginya untuk hanya berdiam diri di luar. Dia tidak bisa membiarkan situasi yang seharusnya berakhir damai malah kian berlarut-larut.Arnav yang melihat istrinya kembali melanggar perintahnya sedikit mengerutkan kening, tapi di depan semua tamu yang dia anggap sebagai musuhnya secara alami pria itu tidak bereaksi lebih dan hanya berdiam diri. Raellyn memanfaatkan momentum tersebut untuk mengambil alih kendali.“Maaf terlambat untuk bergabung. Sebelumnya perkenalkan saya adalah Raellyn istri dari Arnav. Saya yakin sudah memperkenalkan diri kepada Anda Nyonya Chyntia. Selamat datang di kediaman kami. Saya yakin sekali suami s
“Mendobrak pintu masuk ruangan yang sudah kularang, tentu saja,” kata Arnav dengan nada menyindirnya yang kental.“Wah, pandai sekali kau mempersalahkan aku. Kini aku tahu dari mana kau mendapatkan kepandaian yang satu itu,” tegas Raellyn. “Tapi berkat pertemuan ini, kini aku bisa mengerti situasimu. Aku tidak membayangkan bahwa dia akan seperti itu. Maksudku kesan pertamanya dengan kesaksian yang aku lihat beberapa saat yang lalu sangat berbeda. Aku sampai tidak bisa mengatakan apapun karena tercengang dengan kepribadiannya yang terlalu berbeda. Pasti situasimu sulit sekali, demi Tuhan!”“Begitulah, mendampingi aku tidaklah semenyenangkan saat membuka isi dompetku untuk mereka,” kata Arnav terdengar lebih sinis.Raellyn hanya geleng-geleng kepala. Baginya itu sangat bisa di pahami. Bisa di mengerti bila Nyonya Chyntia datang kemari dengan dirinya sendiri untuk memperbaiki situasi terlebih dahulu. Tapi mengundang suami dan putrinya yang tidak seayah dengan Arnav. Raellyn rasa merupaka
Arnav bisa merasakan betapa hangat sekaligus dinginnya kulit porselen yang baru saja dia sentuh tatkala dia mengusapnya. Gerakannya memang pelan namun tentu saja Arnav memberikan tekanan yang sedikit lebih intens pada beberapa bagian yang bisa dia raih dengan tangannya. Sepasang mata menatapnya, sang istri telah di buai dan tenggelam dalam hasrat keinginan, tangan yang membalas sentuhannya diam tanpa ada niatan untuk menghentikan. Mulutnya bergetar, terlihat ingin memohon seperti bagaimana tubuhnya tersentak setiap kali Arnav memasukan jarinya ke dalam diri dan menariknya keluar berulang-ulang dengan sangat perlahan.“Arnav….”Raellyn berusaha semaksimal mungkin membuat setiap nada yang keluar dari bibirnya jelas terdengar seperti sebuah peringatan. Tapi tidak butuh waktu lama sampai suara tersebut mulai kehilangan ketegasan dan ketajaman.Tubuhnya terasa seperti jelly ketika Arnav berhasil menyentuhnya, dan mendominasi tubuhnya sendiri. Menggapai titik sensitif tubuhnya dengan sangat
Arnav tidak berkomentar, dia hanya menuruti gestur tubuh istrinya tanpa melepaskan pegangan tangannya di bagian dada wanita itu. Dia tetap menggerakan tangannya disana untuk meremas sesekali memilin puncaknya. Arnav menerima bibir Raellyn dan langsung melumatnya. Tautan alis Raellyn langsung pecah begitu Arnav kembali mendominasi dirinya dengan sangat mudah. Kepalanya terasa sangat pegal lantaran terus menerus menoleh ke arah pasangannya, namun dia sendiri tidak bisa benar-benar menarik dirinya.Tangan Arnav akhirnya menjauh dari dada Raellyn lalu meraih punggung tangannya. Raellyn pikir kegiatan mereka telah berakhir lantaran Arnav menarik dirinya untuk menjauh. Namun pikiran itu tidak berlangsung lama karena Arnav langsung membalikan tubuhnya sehingga dia terbaring di atas ranjang. Raellyn tidak sempat menahan ketika pria itu mulai membuka kedua kakinya dan kembali menjejalkan dirinya masuk ke dalam sana dengan cepat. Akhirnya yang bisa wanita itu lakukan adalah mendongakan kepala—
“Tidak bisa ku percaya! Aku pikir Arnav bisa menerimaku lagi, dan aku sudah berhasil mempengaruhi istrinya untuk itu. Tapi ternyata tidak ada yang berubah.”Selepas pulang dari kediaman Arnav, Chyntia benar-benar menumpahkan seluruh kekesalannya di dalam mobil. Hal itu tentu di dengar oleh George dan juga putrinya Louisa. Mereka tidak berkomentar karena masing-masing sudah memiliki paradigma mereka sendiri.“Sayang, sudah aku katakan padamu bahwa kau terlalu tergesa-gesa dalam hal ini. Putramu itu, bukan tipe orang yang lembut seperti Arsene. Jadi setidaknya kita harus melakukannya dengan sangat perlahan,” jawab George dari posisinya yang sedang mengemudi. Sementara Chyntia duduk di sebelahnya dan beberapa kali terdengar mendecakan lidah. “Aku tahu, George. Aku tahu. Tapi aku hanya punya firasat bahwa bila kita tidak segera mendekati Arnav sebagai keluarga. Kita bisa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengakuan. Aku sangat tahu betul bagaimana putraku. Jika dia sudah mencintai
Jam yang di letakan di atas dinding menunjukan pukul dua malam, tapi Arnav masih pula enggan menyingkir dari meja kerjanya. Belakangan ini memang dia banyak sekali mendapati beban di dalam dirinya. Tentang urusan rumah tangga, bahkan tentang urusan keluarga terutama ibunya. Itu cukup memusingkan untuk Arnav yang dahulu selalu santai dalam melakukan apapun dan bisa menyelesaikannya dengan baik. Namun dia ternyata memiliki kelemahan. Ya, berurusan dengan perempuan selalu tidak mudah dan rumit. Terkadang otaknya selalu sulit untuk mengolah segala situasinya. Logika berkata dia melakukan hal yang benar, tapi tetap saja bagi Raellyn itu masih salah. Terutama perkara soal ibunya yang masih pula belum berakhir. Sudah berlalu satu bulan sejak insiden sang Ibu yang tiba-tiba datang ke kediamannya bersama keluarga barunya tanpa konfirmasi lebih dulu. Hal itu masih menyisakan rasa dongkol yang teramat sangat.Jujur, memang sedikit berat baginya untuk beradaptasi terhadap roda waktu yang rupanya
Sejujurnya Raellyn sangat takut membuka kabar ini. Alasan semalam dia tidak ingin minum obat juga karena sebetulnya dia sedikit curiga dengan badannya yang tiba-tiba mudah merasa lelah dan sensitif terhadap sesuatu. Raellyn bahkan mengalami mual dan muntah-muntah hebat di pagi hari, yang makin memperkuat intuisinya. Hanya dia sama sekali tidak memperkirakan reaksi suaminya. Dia tidak tahu bahwa Arnav akan sesiaga itu terhadapnya. Dia benar-benar melakukan banyak hal yang tidak biasa dia lakukan.Itu membuat hati Raellyn menghangat dan tentu saja dia merasa bahwa tidak aka nada masalah bila dia memberitahukan soal ini kepada Arnav. Walaupun sisi dari dirinya berpikir tentang kontrak pranikah mereka dimana Raellyn akan otomatis di ceraikan oleh Arnav saat dia berhasil melahirkan seorang pewaris laki-laki. Ya, fakta itu sedikit mengganggunya. Tapi membohongi Arnav juga bukan ide bagus karena kehamilan adalah sebuah anugerah yang semestinya di syukuri oleh pasangan suami istri. Begitu pul