Leon kembali lagi menuju dapur, ia langsung menghubungi Helen. Leon menunggu cukup lama, dan beberapa kali karena gadis itu tak menjawab panggilannya. Ia semakin khawatir, takut terjadi sesuatu yang buruk lagi pada adiknya itu.Kemudian Leon menghubungi Bryan, untuk menanyakan tentang adiknya."Tuan Leon ... ada apa?" tanya suara disebrang sana."Apa Helen baik-baik saja?" tanya Leon balik menanyai Brian."Dia baik-baik saja, hanya tadi kami ... Umm ... semua dalam keadaan baik, Tuan. Apa ... Tuan ingin berbicara dengan Helen?" tanya Brian kembali." Saat ini ... Umm ... Saya ... sedang bersama Helen," ujar pria itu dengan ragu.Mengapa suara Bryan terdengar aneh, apa ada yang ia sembunyikan dariku, batin Leon curiga."Ha-hallo, Kak," Helen menyapa Leon."Apa sesuatu telah terjadi, maaf ketika kamu menghubungi aku sedang berada dikamar mandi, Helen," ujar Leon menjelaskan."Tidak terjadi apa-apa, Kak. Maaf tadi aku hanya ingin mengabarkan sesuatu padamu, tapi sepertinya nanti saja aku
Leon terperangah mendengar ucapan mamahnya, ia bahagia sang mamah semudah itu mau memaafkan. Dipeluknya tubuh wanita itu dengan erat."Baiklah, nanti Leon akan antarkan mamah menemui Helen, Leon akan atur jadwal kantor dulu," ujar Leon pada Rena dengan wajah semringah."Helen pasti akan senang, bisa bertemu dengan mamah. Kakek dan neneknya, mereka orang yang ramah dan baik." "Mamah jadi tak sabar, ingin bertemu dengan mereka," seru Rena tersenyum TLeon sangat bersyukur, karena masalah didalam keluarganya sudah membaik. Perasaanya lega ketika mengungkapkan tentang Helen kepada ibunya. Semoga ini akan menjadi awal yang baik untuk keluarga mereka kedepannya."Ini masih malam, lebih baik mamah segera tidur lagi," ucap Leon sambil membantu memakaikan selimut kepada Rena yang sudah terbaring lagi diranjangnya."Kamu juga segera tidur Leon," ujar sang mamah.Leon hanya mengangguk kemudian meninggalkan ibunya, lalu menuju kamar tidurnya. Anin masih terlelap dengan damainya, saat Leon sudah
Wanita itu menunjukkan foto-foto dirinya dan Leon didalam suatu kamar diatas ranjang. Ia melemparnya ke atas meja dan membuat mata pria itu terbelalak. Leon benar-benar tak habis pikir, bagaimana ada poto dirinya bersama wanita itu sedangkan dirinya belum pernah bertemu. Sialan ... Ini jebakan, dia dijebak lagi, tapi siapa yang mencoba menjebaknya."Mengapa kau sangat terkejut, Leon? Aku kecewa kau telah melupakanku," Catherin berucap dengan nada pura-pura sedih."Siapa yang menyuruhmu?" ucap Leon dengan nada mengintimidasi dan tatapan membunuh.Ingin sekali rasanya dia mencekik wanita ini sekarang juga, tapi dia harus bisa menahan diri untuk bisa menggali informasi wanita itu. Dia harus tahu siapa dalangnya, batin Leon."Apa maksudmu, Sayang? Aku tidak mengerti," wanita itu mengelak. Leon sudah tidak tahan lagi, ia pun dengan emosi menggebrak meja dihadapannya.Braaak !"Jangan main-main denganku, Nona! Lebih baik kau jujur sekarang sebelum aku ...." Leon belom selesai bicara tapi p
Leon terkejut ketika pria itu membuka topengnya."Apa kau masih mengingatku?" Pria itu tersenyum dengan wajah mengejek."Apa kabar sepupu? Kulihat kau sangat bahagia tinggal di negara ini, mengapa kau jarang mengunjugi kami di New York," ucap Teo dengan nada sedih yang dibuat-buat."Ternyata kalian memata-mataiku sampai sejauh ini!" Leon menggeram menahan amarah.Leon tidak menduga bahwa sepupunya yang sudah merebut perusahaan papahnya di New York sekarang berada disini. Apalagi yang di inginkan Teodhor kali ini, jelas dia harus sangat waspads dengan ular satu ini."Aku mengkhawatirkanmu, Bro. Aku takut hidupmu tak baik di negara yang gersang ini!" "Tapi sepertinya aku salah, kau terlihat baik ... bahkan sangat baik, hahaha ....""Maaf mengecewakanmu, Teo," ucap Leon dengan senyum sinis."Well, sorry kalau pertemuan pertama kita ditempat yang seperti ini, kau tahu ... Catherin tidak suka keramaian," "Oh yeah ... Perempuan sialan itu sangat serasi sekali denganmu, kalian sama-sama ul
"Turunkan senjatamu, Leon. Kalau kau tidak mau kehilangan sesuatu yang berharga lagi,"Teo memutarkan sebuah video dan terlihat saat ini Anin sedang bersama Catherin dalam sebuah ruangan. Anin sedang tertidur dengan tangan terikat disebuah bangku kayu, wanita itu tidak memakai cadarnya. Tapi Leon bersyukur ia masih mengenakan hijab dan abayanya. "Brengsek .... Bajingan, kamu Teo!" Leon memaki seraya menendang bangku yang ada disebelahnya."Jangan kau libatkan istriku dalam permasalah kita, Brengsek! Dia tidak mengerti apa-apa !" Leon berteriak lagi."Hahaha ... ternyata istrimu sangat cantik, harusnya aku sudah curiga, tidak mungkin kau memilih selera wanita yang payah kan," "Lepaskan dia, urusanmu hanya denganku, Pengecut!" Leon menggeram marah.Bagaimana Anin bisa bersama dengan Catherin, padahal tadi ia sedang tertidur dikamarnya saat Leon pergi meninggalkannya. Lalu bagaimana dengan mamah, batin pria itu bertanya. Bagaimana keadaan mamahnya saat ini? Leon benar-benar tak tenang
Semua yang berada didalam kamar itu terkejut dengan suara pintu yang didobrak dari luar. Munculah seorang pria menodongkan senjata ke arah Teo, laki-laki itu terkejut melihat keadaan Leon dan seorang wanita yang berada didekatnya. "Brengsek, apa-apaan ini Leon?" pria itu menatap Leon dengan ekspresi marah. Kemudian dia melihat Teo dengan pandangan bertanya, tapi pria itu tak perduli ia melepaskan peluru ke tangan Teo, karena pria itu mencoba untuk mengambil senjata yang berada dibalik celenanya."Aaah ...!" Teo berteriak kesakitan.Catherin yang takut pun menjauh dari Leon, ia mendekati kekasihnya yang tertembak. Pria itu mengambil senjata milik Teo dan menaruh dibalik bajunya. Kemudian ia membuka borgol yang mengikat Anin, wanita itu menunduk malu karena tidak mengenakan cadarnya.Kemudian Anin berlari menuju Leon yang masih terikat dan mencoba melepaskan ikatan pada suaminya itu."Anin, maaf ... ," ucap Leon terhenti ketika mata wanita itu menatapnya galak. Setelah Anin berhasil
Bab 38Dua tahun setelah insiden dengan sepupunya, hidup Leon menjadi lebih tenang. Status barunya sebagai ayah beranak satu sekarang, hari-harinya dipenuhi kebahagiaan dengan lahirnya Noah ditengah keluarga kecilnya bersama Anin. Perusahaan semakin berkembang pesat, dan saat ini Leon sedang bersiap menuju New York.Dua hari yang lalu, bibi Anne ibu dari Teo menghubunginya. Mengabarkan bahwa Teo meninggal karena depresi, ia menembak dirinya sendiri dikamarnya. Ada sedikit perasaan bersalah dihatinya pada sang bibi. Biar bagaimanapun mereka adalah keluarga yang Leon miliki satu-satunya."Sayang, besok naik pesawat jam berapa?" Anin menghampiri Leon yang sedang mengajak Noah bermain dihalaman."Aku berangkat malam ini, Sayang. Mereka memajukan jadwal penerbangannya." Leon merangkul pinggang istrinya."Berapa lama disana?" " Mungkin tiga hari. Tidak akan lama Sayang." Leon mengusap kepala Anin."Baiklah, aku bantu mengemasi pakaianmu nanti."Rena menghampiri ketiganya, lalu mengangkat N
Rena sudah berdamai dengan hatinya dan masa lalu suaminya. Dia tidak mau mengotori lagi hatinya dengan perasaan dendam. Dia sudah mengikhlaskannya, karena apapun yang terjadi didalam hidupnya merupakan rangkaian takdir yang sudah Tuhan tetapkan."Tentu saja, aku telah memaafkan mereka berdua." ucap Rena sambil tersenyum."Terima kasih, Mom telah menerimaku dalam keluarga kalian." Helen memeluknya lagi."Beristirahatlah, Mom!" kemudian Helen pergi meninggalkan Rena.Ke esokan harinya, Helen dan Bryan pun menikah sesuai dengan keinginan Leon. Mereka merayakan pesta kecil dan sederhana dihalaman rumah itu. Yang datang hanya sebagian tetangga dan beberapa teman kerja Helen saja, mengingat suasana duka yang masih menyelimuti setelah meninggalnya kakek Helen.Sebelum mereka ke New York besok, Leon mengajak Anin ketempat dimana Leon pernah menginap saat pertama kali bertemu Helen. Bryan sudah tidak tinggal dirumah penginapan itu setelah kemarin ia menikahi Helen."Mau apa kesini, Kak?" tanya
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind