Hasan bersama 20 orang pejuang dari Suriah berangkat menuju Palestina, mereka melewati Jordania lalu terus menuju ke Semananjung Sinai, dari sana lebih mudah untuk masuk kedalam kota Gaza, daripada melewati Lebanon. Dengan melewati terowongan bawah tanah yang dibuat oleh para pejuang Palestina akhirnya mereka sampai di kota Gaza. Kelompok dibagi dua, 10 orang bersama dengan Syaikh Abdullah menyerang markas tentara Israel dari sebelah barat, sedangkan sisanya menyerang disisi lainnya dengan Syaikh Ali wakil dari Syaikh Abdullah sebagai komandan. Hasan yang sudah terbiasa berlatih sendiri dirumahnya, dengan pola latihan yang sama dengan para mujahid jalani, alhamdulillah bisa mengikuti pergerakan sesama pejuang lainnya. Bahkan banyak warga sipil Palestina yang ikut angkat senjata untuk melawan para penjajah Israel, dengan senjata apapun yang mereka temukan. Jika dalam keadaan terdesak semua orang mendadak jadi bisa melakukan hal yang tidak biasa dilakukan. Mereka melakukannya demi
Pagi ini Anin sedang membuat sarapan didapur, Noah dan Leon minta dibuatkan bubur ayam kesukaan mereka. Noah memang benar-benar persis seperti Leon, entah dari wajah, hoby bahkan makanan favorit pun sama. Karena Anin sudah tahu pa-apa saja yang mereka suka dan yang tidak mereka suka. "Bun, punyaku banyakin kulit ayamnya ya!" oceh Noah dengan wajah tak sabar."Iya, Sayang. Papah juga kan?" "Iyaa doong!" tukas Leon menjawab.Anin pun kemudian memberikan semangkok bubur ayam untuk suaminya dan Noah dimangkok yang lainnya. Noah dan Leon juga sama-sama tidak menyukai pedas, keduanya hanya menambahkan kecap manis saja pada bubur mereka.Anin kemudian menghampiri ibu mertuanya yang sedang menggendong Shafiyya dihalaman rumahnya, bayi perempuan itu terlihat senang ketika sang nenek memperlihatkan seekor burung pipit yang sedang berjalan diteras rumah mereka. "Mah, sarapan dulu! Shafiyya gendong sama bunda lagi ya!" "Kamu udah sarapan belum, Nin?" "Udah Mah, tadi Anin makan mangga yang d
Saat ini Leon sudah bersama Syaikh Ali. Mereka berada disebuah restoran yang memiliki tempat privasi. Setelah menyapa dsn berkenalan dengannya, Leon tak sabar ingin menanyakan tentang kabar sahabatnya."Bagaimana kabar Hasan?" tanya Leon memulai pembicaraan. "Saat ini, ia sedang dirawat disebuah rumah sakit di Jordania, kami terpaksa membawanya kesana, karena seperti yang kita tahu Rumah sakit di Palestina tidak cukup memadai fasilitasnya, semua serba terbatas.""Apa yang terjadi padanya?" tanya Leon dengan wajah panik."Dia tertembak dibagian lutut dan matanya terkena serpihan kaca saat tentara Israel mengebom kami." ucap pria berperawakan tinggi dan berwajah tampan itu."Subhanallah!" lirih Leon dengan nada putus asa."Aku tidak bisa lama disini, Hasan yang menyuruhku untuk menghubungimu dan dia memberiku nomor teleponmu karena dia menghapalnya. Ponselnya hancur karena ledakan bom tersebut.""Apa kau bersedia ikut denganku sekarang juga? aku juga tidak bisa lama disini, karena seja
Setelah memasuki pekarangan Rumah sakit, Leon dan Ali bergegas menuju ruangan tempat Hasan dirawat. Seorang perawat baru saja keluar dari sana, lalu Ali pun menanyakan perkembangan laki-laki yang sudah banyak membantu kelompoknya itu. "Tuan Hasan akan menjalani operasi matanya setengah jam lagi, peluru dilututnya sudah berhasil dikeluarkan." seru sang perawat memberikan keterangan pada keduanya."Apa kemungkinan operasi matanya akan berhasil?" tanya Leon dengan wajah penuh selidik."Kita berdoa saja, semoga Allah berikan yang terbaik untuk Tuan Hasan." Perawat itu pun kemudian berlalu meninggalkan Leon dan Zahir. Mereka masuk kedalam ruangan itu, Hasan masih tidak sadarkan diri. Mungkin karena efek obat bius. Sementara itu Ali terlihat gelisah, berulang kali ia melihat ke arah ponselnya."Ada apa? Apa ada sesuatu yang penting?" Leon bertanya pada laki-laki itu. "Maap, Leon. Aku harus pergi sekarang juga, kedatanganku sedang ditunggu oleh komandan. Senjata-senjata itu harus segera s
Tanpa sadar Leon terlelap disamping Hasan selama hampir dua jam, Leon merasakan pegal disekitar punggungnya karena tertidur sambil duduk. Ia melihat jam ditangannya, menunjukkan pukul sembilan malam, Leon pun sedikit terkejut, karena ia belum melaksanakan sholat maghrib. Leon pun kemudian menuju kamar mandi untuk berwudhu. Setelahnya Leon pun menjamak qashar shalatnya, antara shalat maghrib dan sholat isya, lantaran ia tanpa sengaja tertidur saat waktu maghrib karena saking lelahnya. Baru saja Leon mengucapkan salam terakhir ketika ia mendengar suara Hasan menyebut namanya."Leon, kaukah itu?" tanya Hasan dengan suara pelan.Leon pun langsung menghampiri sahabatnya itu."Ya, ini aku. Kau sudah sadar? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa masih sakit lutut dan matamu?"tanya Leon khawatir."Aku senang kamu ada disini, terima kasih kawan." ucap Hasan seraya tersenyum."Aku juga bersyukur bisa menemanimu, bagaimana keadaanmu, saudaraku?" "Lebih baik kurasa, hanya lutut dan mataku masih te
Syaikh Abdullah menghampiri seorang pemuda Palestina yang terkena luka tembak dilengannya, darah terus mengucur dari lengan pria yang bernama Zain itu. Pemuda ini nekad ikut melawan tentara Isarel yang sedang menyerang Syaikh Abdullah dan kelompoknya, padahal ia belum pernah belajar menembak dan memegang silah sebelumnya, tapi karena ia sangat bersemangat untuk turun ke dalam pertempuran sengit itu, akhirnya ia harus terkena peluru pada saat berlari ingin menghindar dari serangan para pasukan iblis itu. "Tenanglah, apa kau masih bisa berjalan?" tanya Syaikh Abdullah pada Zain.Zain pun mengangguk, saat ini ia masih bisa berjalan hanya pandangannya sedikit tidak fokus. "Apa kau bisa melihatku dengan jelas?" tanya Syaik Abdullah lagi."Tidak, semakin lama semakin buram yaa ... Syaikh." ucap sang pemuda dengan napas terengah.Syaikh Abdullah pun kemudian hendak menolongnya menghentikan pendarahan pada lengan pemuda itu."Maap, ini akan terasa sakit. Lenganmu harus diikat agar darahnyan
Ali berhasil masuk kembali kedalam kota, ia menemui Syaikh Abdullah dengan membawa persedian senjata yang diberikan oleh Leon dan Zahir. Kali ini ia dibantu oleh seorang pejuang lagi untuk membantu membawa senjata-senjata itu. "Dimana Syaikh Abdullah?"tanya Ali pada temannya itu. "Kami sudah berpindah tempat lagi, aku ditugaskan untuk menjemputmu." ucap pria itu bernama Salman."Alhamdulillah teman-teman Hasan memberikan kita pasokan senjata dan beberapa makanan." ucap Ali, sambil berjalan menyusuri reruntuhan bangunan yang hancur terkena bom, mereka berjalan menuju tempat persembunyian baru."Alhamdulillah, bagaimana keadaan Hasan?" tanya Salman, pasalnya pria itu pernah Hasan tolong saat kakinya tertembak dua minggu lalu."Bersyukur serpihan yang masuk kedalam matanya hanya sedikit saja, dokter bilang ia masih bisa melihat tapi butuh waktu untuk bisa melihat dengan normal lagi, kita doakan saja semoga Hasan cepat sembuh dan bergabung bersama kita lagi." jawab Ali "Aamiin."Mereka
Zahir saat ini sudah sampai di Rumah Sakit yang diberitahu oleh Leon. Ia membawa beberapa bungkusan berisikan baju ganti untuk Leon dan Hasan, juga ada beberapa makanan yang ia bawa. Tibalah ia didepan pintu ruangan tempat Hasan dirawat, lalu ia pun masuk kedalamnya seraya mengucap salam."Wa'alaikumussalam, akhirnya kamu sampai disini juga Hir!" seru Leon mereka pun berpelukan, Zahir juga memeluk Hasan yang duduk diatas ranjangnya. "Bagaimana kabarmu, adik ipar?" tanya Zahir seraya menepuk bahu Hasan."Alhamdulillah lebih baik karena kedatanganmu kakak ipar." ucap Hasan yang membuat ketiganya tertawa. "Syukurlah, aku berharap kau lekas sembuh.""Aamiin.""Ini kubawakan pesenanmu dan Leon juga ada, sekotak donat dan nasi briyani dengan kambing panggang, dan juga buah-buahan."Zahir menaruh semua bawaannya diatas meja."Terima kasih saudaraku, kau memang the best." sahut Leon seraya mengacungkan jempolnya."Makanlah, San! Kulihat kau lebih kurus sekarang." sambung Zahir sambil memper
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind