Leon sudah berada didalam kamarnya, ketika ia baru saja pulang dari kantor ditemani Devano yang baru saja masuk dari cuti panjangnya. "Helen apa sudah memberi kabar?" tanya Anin baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah."Belum," tanya Leon seraya melepas pakaian kerjanya."Kenapa tidak coba kamu tanyakan pada Yuri ?" usul Anin mengingatkan suaminya."Setelah mandi aku akan menghubungi Yuri," ucap Leon seraya memasuki kamar mandi.Anin membuka laptopnya hari ini ada jadwal mengajar kursus bahasa arab online. Waktu untuk mengajar hanya bisa malam hari saja, sehabis sholat isya. Ia juga sudah meminta ijin pada suaminya. Pertemuan hanya dilakukan selama dua minggu sekali. Para peserta kursus berasal dari indonesia, ide ini tercetus karena obrolannya dengan Salma beberapa tahun lalu saat mereka masih sama-sama kuliah disuatu lembaga bahasa Arab di indonesia. "Gak semua orang bisa ikut kursus bahasa Arab, ada yang terhalang karena masalah biaya, atau kegiatan lainnya."
Setalah mendapat kabar buruk dari Alexei, anak buahnya, Yuri bangkit dari tidurnya, dia langsung berganti pakaian lalu menuju ruang kerjanya dan mengambil senjata miliknya. Setelah memasukkan peluru kedalam revolvernya, Yuri segera pergi menuju tempat dimana anak buahnya tadi memberitahu. "Hugo, sudah cukup ulahmu kali ini. Kau berani mencelakai Vladimir, aku tidak akan menahan kesabaranku lagi." sungut pria itu sambil mengerahkan mobilnya dengan kecepatan tinggi menembus dinginnya malam.Sesampainya di sebuah tempat, Yuri mendatangi sebuah rumah kosong tempat Vladimir dan Alexei bersembunyi. Keadaan disekitar rumah itu sangat sepi, Yuri menyelipkan revolvernya dibalik baju lalu ia turun dari mobilnya dan berjalan ke arah rumah itu. Yuri berjalan sambil menghubungi seseorang."Dimana kalian?" tanya Yuri sambil terus berjalan dan tetap waspada melihat keadaan sekitarnya.Yuri pun menuju satu ruangan dari rumah kosong itu, ruangan didalamnya sangat gelap dan lembab, pria itu naik menuj
Saat ini, Leon dan Anin sedang bersama Noah dan Shafiyya didalam kamar mereka. Sejak tadi Noah menaiki punggung ayahnya, meminta Leon untuk menjadi seekor kuda tunggangan, Leon pun menuruti kemauan putranya tersebut. Noah tergelak kesenangan ketika Leon mulai bergerak seperti seekor kuda, Anin yang sedang sibuk memakaikan baju putri kecilnya, hanya tersenyum melihat kedua laki-laki yang ia sayangi sedang bermain. "Noah, mandi dulu ya sama papah!" ucap Anin memberi perintah.Leon pun menghentikan aksinya, lalu mengajak Noah untuk mandi. Hari ini rencanannya, mereka akan menjenguk Zahira yang sudah melahirkan bayinya beberapa hari yang lalu, Sekalian menemui bibi Maryam dan suaminya yang baru saja datang dari Madinah. "Pah, rencananya aku mau ikut wisuda tahun ini." Anin memulai percakapan serius ketika mereka sudah berada didalam mobil menuju kediaman Hasan. "Hmm ... Baiklah, nanti kita pergi sama-sama ke Madinah. Anak-anak dan mamah ikut juga ya." usul Leon, tadinya ia ingin mengaja
Saat ini Leon dan keluarganya sudah berada didalam pesawat pribadi milik Yuri. Tak lama setelah pulang dari rumah Hasan, Leon membicarakan perihal lamaran Yuri kepada ibu dan istrinya."Kira-kira pesawatnya sampai jam berapa di bandara?" tanya Rena yang saat itu tengah berkemas. "Hmm ... Bisa jadi besok pagi Mah." jawab pria itu sambil melihat ke arah jam tangannya."Kenapa begitu mendadak?" tanya Rena lagi."Entahlah Mah, Leon pun khawatir sesuatu terjadi pada Helen." ujar Pria itu sambil menatap ibunya."Kalau begitu, aku kekamar dulu. Noah langsung tidur sama enin ya!" titah Leon pada putranya yang berhasil membuat kuda dari legonya."Oke, Pah." ujar bocah itu tersenyum seraya mengacungkan ibu jarinya pada sang ayah.Leon pun mengusak rambut Noah sambil tersenyum, kemudian ia meninggalkan kamar sang mamah. Leon masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu perlahan. Ia melihat Anin tengah memindahkan Shafiyya ke box tempat tidur bayi cantik itu. Kemudian Leon menghampiri Anin dan memelu
Tubuh Helen meluruh ke lantai, saat Yuri melepaskan dirinya dan menghampiri Isabel yang sedang terisak didepan pintu. Butuh waktu beberapa saat untuk Helen, menenangkan dirinya dari hal yang baru saja terjadi. Ia sangat ingin memukul pria itu, yang membuat jantungnya berdebar seperti naik jetcoster. Yuri menggendong Isabel seraya menenangkan gadis kecil itu menuju kamarnya. "Ssst ... Tenanglah, Sayang. Itu hanya mimpi buruk, oke!" ucap Yuri sembari mengusap punggung putrinya dan menghapus air mata dipipinya yang kemerahan.Kemudian Yuri membaringkan putrinya diatas ranjangnya yang besar. "Malam ini saja, bolehkah aku tidur bersamamu dan aunti Helen dikamar ini, Pah?" tanya Isabel dengan mata penuh harap.Yuri memandang lama putrinya, lalu ia menghela napasnya panjang. "Baiklah, papah akan panggil aunti Helen kesini," Yuri kemudian pergi meninggalkan Isabel didalam kamarnya. Saat Yuri membuka pintu kamarnya, ia melihat Helen yang baru saja hendak masuk kedalam kamar wanita itu. Mata
Saat ini Yuri berada disebuah klub malam, kalau bukan karena pelayan yang menelponnya dari ponsel milik Vladimir, mungkin Yuri takkan mau repot-repot menyusulnya. Pelayan tadi mengabarkan padanya bahwa saat ini sahabatnya itu sedang mabuk berat. Dasar pria gila, baru saja ia lolos dari maut beberapa hari lalu, sekarang malah membuat ulah lagi.Yuri memasuki Klub langganan tempat biasa ia dan Vladimir kadang menghabiskan malam mereka dengan beberapa wanita panggilan. Suara bising yang memekakan telinga mulai terdengar, para wanita mulai menyapanya, tapi tak Yuri hiraukan satu pun. Fokusnya saat ino mencari sosok keberadaan temannya. Yuri melewati lantai dansa dan orang-orang yang sedang meliukkan tubuhnya, kemudian ia terus berjalan menuju ke lantai dua. Sepasang sejoli asyik bertukar saliva disudut ruangan. Yuri hanya melihatnya sekilas, hal o seperti itu lumrah saja terjadi ditempat ini, bahkan ada berani yang lebih dari itu. Mereka melakukannya dengan tidak merasa risih sama sekal
Helen langsung terlonjak bangun dari tempat tidur, ia pikir Yuri masih tidur, wajahnya pasti sekarang sudah semerah tomat. Laki-laki itu malah terlihat cuek lalu ia menguap kemudian tersenyum menatap Helen. Wanita itu pun seketika menjadi salah tingkah."Kenapa kamu yang tidur disampingku?" tanya Helen dengan wajah kesal.Yuri malah menggedikan bahunya, lalu ia berkata." Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti instingku sebagai seorang pria saja," jawab pria sambil menyeriangai."Kamu ... Kamu menyebalkan!" Helen pun meninggalkan Yuri sendirian dikamarnya. Bagaimana bisa tiba-tiba pria itu yang ada disebelahnya, apa ini ulah Isabel? Oh tidak ... gadis kecil itu ...Ya Tuhan ...lama-lama aku bisa gila disini, batin Helen terus bermonolog.Helen membanting pintu kamar Yuri kencang, lalu ia masuk kekamarnya dan mengunci pintunya. Ia melihat Isabel sedang menyisiri bonekanya sambil tersenyum dan mengajaknya berbicara. Gadis kecil itu kemudian mengalihkan perhatiannya pada Helen, dan melihat He
Saat ini Helen dan Leon sedang berada diruang keluarga, yang mana terdapat perapian untuk menghangatkan tubuh, mereka berdua sedang asyik membicarakan keluarga di Dubai, ketika Yuri datang dan menghampiri keduanya."Kamu tahu dulu perjalanan cintaku dan Anin juga tidaklah mudah, ada air mata, perpisahan dan banyak hikmah yang bisa kami ambil dari kejadian-kejadian yang menyakitkan itu." Leon mulai bercerita, sedangkan Helen mendengarkan dengan seksama. Yuri yang merasa tertarik untuk mendengarkan pun ikut duduk. Helen sempat bertanya pada Yuri, apa Isabel mencarinya. Tapi Yuri hanya menggeleng kemudian menjawab bahwa putrinya itu, saat ini sedang menunggu kedatangan kedua orang tua angkatnya.Lalu Leon meneruskan kembali ceritanya tentang kisah cintanya dengan Anin. "Aku bertemu dengannya saat ia masih duduk dibangku sekolah SMA, tahun itu aku sudah kuliah semester dua sedangkan Anin sebagai siswa baru dan aku ditunjuk sebagai salah satu panitia MOS oleh pihak sekolah dari kalangan
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind