ZAHIRAPerlahan aku mengejapkan mata, kutatap sekelilingku yang gelap hanya ada satu cahaya yang masuk dari sela jendela yang letaknya tak terlalu tinggi. Setelah orang-orang itu membawaku paksa mereka menyekap menutup hidungku dengan sesuatu yang akhirnya membuatku tak sadarkan diri. Dimana aku? Sudah berapa lama aku tertidur? Siapa sebenarnya mereka? Aku mencoba untuk menerka."Apakah Kak Zahir tahu aku telah diculik? Ya ... Pasti dia sudah tahu ... Pasti dia dan ibu sedang mengkhawatirkanku sekarang," aku berceloteh sendiri. "Aku harus segera keluar dari sini," ujarku seraya meyakinkan diri."Sial mereka mengikat kaki dan tanganku," aku memgumpat, kemudian aku teringat sesuatu.Aku mencoba mengambil pisau lipat yang selalu kubawa dan kusisipkan kedalam kaos kakiku, kemudian memegangnya dengan kedua tanganku yang terikat. Aku menggesekkan pisau itu ke arah tali yang mengikat kakiku."Yes ... Berhasil." Kemudian aku mencoba membuka ikatan tanganku dengan menjepit pisau diantara ked
Saat Hasan dan Pria dari kerajaan itu berkelahi dengan tangan kosong, keduanya mencoba saling menjatuhkan lawan dengan pukulanny. Keduanya sama-sama babak belur, mereka sama kuatnya. Salah satu askar datang menghampiri, ia terkejut melihat sang Tuan yang sedang berkelahi dengan seorang pria bertopeng. Tapi askar itu tidak memperdulikannya, ia terengah hendak menyampaikan sesuatu kepada atasannya."Tuan, para pemberontak sedang menuju kesini, sekitar 500meter lagi mereka akan sampai. Sebaiknya Tuan segera melarikan diri," ucapnya terengah. "Kirimkan pesan kepada komandan Husein untuk mengirimkan bantuan," seru sang tuan."Tidak akan cukup waktunya, mereka akan sege ..." ucapan askar itu terhenti mana kala suara tembakan terdengar bersahutan dari arah bawah."Sial ... Mengapa harus disaat sekarang mereka datang?" maki sang pangeran, kemudian ia pergi meninggalkan Hasan dan Zahira yang masih terborgol dibesi ranjang.Tapi naas rupanya para pemberontak itu sudah berhasil menuju ke lantai
Bab 22Dua bulan setelah kejadian itu, Leon disibukkan kembali dengan urusan kantor yang jadwalnya akhir-akhir ini sangat padat. Ia pulang ketika matahari sudah tergelincir, dengan rasa lelah.Laki-laki itu melangkah kedalam rumah seraya mengucapkan salam, kemudian menuju dapur melihat Anin tengah berkutat didepan kompor. Leon memeluk istrinya itu dari belakang seraya mencium pelipisnya penuh sayang."Maaf, aku baru pulang," bisiknya ditelinga Anin merasa bersalah pasalnya ia selalu pulang malam hampir sepekan ini."Kak Leon udah makan belum?" tanya Anin seraya berbalik menghadap suaminya dengan wajah tersenyum."Udah sih, tapi nyium masakan kamu jadi laper lagi nih," ucap Leon antusias."Kamu masak apa sih?" tanya Leon mengernyit"Ini namanya seblak, kamu mau nyoba?" tanya Anin dengan wajah semringah.Leon melirik ke arah makanan itu sekilas lalu menggelengkan kepalanya menatap istrinya lagi. Anin melangkah menuju meja makan dan menaruh makanan itu. Kemudian ia melepaskan Jas dan da
Bab 23Leon masuk kedalam kamar, ia melihat Anin terbaring sambil menutup wajahnya dengan bantal. Bahunya bergetar, menandakan bahwa gadis itu sedang menangis walaupun tidak bersuara. Ia menghampiri Anin, menggenggam tangan gadis itu tapi ditepis olehnya."Sayang, maafin kalau ada ucapanku yang salah," ucap pria itu pelan. "Anin, please ... Sayang, jangan begini!" ucapnya lelah. Leon melihat gerakan bahu istrinya semakin kencang, dan terdengar suara tangis samar dari balik bantal. ia memeluk Anin dari belakang mengecup kepalanya berulang kali."Maafin aku ... ," ucap Leon seraya memeluknya erat."Jangan nangis lagi, kasian baby kita, Sayang. Kamu lupa tadi dokter bilang apa, kamu gak boleh sedih karena itu bisa ngaruh ke bayinya," ucap Leon mengingatkan dengan lembut.Tangis Anin pun mereda, kemudian Leon membalikkan tubuh Anin menghadap ke arahnya. Matanya sendu dan hidungnya merah, ia menghapus air mata yang membasahi pipi istrinya."Oke, kalau kamu mau tetap nerusin kuliah, tapi
Anin terlelap cukup lama, ia terbangun saat Marni mengantarkan bubur sumsum dan air jeruk hangat untuknya."Makasih, mba," ucap Anin seraya tersenyum."Oiya hari ini, mamah akan pulang, tolong bersihkan dan rapihkan kamar mamah ya mba." Anin memerintah dengan sopan."Siap, Bu Anin," ucap Marni semringah."Kita mau masak apa hari ini?" tanya Anin "Ibu sih senengnya makan semur jengkol, tapi den Leon gak suka kalau ada bau jengkol dirumah," jelas Marni memberitahu."Gak papa, hari ini kita masak semur jengkol spesial buat nyambut mamah, pasti Kak Leon gak akan marah, kan gak setiap hari juga kita masak itu," ucap Anin.Kemudian Marni pun mengangguk setuju dan segera menjalan tugas-tugas yang telah diberikan Anin untuknya.Kemudian Anin menelepon Leon, ia membritahu kepada suaminya bahwa dirinya tidak jadi ikut menjemput mamahnya ke bandara. Ia berniat akan membantu Marni masak nasi uduk beserta lauk pauknya, salah satunya adalah semur jengkol. Setelah menunaikan sholat dzuhur, Anin tu
Bab 25"Jaga diri kamu dan bayi kita baik-baik ya , Sayang," pamit Leon sebelum pergi ke bandara pagi itu."In syaa Allah kami akan baik-baik saja, semoga urusan ayah cepat selesai, biar cepat pulang," ucap Anin dengan nada seperti anak kecil seraya tersenyum"Gemesin banget sih kamu," sahut Leon terkekeh sambil menarik hidung mancung istrinya.Kemudian ia mencium kening Anin dan perutnya istrinya."Ayah pergi dulu, Son. Jadi anak pintar, jangan bikin bunda sakit ,oke." serunya sambil mengajak bicara Janin mereka yang masih ada didalam perut."Oke, Ayah," sahut Anin tertawa."Kabari aku, kalau sudah sampai disana!" sambungnya seraya tersenyum kemudian mencium pipi Leon dan tangan suaminya."Hati-hati," ucap Anin lagi matanya sudah berkaca-kaca.Ini pertama kalinya semenjak mereka menikah dan Anin hamil, Leon pergi jauh selama beberapa hari. Mungkin karena perasaan ibu hamilnya yang sensitif, ia merasa sedih ditinggal suaminya."Sayang, jadi mau ke kelas ibu hamil gak? Nanti mamah yang
Pagi harinya Leon berencana ingin berkunjung ke rumah keluarga Ricahrd, setelah gadis muda itu pergi ke restoran tempat ia bekerja. Di Giethroon ada beberapa restoran Eropa, karena desa itu banyak dikunjungi oleh turis dari luar negri Belanda. Gadis itu bekerja di salah satu restoran yang cukup terkenal disana.Leon beruntung, saat ia menuju ke rumah sepasang suami istri itu. Mrs. Richard sedang berada dihalaman, ia memotong tangkai-tangkai bunga yang bermekaran dengan indah."Pagi, Nyonya, bungamu cantik sekali," sapa Leon pada wanita tua itu."Oh ... Benar, mereka sangatlah cantik, Nak " balas Mrs. Richard ramah seraya tersenyum."Jika istriku melihatnya, mungkin ia akan sangat menyukainya," ujar Leon lagi membalas senyum."Apa kau orang Jerman?" tanya wanita itu seraya memperhatikan penampilan Leon."Betul, papahku Jerman dan ibuku berasal dari Indonesia, bagaiman kamu bisa tahu Nyonya?" tanya Leon sambil mengernyit."Aku merasa kau mirip dengan seseorang yang kukenal," "Benarkah
Saat ini Leon sudah kembali ke tempat dia menginap, setelah menemui Helen dirumah keluarga Richard. Ia khawatir dengan adiknya itu, selain mempunyai asma yang sedari ia kecil sudah dideritanya. Masalah Mr.Richard dan tamunya tadi membuat Leon tak tenang. Walapun Leon sudah melunasi hutang pria tua itu kepada tamunya tadi. Ternyata Mr. Richard berhutang uang kepada pria bertubuh gempal itu, untuk membayar biaya Rumah sakit beberapa bulan lalu. Kondisi tubuh adiknya yang lemah, tapi Helen sendiri tetap memaksakan diri untuk bekerja di restoran karena ia tidak mau membebani lagi kakek dan neneknya yang sudah tua.Sebelum pulang tadi Leon memberikan sejumlah uang kepada adiknya, Pria itu juga menyarankan kepada Helen, untuk meneruskan kuliahnya. Tapi Helen bilang ia akan memikirkannya terlebih dahulu. Saat ini ia sedang terbaring diatas ranjangnya sambil mencoba menghubungi Anin, yang sejak tadi tidak diangkat oleh istrinya itu. Apa dia sudah tidur? batinnya. Baru dua hari Leon pergi, i
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind