Semua yang berada didalam kamar itu terkejut dengan suara pintu yang didobrak dari luar. Munculah seorang pria menodongkan senjata ke arah Teo, laki-laki itu terkejut melihat keadaan Leon dan seorang wanita yang berada didekatnya. "Brengsek, apa-apaan ini Leon?" pria itu menatap Leon dengan ekspresi marah. Kemudian dia melihat Teo dengan pandangan bertanya, tapi pria itu tak perduli ia melepaskan peluru ke tangan Teo, karena pria itu mencoba untuk mengambil senjata yang berada dibalik celenanya."Aaah ...!" Teo berteriak kesakitan.Catherin yang takut pun menjauh dari Leon, ia mendekati kekasihnya yang tertembak. Pria itu mengambil senjata milik Teo dan menaruh dibalik bajunya. Kemudian ia membuka borgol yang mengikat Anin, wanita itu menunduk malu karena tidak mengenakan cadarnya.Kemudian Anin berlari menuju Leon yang masih terikat dan mencoba melepaskan ikatan pada suaminya itu."Anin, maaf ... ," ucap Leon terhenti ketika mata wanita itu menatapnya galak. Setelah Anin berhasil
Bab 38Dua tahun setelah insiden dengan sepupunya, hidup Leon menjadi lebih tenang. Status barunya sebagai ayah beranak satu sekarang, hari-harinya dipenuhi kebahagiaan dengan lahirnya Noah ditengah keluarga kecilnya bersama Anin. Perusahaan semakin berkembang pesat, dan saat ini Leon sedang bersiap menuju New York.Dua hari yang lalu, bibi Anne ibu dari Teo menghubunginya. Mengabarkan bahwa Teo meninggal karena depresi, ia menembak dirinya sendiri dikamarnya. Ada sedikit perasaan bersalah dihatinya pada sang bibi. Biar bagaimanapun mereka adalah keluarga yang Leon miliki satu-satunya."Sayang, besok naik pesawat jam berapa?" Anin menghampiri Leon yang sedang mengajak Noah bermain dihalaman."Aku berangkat malam ini, Sayang. Mereka memajukan jadwal penerbangannya." Leon merangkul pinggang istrinya."Berapa lama disana?" " Mungkin tiga hari. Tidak akan lama Sayang." Leon mengusap kepala Anin."Baiklah, aku bantu mengemasi pakaianmu nanti."Rena menghampiri ketiganya, lalu mengangkat N
Rena sudah berdamai dengan hatinya dan masa lalu suaminya. Dia tidak mau mengotori lagi hatinya dengan perasaan dendam. Dia sudah mengikhlaskannya, karena apapun yang terjadi didalam hidupnya merupakan rangkaian takdir yang sudah Tuhan tetapkan."Tentu saja, aku telah memaafkan mereka berdua." ucap Rena sambil tersenyum."Terima kasih, Mom telah menerimaku dalam keluarga kalian." Helen memeluknya lagi."Beristirahatlah, Mom!" kemudian Helen pergi meninggalkan Rena.Ke esokan harinya, Helen dan Bryan pun menikah sesuai dengan keinginan Leon. Mereka merayakan pesta kecil dan sederhana dihalaman rumah itu. Yang datang hanya sebagian tetangga dan beberapa teman kerja Helen saja, mengingat suasana duka yang masih menyelimuti setelah meninggalnya kakek Helen.Sebelum mereka ke New York besok, Leon mengajak Anin ketempat dimana Leon pernah menginap saat pertama kali bertemu Helen. Bryan sudah tidak tinggal dirumah penginapan itu setelah kemarin ia menikahi Helen."Mau apa kesini, Kak?" tanya
Leon terkejut dan langsung menghampiri istrinya yang tidak sadarkan diri. Ia langsung membawa Anin kerumah sakit saat itu juga. Ketika dokter sudah selesai memeriksa Anin, kemudian Leon pun menghampiri istrinya. "Bagaimana dok istri saya?" Dokter perempuan itu hanya tersenyum pada Leon. "Selamat Tuan, istri anda sedang mengandung." ucap sang dokter masih dengan senyumannya."Dia pingsan karena kelelahan dan tekanan darahnya rendah ... jangan lupa untuk makan-makanan yang sehat dan bergizi."Leon terperangah seperti orang bodoh, kemudian setelah beberapa detik ia baru tersadar. "A-apa ... Anin hamil." ujar Leon tak percaya, kemudian ia tertawa lalu mendekati sang istri yang perlahan sadar dari pingsannya."Sayang, kamu masih pening?" "Aku kenapa!" Lirih Anin sambil memegangi kepalanya yang masih berdenyut."Kamu tiduran aja kalau masih pusing. Tadi kamu pingsan, Sayang.""Aku ... bagaimana dengan perjalanan kita ke New York hari ini?" Anin membulatkan matanya seakan baru tersadar a
Sembilan bulan usia kehamilan kedua Anin sekarang, sebentar lagi Anin akan melahirkan anak kedua. Dirinya begitu antusias ketika mengetahui jenis kelamin anak keduanya, ia sudah mempersiapkan segala perlengkapan bayinya dengan warna pink yang mendominasi isi lemari bayinya kelak."Sayang, hari ini aku pulang agak malam, ada pertemuan dengan Zahir dan Hasan di Klub." ujar Leon sambil mengikat dasinya didepan cermin."Oke, jangan terlalu malam pulangnya Pah, Noah suka nanyain kamu." "Baik, Sayang. Aku usahakan jam 8 sudah dirumah, Oke!" ucap Leon kemudian menghampiri dan merangkul pinggang istrinya, kemudian mencium bibir Anin yang sudah menjadi candu untuknya. Setelahnya Leon berlutut mensejajrkan tubuhnya dengan perut Anin."Halo girl, Papah pergi kerja dulu, baik-baik sama bunda ya." Leon berbicara didepan perut Anin yang sudah membuncit itu sambil memberikan sentuhan disana."Baik, Pah. Semangat kerjanya ya!" Anin bersuara menirukan anak kecil. Lalu mereka berdua pun tertawa."Jan
Hasan dan Leon saling berpandangan, mereka tahu betul Yuri tidak sembarangan bicara. "Baiklah, kami akan membantumu mencari pria itu." ujar Hasan setelah memikirkannya. "Bagus, aku suka melihat ketakutan dimata kalian. Yaa ... Kalian memang harus takut padaku." ucap Yuri pongah, pria keturunan Rusia tersebut menyeringai. "Karena kalian sudah mau membantuku, aku ingin membeli senjata pada kalian sebanyak 500 buah." ujar pria itu lagi sambil menyalakan cerutu keduanya. "Baik, Tuan Yuri. Kapan waktu pengantarannya?" tanya Hasan kembali."Antar ke markasku lusa dan aku tidak ingin ada keterlambatan, Jangan kecewakan aku Hasan!" Yuri memandang Hasan."Tenang saja Tuan, mereka akan sampai tepat waktu." Hasan meyakinkan pria itu. "Baiklah, kalau begitu senang bisa bekerja sama dengan kalian." Yuri berdiri menjabat tangan Leon dan Hasan.Asisten Yuri yang terlihat lebih sopan, menatap Hasan dan Leon sambil tersenyum ramah. "Terima kasih Tuan-tuan atas waktunya." seru wanita itu ramah. W
Leon hanya menatap iba seraya mengelus pucuk kepala istrinya itu. Anin sudah sadar, setelah operasi tadi dia tertidur cukup lama.Mata Anin mengerjap menyesuaikan dengan cahaya dalam ruang rawat itu. "Pah ...""Iya, Sayang. Mau apa?" ujar Leon sambil mencium tangan sang Istri. "Terima kasih, kamu sudah berjuang melahirkan putri kita yang cantik." Leon mencium kening Anin lama. Anin mengangguk seraya tersenyum lemah. "Dimana putri kita? Apa dia baik-baik saja?" "Masih sama suster dan Mamah di ruangan bayi. Kamu laper? Mau makan sesuatu?" tanya Leon."Mau minum!" sahut Anin lemah. Dia mencoba untuk duduk tapi kesulitan, Anin tidak berani banyak bergerak khawatir luka operasinya akan terbuka."Sshh ... Aduuh." Anin meringis pelan."Lukanya sudah mulai berasa sakit, Pah. Ssshhh ..." "Sebentar aku panggil suster dulu!"Tak lama Leon kembali dengan seorang suster."Sus, lukanya kok perih ya?""Iya bu, itu karena efek dari obat biusnya sudah hilang, nanti diminum obat pereda nyerinya ya
Keesokan harinya, Hasan bersama dengan Zahira menjenguk Anin dirumah sakit. Saat ini Hasan dan Leon duduk berhadapan sambil menyeruput kopi pesanan mereka dikafetaria, mereka sedang membicarakan hal semalam yang mereka bincangkan di ponsel."Jadi, siapa pria itu?" "Saat Taka pergi ke pelelangan senjata itu, dia melihat pangeran Mahmud bersama dengan seseorang, saat itu ia memperkenalkan Taka dengan sosok itu, yang bernama Husain.""Apakah Husain ini orang kerajaan juga?" "Entahlah, aku belum mendapatkan informasi pastinya dari Zahir, dia sedang menyelidiki pria bernama Husain itu." "Sebenarnya senjata jenis apa yang dibawa pria itu, apakah sangat berbahaya?" "Sangat berbahaya, dengan ukuran hanya sebesar bola golf seperti itu dan mudah dibawa kemana-mana tapi bisa menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat, sehingga bisa menghancurkan Burj Khalifa sekalipun." ujar Hasan menatap Leon serius."Dan fatalnya, keenam bola itu berada ditangan yang salah sekarang." Hasan menjelaskan panjang
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind