Helen tidak mengetahui bahwa Yuri memperhatikannya sejak ia berdiri didapur itu, ia pun berbalik hendak kembali menuju ke kamarnya, tapi dikejutkan oleh kehadiran Yuri yang sudah berada dibelakangnya menghalangi jalannya. "Ada apa lagi?" sahut wanita itu ketus."Aku ... aku ... belum sarapan." ucap pria itu dengan wajah dibuat setenang mungkin."Lalu, apa urusannya denganku?" balas Helen sambil melipat kedua tangannya didepan dada."Kau tadi sudah kusuapi, sekarang gantian kau menyuapiku." titah Yuri sambil melipat kedua tangannya juga, mereka kini saling berhadapan dan bertatapn satu sama lainnya. "Aku tidak memintamu menyuapiku," "Tapi ... Aku ... ehem ... calon suamimu." kekeh Yuri tak mau kalah, dia lupa padahal baru semalam ia berjanji pada dirinya tidak akan memaksa Helen lagi untuk apapun, tapi nyatanya gara-gara cemburu pada Leon, sikap pemaksanya kembali lagi."Baiklah." Helen pun menghela napasnya panjang, ia tidak mau lama-lama berdebat dengan pria pemaksa didepannya ini
Yuri menuju Rumah sakit tempat Hugo dirawat, ia melihat sang ayah sedang duduk menunggu didepan ruang operasi. "Dad!" sapa pria berambut ikal berwarna coklat itu sambil menepuk bahu sang ayah. Ditangannya sudah ada coffe dan sekotak donat yang ia beli tadi di Cafetaria Rumah Sakit.Tuan Ivan pun memeluk Yuri, dengan wajah merah menahan tangis."Dad minta maaf padamu, Nak." ucap pria tua yang masih terlihat tampan itu, ia terlihat lelah dan sedih."Dad tidak tahu, Hugo membawa calon istrimu pada saat ia kerumah kemarin sore, aku pikir dia hanya ingin mengantarkan Isabel pada kami." jelas Tuan Ivan."Tidak apa-apa, aku tidak menyalahkan Dad dan Mom, aku juga ... Minta maaf, karena hampir membunuhnya." ucap Yuri merasa tak enak hati."Dad mengerti, jika Dad dalam posisimu, mungkin juga akan melakukan hal yang sama."Mereka berdua duduk sambil menikmati kopi yang Yuri bawa. "Mom dan Isabel kukira ikut." "Mom mu akan menyusul setelah aku mendengar kabar selanjutnya dari dokter." "Kau t
Pagi ini jantung Helen berdegub kencang, walaupun ini adalah pernikahan keduanya tapi tetap saja hatinya sejak tadi merasa gundaj gulana. Tapi ia mencoba terlihat setenang mungkin, saat ini wajahnya sedang dirias. Ia melihat wajahnya yang sedikiy tirus dibagian pipi, ia hampir tidak pernah memperhatikannya. Wanita itu berharap semoga akad nikah kali ino berjalan lancar tanpa ada gangguan lagi. Kejadi seminggu yang lalu memang masih membekas dikepalanya, tapi berkat Leon yang selalu menenangkan dan meyakinkan untuk segera melaksanakan pernikahan ini. Akhirnya Helen pun berani mengungkapkan pada Yuri untuk mempercepat pernikahan mereka pada malam itu. Lelaki itu awalnya hanya terperangah ketika ia menyatakan hal tersebut, tapi sesaat kemudian malah ia tersenyum yang membuatnya terlihat semakin tampan ... bahkan sangat tampan dimata Helen. Tok ... Tok ... Tok ..."Masuk!" ucap Helen, seketika lamunan tentang malam itu pun buyar oleh ketukan didepan pintu."Sudah siap, Dik?" Leon masuk
Keduanya saat ini telah sampai di sebuah rumah yang terlihat sederhana, rumah ini berada di tengah hutan pinus didepannya terdapat sebuah danau yang airnya membeku. Jantung Helen semakin berdetak kencang tak karuan, mau apa Yuri membawanya kesini? Apa mereka akan ... Ah, wanita itu benci membayangkan apa yang ada dipikirannya saat ini. Mereka belom boleh melakukan 'itu' kan, benak Helen sejak tadi berkecamuk.Wanita itu merasa seperti tersengat listrik saat Yuri menyentuh tangannya dan menggenggamnya seraya melangkah memasuki rumah kecil itu. Ketika masuk, sesaat Helen seperti teringat akan suasana rumahnya di Giethroon, ada beberapa perabotan dari kayu yang sepertinya sudah lama tapi masih dirawat dengan baik. Yang membuat Helen begitu takjub adalah hamparan mawar merah yang menghiasi setiap sudut rumah, dengan cahaya lampu yang temaram membuat suasana didalamnya terlihat romantis dan hangat. Binar bahagia terpancar dari matanya, diatas meja telah disediakan beberapa hidangan yang m
Veronica memandang sepasang pengantin yang baru menikah itu dengan tatapan benci. Ia tidak terima kalau laki-laki yang dicintainya sudah menikahi gadis lain. Walaupun selama ini dirinya bersama Hugo tapi hati dan cinta wanita itu masih tertuju pada Yuri. Perlahan wanita itu mengeluarkan sebuah benda tajam, kemudian dengan perlahan ia mendekati Helen dan menatapnya dingin. Ia akan membunuh wanita yang ia anggap telah merebut Yuri darinya itu. Ia yakin Yuri masih mencintainya, sebelum wanita itu datang tinggal bersama mantan tunangannya. Ia yakin jika wanita itu tidak ada, Yuri akan kembali mencintainya, dan dirinya tidak akan ragu lagi untuk menikah dengan Yuri. Ya ... dia harus menyingkirkan wanita itu dari hidup Yuri selamanya. Tidak ada yang boleh menggantikan posisinya sebagai tunangan Yuri. Dia tidak akan mengalah pada wanita manapun, Yuri adalah miliknya sampai kapanpun, hati Veronica membenarkan hal yang akan diperbuatnya itu. Cinta telah membuatnya buta. Veronica sudah berada
Pagi ini Anin sedang sibuk menyiapkan beberapa anak panahnya, hari ini ia dan Zahira merencanakan akan latihan memanah bersama. Selama beberap bulan rutin mengikuti kegiatan ini, Anin merasa selalu bersemangat setiap menjalaninya. Didampingi Leon dan Noah yang juga ikut mendampinginya, bahkan Noah sangat antusias ketika belajar memanah."Sayang, sudah siap?" Leon mendatangi Anin yang sudah rapih dengan gamis hitam dan cadarnya."Sudah, ini juga mau turun. Kenapa nyusul?" "Aku khawatir kamu kerepotan, sini aku bantu bawain panahannya!" ujar Leon seraya mengambil alih busur panah yang ada dalam genggaman istrinya itu. "Terima kasih, suamiku." ucap Anin tiba-tiba mengecup pipi Leon, laki-laki itu pun hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya."Jangan mancing aku lho, nanti kamu bisa batal latihan," ancam Leon, Anin yang ketakutan buru-buru keluar dari kamar mereka seraya tertawa.Kemudian mereka pun berangkat menuju kediaman Hasan. Anin duduk disamping Leon, sedangkan Noah dibelaka
Dalam perjalanan pulang dengan antusias Anin menceritakan tentang perkembangan pesatnya dalam memanah tadi."Aku bisa memanah diatas kuda tadi!" seru Anin tersenyum bahagia. "Aku ikut senang dan bangga, Selamat ya Nyonya Leon yang keren, istrinya siapa sih?!" puji Leon seraya meledek sang istri sambil terkekeh.Anin tertawa semakin semringah, ia merasa bersyukur suaminya selalu menyetujui dan memberi semangat pada semua kegiatannya. Dari membuka kelas gratis online bahasa Arab, belajar memanah dan sekarang ditambah berkuda. Ia hanya berharap semoga dengan melakukan itu semua ada pahalanya di sisi Allah, selain untuk mengisi waktu luang. Tidak mudah memang mengatur jadwal, ditengah kesibukannya sebagai seorang istri dari seorang Ceo, dan juga ibu dari dua orang anak yang sedang butuh banyak perhatian. Tapi alhamdulillah Anin bisa mengatur jadwal kesemuanya dengan baik."Noah tidur?" tanya Leon sambil melirik center mirror didepannya."Iyaa, kecapean kayanya, terlau bersemangat latihann
Hasan bersama 20 orang pejuang dari Suriah berangkat menuju Palestina, mereka melewati Jordania lalu terus menuju ke Semananjung Sinai, dari sana lebih mudah untuk masuk kedalam kota Gaza, daripada melewati Lebanon. Dengan melewati terowongan bawah tanah yang dibuat oleh para pejuang Palestina akhirnya mereka sampai di kota Gaza. Kelompok dibagi dua, 10 orang bersama dengan Syaikh Abdullah menyerang markas tentara Israel dari sebelah barat, sedangkan sisanya menyerang disisi lainnya dengan Syaikh Ali wakil dari Syaikh Abdullah sebagai komandan. Hasan yang sudah terbiasa berlatih sendiri dirumahnya, dengan pola latihan yang sama dengan para mujahid jalani, alhamdulillah bisa mengikuti pergerakan sesama pejuang lainnya. Bahkan banyak warga sipil Palestina yang ikut angkat senjata untuk melawan para penjajah Israel, dengan senjata apapun yang mereka temukan. Jika dalam keadaan terdesak semua orang mendadak jadi bisa melakukan hal yang tidak biasa dilakukan. Mereka melakukannya demi
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind