Begitu pesawat mendarat, Raymond segera berdiri, dia meminta pramugari agar membuka pintu pesawat. "Sebentar Tuan, tangga belum dipasang." Pramugari itu menjelaskan pada sang Tuan. "Lelet sekali!" Gerutunya. "Mohon maaf Tuan, pesawat baru saja mendarat jadi perlu waktu untuk menyiapkan segala sesuatunya. Setelah turun dari pesawat pribadinya, pria itu berjalan dengan langkah panjang, dia tidak sabar untuk menemui sang Mama. Di depan pesawat beberapa orang berpakaian serba hitam sudah menunggu, mereka semua segera membawa Raymond pergi ke rumah sang Mama. Mobil kini sudah masuk ke halaman rumah mewah milik Mamanya, kebetulan di belakang mobil yang membawanya ada iringan empat mobil. Mobil-mobil itu adalah mobil yang membawa kedua orang tuanya beserta pengawal. "Tumben sekali kamu datang Raymond." Suara wanita paruh baya itu terlihat dingin, berbeda sekali dengan Mama pada umumnya yang merasa senang ketika sang anak datang apalagi mereka tinggal beda benua. "Ada yang ingin Raymo
"Reyhan bagaimana ini Rara tak kunjung datang?"Ucapan Lizzi membuat Reyhan semakin takut, apa yang sebenarnya terjadi? Rara dimana?Reyhan, lizzi dan Alice berusaha mencari Rara, di sepanjang jalan mereka tidak menemukan adanya kecelakaan atau macet yang menghambat jalan sang kekasih untuk sampai di mall."Jangan-jangan...."Ucapan Alice membuat Reyhan menatapnya tajam lewat kaca spion."Tidak mungkin, Rara orangnya agak introvert, bergaul hanya bersama kalian," sahut Reyhan yang seolah mengerti maksud sahabat kekasihnya.Mereka berputar-putar mengelilingi kota tapi Rara tak kunjung ditemukan, ponselnya juga tidak aktif."Kita bilang saja jika Rara kembali dengan Raymond, siapa tahu Reyhan tau sesuatu." bisik Alice."Gila kamu, jangan!" sahut Lizzi sambil berbisik pula.Kedua wanita itu hanya bisa diam, dia tidak berani memberi tahu Reyhan mengenai hubungan Rara dan Raymond.Hingga malam, Rara masih belum ketemu, Reyhan yang lelah dan pasrah akhirnya melaporkan kejadian ini pada piha
Jessica begitu heran dengan perubahan Raymond, beberapa waktu yang lalu dia terlihat begitu lembut dan manja, tapi saat ini sudah dingin kembali, bahkan membentaknya gara-gara hal yang justru disukai oleh kebanyakan pria.Seusai memakai handuk kimono milik calon suaminya, Jessica kembali duduk di sofa."Tadi kamu begitu lembut dan manja padaku tapi kini kamu begitu dingin, apa sebenarnya kamu memiliki kepribadian ganda Ray?" Ucapan Jessica membuat Raymond tersenyum miring, memang tadi hanya pura-pura saja."Mungkin," sahutnya singkat lalu kembali menikmati sebatang rokoknya kembali."Aku serius Ray?" "Aku juga."Jessica yang merasa kesal meluapkan amarahnya pada Raymond, dia merasa jika Raymond mempermainkan dirinya."Jika memang begini sikapmu untuk apa kamu datang ke rumahku dan meminta supaya pernikahan ini dilaksanakan minggu depan?" Pria itu masih diam menikmati rokoknya hingga Jessica berkomentar pedas. "Kita akhiri saja semua ini Ray." Raymond berpikir sejenak, jika batal s
"Lepas! lepaskan aku!" Rara terus berteriak, menggedor gedor pintu namun semua itu percuma. Wanita itu hanya bisa menangis terduduk di lantai sambil bersandar pintu, dia masih belum paham kenapa orang-orang ini tega menculiknya. Lelah menangis, Rara memutuskan kembali ke sebuah tempat tidur single, kelihatannya Mama Raymond masih memiliki hati sedikit hingga menyediakan tempat tidur untuknya. Sadar tak ada gunanya menangis, Rara mencoba mencari ponselnya, seingatnya waktu itu para penculik telah menghancurkan ponselnya dan bangkai ponselnya masih berada di dalam kamar. Lama mencari akhirnya ketemu juga, bangkai ponsel itu berada di kolong tempat tidur dengan keadaan yang hancur. Beberapa kali Rara menghidupkan ponselnya tapi ponsel itu tak mau hidup, hampir putus asa, sebuah keajaiban terjadi ponselnya hidup kembali, meski LCD lumayan rusak, Rara masih bisa melihat tulisan di layar. Rara berusaha menghubungi Raymond tapi nomor Raymond tidak bisa dihubungi lalu dia menghubungi Rey
Reyhan mematung mendengar apa yang diucapkan oleh kekasihnya, menua bersama? bukankah itu kata yang selalu dia katakan pada Rara, ada apa sebenarnya? Ketika rasa sakit terus menghujam, sang kekasih mulai sadar akan kehadirannya. Rasa sedih berlebij membuatnya melupakan kehadiran Rayhan. "Pak Rey," katanya lirih sambil menoleh ke arah pria yang tengah kesakitan itu. Tatapan Reyhan begitu sendu, nampak sekali jika dia menahan rasa sakitnya. "Apa maksud akan menua bersama dengannya sayang?" Pertanyaan Reyhan seketika membuat wanita itu memucat, bibirnya membungkam dan tak tau harus berkata apa. Belum sempat menjawab pertanyaan Reyhan, tiba-tiba sebuah tamparan melayang di pipinya. Plak.... ##### (Flashback) Pria dengan tubuh sama menghadap cermin, berbeda dengan tadi kali ini calon pengantin pria memakai masker. "Tuan bisakah anda melepas master anda?" Permintaan wajar dari para MUA membuat David menggeleng, tentu tidak mungkin melepas masker untuk saat ini. "Aku tiba-tiba flu.
Rara hanya bisa menangis entah mengapa wanita paruh baya begitu kejam, bukankah penculikan ini adalah idenya lantas mengapa kini dia malah berbalik ingin menuntut?"Jangan menangis Nona, saya akan mengurus semua."David berusaha menenangkannya, dia tidak akan membiarkan Mama sang Tuan melakukan hal ini, lagipula yang bersalah bukan Rara atau mereka melainkan dirinya sendiri.Karena ingin segera menyelesaikan hal ini, David meminta Reyhan untuk menemani Rara, dia paham jika Reyhan mungkin sakit hati tapi dia berharap jika Reyhan paham akan keadaan saat ini.Keduanya duduk di depan ruang ICU dengan mulut sama-sama tertutup, tidak ada obrolan diantara mereka. Reyhan merasa sakit hati dan kecewa karena merasa dikhianati sedangkan Rara ketakutan karena dramanya terbongkar."Pak Rey." Akhirnya Rara tidak tahan dengan situasinya.Rara mencoba mencairkan suasana, semenjak David pergi hingga detik Reyhan diam seribu bahasa yang membuatnya semakin bersalah."Ada apa?" tatapannya begitu sendu, s
Reyhan dan Rara menunggu Raymond yang masih belum sadarkan diri, meski semua sudah normal tapi entah mengapa pria itu masih setia memejamkan matanya."Kamu istirahat lah, biar aku yang menjaga Tuan Raymond."Setelah apa yang terjadi tak membuat Reyhan membenci Raymond, dia justru merawat pria yang pernah jadi Tuannya tersebut.Reyhan meminta Rara untuk istirahat, tapi wanita itu menolak hingga datanglah David dengan membawa berbagai makanan.Sambil makan, mereka bertiga mengobrol mengenai rencana mereka selanjutnya, jelas Reyhan akan segera kembali ke Selandia baru, begitu pula dengan Rara yang harus kuliah."Saya harus kuliah lagi mengingat sebentar lagi ada ujian." Saat itulah terdengar suara dari belakang mereka, "Siapa yang mengijinkan kamu kembali."Segera Reyhan berdiri, sebagai seorang Dokter dia harus memastikan keadaan Raymond yang baru sadar."Apa yang anda rasakan Tuan?" tanya Reyhan."Sakit hati." Jawabnya."Yang seharusnya sakit hati itu adalah saya karena anda telah mer
"Pak Rey." Dalam keadaan gelap, Rara menunggu Reyhan yang kembali pulang larut. Semenjak pulang dari benua putih beberapa waktu yang lalu, Reyhan memang menghindari wanita yang dicintainya tersebut. "Kamu belum tidur?" tanyanya yang mengurungkan niat naik ke atas. Reyhan menyalakan lampu lalu dia duduk di samping Rara yang sedari tadi menunggunya. "Belum." Wanita itu menggelengkan kepala. Dengan mata berkaca Rara menatap Reyhan yang menatap dinding, nampak sekali jika pria itu tidak mau menatapnya. "Kenapa setiap hari anda berangkat pagi sekali dan pulang larut Pak Rey?" Kalimat retoris mulai Rara lontarkan, dia sudah tau jawabannya tapi dia masih ingin mendengar jawaban itu dari mulut Reyhan. Reyhan tersenyum mendengar pertanyaan Rara barusan, apa yang bisa dia lakukan selain hal itu? haruskah dia bersikap seperti semula? tentu sulit dilakukan mengingat hatinya benar-benar patah hati. Masih dengan pandangan ke arah dinding Reyhan menjawab pertanyaan Rara. "Apa yang bisa aku lak