Pagi harinya Leon berencana ingin berkunjung ke rumah keluarga Ricahrd, setelah gadis muda itu pergi ke restoran tempat ia bekerja. Di Giethroon ada beberapa restoran Eropa, karena desa itu banyak dikunjungi oleh turis dari luar negri Belanda. Gadis itu bekerja di salah satu restoran yang cukup terkenal disana.Leon beruntung, saat ia menuju ke rumah sepasang suami istri itu. Mrs. Richard sedang berada dihalaman, ia memotong tangkai-tangkai bunga yang bermekaran dengan indah."Pagi, Nyonya, bungamu cantik sekali," sapa Leon pada wanita tua itu."Oh ... Benar, mereka sangatlah cantik, Nak " balas Mrs. Richard ramah seraya tersenyum."Jika istriku melihatnya, mungkin ia akan sangat menyukainya," ujar Leon lagi membalas senyum."Apa kau orang Jerman?" tanya wanita itu seraya memperhatikan penampilan Leon."Betul, papahku Jerman dan ibuku berasal dari Indonesia, bagaiman kamu bisa tahu Nyonya?" tanya Leon sambil mengernyit."Aku merasa kau mirip dengan seseorang yang kukenal," "Benarkah
Saat ini Leon sudah kembali ke tempat dia menginap, setelah menemui Helen dirumah keluarga Richard. Ia khawatir dengan adiknya itu, selain mempunyai asma yang sedari ia kecil sudah dideritanya. Masalah Mr.Richard dan tamunya tadi membuat Leon tak tenang. Walapun Leon sudah melunasi hutang pria tua itu kepada tamunya tadi. Ternyata Mr. Richard berhutang uang kepada pria bertubuh gempal itu, untuk membayar biaya Rumah sakit beberapa bulan lalu. Kondisi tubuh adiknya yang lemah, tapi Helen sendiri tetap memaksakan diri untuk bekerja di restoran karena ia tidak mau membebani lagi kakek dan neneknya yang sudah tua.Sebelum pulang tadi Leon memberikan sejumlah uang kepada adiknya, Pria itu juga menyarankan kepada Helen, untuk meneruskan kuliahnya. Tapi Helen bilang ia akan memikirkannya terlebih dahulu. Saat ini ia sedang terbaring diatas ranjangnya sambil mencoba menghubungi Anin, yang sejak tadi tidak diangkat oleh istrinya itu. Apa dia sudah tidur? batinnya. Baru dua hari Leon pergi, i
"Aaah ...!" Helen berteriak, gadis itu terperangah melihat peluru yang ditembakkan Arnold mengenai seorang pria yang saat ini sedang melindungi tubuh sang kakak.Darah mengucur deras dari lengan Brian, tapi pria itu tidak mempedulikannya, dengan gerakan cepat ia langsung menembak balik Arnold kepala Arnold saat itu juga. Sehingga pria bertubuh gempal itu roboh seketika diatas ranjang.Helen yang melihat itu pun langsung berlari menghampiri Leon, dan memeluk kakaknya itu seraya menangis tersedu."Apa kamu tidak apa-apa, Kak?" Seru Helen panik sambil memperhatikan keseluruhan tubuh kakaknya, ia takut kalau kakaknya terkena peluru Arnold."Aku tidak apa-apa, Helen. Tenanglah, kamu sudah aman bersamaku." ujar Leon menenangkan adiknya itu."Terima kasih, Bri!" Sahut Leon seraya melihat luka tembak yang bersarang.Kemudian mereka bertiga pergi ke kediaman keluarga Richard. Sesampainya disana, sudah ada petugas keamanan yang berada dirumah itu. Kemudian Helen pun menceritakan apa yang terjad
Leon dan Anin sudah berada didalam kamar mereka saat ini. Wanita itu sedang menunggu mba Marni yang sedang membuatkannya asinan buah. Air liurnya hampir menetes, ketika dia melihat tampilan asinan buah yang terlihat segar dan enak di beranda sosmednya, pada saat perjalanan pulang dari rumah sakit tadi, lalu Anin menelpon pelayannya itu untuk dibuatkan asinan buah."Aku turun nemuin Hasan dulu, ya," ucap Leon sambil mencium kening istrinya kemudian meninggalkan wanita itu seorang diri. Anin pun beristirahat, merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil mendengarkan murrotal lewat ponselnya.Sesampainya dibawah, Hasan sedang menerima panggilan dari seseorang."Aku kesana sore, mau barengan fitting bajunya?" Seru Hasan terlihat semringah bahagia. Kemudian ia melanjutkan," Oke, nanti aku jemput, setelah dari rumah Leon," sambung pria berhidung bangir dan berambut ikal itu.Setelah Hasan menutup panggilannya, Leon mengajaknya menuju ruang kerja. Ada beberapa urusan kantor yang harus mereka b
Leon terkejut ketika nama adiknya disebut oleh Anin, ia langsung terduduk kemudian terdiam beberapa saat."Darimana kamu tahu Helen?" tanya Leon seraya membalikkan tubuh sang istri agar berhadapan dengannya.Anin terdiam, ia memperhatikan wajah suaminya yang sedikit tegang, Apakah kecurigaannya benar? batinnya."Tadi dia telpon kamu, tapi gak aku angkat," balas Anin masih menatap Leon dengan lekat untuk mencari kebenaran dalam manik biru suaminya.Leon menghela napas panjang, kemudian tersenyum tipis sambil membelai rambut sang istri."Dia ... adik tiriku ... Setelah kejadian penculikan yang menimpa Zahira, aku jadi memikirkan tentang adik perempuanku ... Apakah dia hidup dengan baik selama ini ataukah dia sedang dalam kesulitan," ujar Leon."Aku tidak bisa membencinya walau bagaimanapun dia adalah adikku, darah papah mengalir juga didalam tubuhnya, apalagi dia satu-satunya adik yang kupunya, walaupun mungkin ia lahir dari kesalahan, tapi tetap saja gadis itu tidak bersalah apa-apa ..
Leon kembali lagi menuju dapur, ia langsung menghubungi Helen. Leon menunggu cukup lama, dan beberapa kali karena gadis itu tak menjawab panggilannya. Ia semakin khawatir, takut terjadi sesuatu yang buruk lagi pada adiknya itu.Kemudian Leon menghubungi Bryan, untuk menanyakan tentang adiknya."Tuan Leon ... ada apa?" tanya suara disebrang sana."Apa Helen baik-baik saja?" tanya Leon balik menanyai Brian."Dia baik-baik saja, hanya tadi kami ... Umm ... semua dalam keadaan baik, Tuan. Apa ... Tuan ingin berbicara dengan Helen?" tanya Brian kembali." Saat ini ... Umm ... Saya ... sedang bersama Helen," ujar pria itu dengan ragu.Mengapa suara Bryan terdengar aneh, apa ada yang ia sembunyikan dariku, batin Leon curiga."Ha-hallo, Kak," Helen menyapa Leon."Apa sesuatu telah terjadi, maaf ketika kamu menghubungi aku sedang berada dikamar mandi, Helen," ujar Leon menjelaskan."Tidak terjadi apa-apa, Kak. Maaf tadi aku hanya ingin mengabarkan sesuatu padamu, tapi sepertinya nanti saja aku
Leon terperangah mendengar ucapan mamahnya, ia bahagia sang mamah semudah itu mau memaafkan. Dipeluknya tubuh wanita itu dengan erat."Baiklah, nanti Leon akan antarkan mamah menemui Helen, Leon akan atur jadwal kantor dulu," ujar Leon pada Rena dengan wajah semringah."Helen pasti akan senang, bisa bertemu dengan mamah. Kakek dan neneknya, mereka orang yang ramah dan baik." "Mamah jadi tak sabar, ingin bertemu dengan mereka," seru Rena tersenyum TLeon sangat bersyukur, karena masalah didalam keluarganya sudah membaik. Perasaanya lega ketika mengungkapkan tentang Helen kepada ibunya. Semoga ini akan menjadi awal yang baik untuk keluarga mereka kedepannya."Ini masih malam, lebih baik mamah segera tidur lagi," ucap Leon sambil membantu memakaikan selimut kepada Rena yang sudah terbaring lagi diranjangnya."Kamu juga segera tidur Leon," ujar sang mamah.Leon hanya mengangguk kemudian meninggalkan ibunya, lalu menuju kamar tidurnya. Anin masih terlelap dengan damainya, saat Leon sudah
Wanita itu menunjukkan foto-foto dirinya dan Leon didalam suatu kamar diatas ranjang. Ia melemparnya ke atas meja dan membuat mata pria itu terbelalak. Leon benar-benar tak habis pikir, bagaimana ada poto dirinya bersama wanita itu sedangkan dirinya belum pernah bertemu. Sialan ... Ini jebakan, dia dijebak lagi, tapi siapa yang mencoba menjebaknya."Mengapa kau sangat terkejut, Leon? Aku kecewa kau telah melupakanku," Catherin berucap dengan nada pura-pura sedih."Siapa yang menyuruhmu?" ucap Leon dengan nada mengintimidasi dan tatapan membunuh.Ingin sekali rasanya dia mencekik wanita ini sekarang juga, tapi dia harus bisa menahan diri untuk bisa menggali informasi wanita itu. Dia harus tahu siapa dalangnya, batin Leon."Apa maksudmu, Sayang? Aku tidak mengerti," wanita itu mengelak. Leon sudah tidak tahan lagi, ia pun dengan emosi menggebrak meja dihadapannya.Braaak !"Jangan main-main denganku, Nona! Lebih baik kau jujur sekarang sebelum aku ...." Leon belom selesai bicara tapi p
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind