Share

2

Penulis: sefti92
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-09 16:18:13

"Benar begitu Bang?" ulangku pada Bang Tama yang diam saja.

"Hanya sementara dek," sahutnya pelan.

"Kok sementara sih Mas, aku juga istrimu jadi aku berhak untuk tinggal di rumahmu. Dan kamu Zahwa, sebagai istri kedua kamu seharusnya mau berbagi. Aku ini juga istrinya Mas Satria kan, bukan hanya kamu saja. Ingat aku juga punya hak atas rumah ini," ujar istri pertama suamiku dengan ketus.

Apa katanya? Dia punya hak? Tentu saja tidak. Rumah ini atas namaku, sebab ini adalah hadiah pernikahan dari kakak tertuaku. Bahkan jika aku mengusir Bang Tama dari rumah ini, aku yakin jika ia tak akan menolak.

"Sementara Raya, sebab jangankan kamu, akupun tak memiliki hak atas rumah ini," ujar Bang Tama kemudian.

"Apa maksudmu Mas? Ini rumahmu kan?"

"Ini rumah milik istriku Raya, bukan milikku. Hartaku tidak sebanyak itu untuk bisa membangun rumah semewah ini," lanjutnya membuatku tersenyum, jenis senyuman hampa.

Memang benar kata Bang Tama. Keluargaku jauh diatas keluarganya. Bahkan, kafe dan restoran milik Bang Tama berada dibawah naungan perusahaan kakak keduaku. Tapi selama ini, aku tak pernah menganggap semua itu penting. Apa yang aku miliki, itu artinya dia juga memiliki hak.

"Kamu bohong Mas. Aku tahu berapa jumlah kafe dan restoran milikmu, jadi tidak mungkin jika ini bukan rumahmu," selanya tak tahu malu.

"Kamu tahu dari mana?"

"Mas, siapa yang tidak mengenali dirimu? Pengusaha muda sukses pemilik kafe dan restoran yang cabang tidak sedikit. Tentu saja aku tahu,"

"Dan karena itulah kamu memaksa suamiku untuk menikahimu," ujarku ketus.

"Hey jangan asal bicara kamu," hardiknya yang hanya aku tanggapi dengan senyuman remeh.

"Lalu ... Selain memanfaatkan suamiku untuk status anakmu dengan lelaki lain, apa lagi motifmu memaksanya hah?" sarkasku membuatnya terbungkam.

"Dek, istri Abang ini lembut hatinya. Tolong jangan berubah menjadi jahat hanya karena kesalahan pria brengsek ini," ujar Bang Tama yang hanya aku anggap sebagai angin lalu saja. Wanita lembut ini bisa jadi kasar jika diperlakukan seperti ini.

"Abang boleh diam sebentar tidak? Istrimu yang lembut ini ingin menunjukan bagaimana kuasanya," sahutku ketus.

"Baiklah my queen," ujar Bang Tama lalu tak lama kemudian ia terkekeh.

"Abang jangan ketawa," hardikku.

"Siap!" sahutnya tegas.

Kulihat wanita bernama Naraya itu memutar bola matanya. Mungkin merasa kesal karena aku abaikan. Lalu pandanganku terarah pada Bang Tama yang ternyata tengah memandangiku.

"Kenapa lihat adek begitu?"

"Istri imut Abang ini makin cantik saat marah," sahutnya tanpa beban.

"Jangan ngegembel, istrimu ini sedang marah!" ketusku. "Baiklah kakak madu, jadi kamu ingin tinggal di sini bukan? Kamu ingin dianggap sebagai istri bukan? Oke aku ijinkan." putusku kemudian.

"Hanya sementara sayang, nanti Abang akan carikan Raya rumah lain yang dekat dengan kampus tempat dia mengajar,"

"Tidak. Aku hanya ingin tinggal disini!"

Hey keras kepala sekali wanita ini. Tapi baiklah, kita lihat seberapa lama dia akan bertahan di sini. Aku ini terbiasa mendapatkan apa yang aku mau. Tidak sulit membuatnya merasa tidak betah. Akan aku tunjukan jika Azzahwa Salsabila Ramadhan adalah wanita tangguh.

Kalian pasti berpikir aku ini bodoh, munafik dan terlampau bucin. Nyatanya aku percaya pada suamiku. Mendengar penjelasannya tadi, aku menyimpulkan jika ini bukan kesalahannya. Meski dengan hati yang hancur, aku akan menerima apa yang sudah terjadi.

"Jangan keras kepala Raya. Suka tidak suka, aku akan tetap mencarikanmu rumah lain," putus Bang Tama mutlak.

Kedengar wanita itu mendengus kasar tanda tidak setuju dengan keputusan Bang Tama. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa bukan?

"Mbak Ina," panggilku pada salah satu ART di rumah ini.

"Iya mbak, ada apa?"

"Tolong siapkan kamar tamu untuk tamunya Bang Tama"

"Baik mbak, akan saya siapkan,"

"Terima kasih." ujarku yang dibalas anggukan dan senyuman darinya.

"Dek, untuk jadwal berbagi suami kita ..."

"Tidak ada jadwal berbagi," potong Bang Tama sebelum kalimat mbak Raya selesai.

"Maksudnya Mas?"

"Raya, kamu tahu pasti aku tidak bisa memperlakukanmu layaknya istri. Aku tidak mungkin bermalam di kamar lain selain kamar milik Zahwa. Aku tidak ingin menyakitinya,"

"Lantas kamu tega menyakiti hatiku?"

"Sedari awal, bukankah sudah aku katakan jika aku hanya akan berperan sebagai penanggung jawab atas hidupmu? Hanya cukup dengan materi saja, dan kamu sudah setuju bukan?"

"Bang, untuk saat ini Abang harus adil," selaku saat mbak Raya hendak membuka mulutnya. "Bagilah jadwal diantara kami agar adil," lanjutku kemudian.

"Tidak. Sudah cukup Abang menyakitimu dengan pernikahan ini sayang, tidak lagi dengan membagi malam kita."

"Aku hanya tidak ingin Abang mendapat dosa," sahutku. "Aku permisi ke kamar. Mbak Raya, maaf atas kelancanganku tadi. Tidak seharusnya aku berkata kasar begitu. Walau bagaimanapun mbak Raya lebih tua dari aku, sudah seharusnya aku menghormatimu. Apa lagi kamu adalah istri pertama suamiku. Assalamualaikum," pamitku laku aku beranjak meninggalkan ruang tamu.

Jika kalian pikir aku ini berhati malaikat dengan mengijinkan maduku tinggal di sini. Kalian salah besar, aku tidak sebaik itu. Tapi aku juga ingin mempertahankan apa yang aku miliki. Bang Tama adalah milikku, sedari awal ia adalah milikku. Jika aku membiarkan mbak Raya memiliki rumah lain, itu artinya aku harus siap untuk membagi jadwal bermalam suamiku.

Tidak, aku tidak ingin Bang Tama bermesraan dengan wanita lain. Permintaanku untuk membagi jadwalpun hanyalah caraku untuk membuat Bang Tama semakin merasa menyesal. Jangan dikira aku ini tidak merasakan jika hati suamiku itu telah terbagi. Aku bukan wanita bodoh yang akan tetap merasa menjadi satu-satunya wanita yang dicintai suaminya. Sedangkan pada kenyataannya ada istri lain selain diriku.

Sesampainya di kamar, tak ada lagi hasratku untuk memberikan hadiah yang sudah aku siapkan untuknya. Kue dengan tulisan selamat itu pun akan aku bawa turun. Kado yang sudah ku beli akan aku simpan kembali.

Tepat ketika aku hendak turun untuk menyimpan kue ini di kulkas, pintu kamar terbuka. Terlihat Bang Tama tengah berdiri canggung dihadapanku.

"Dek, ini ..."

"Tadinya adek sudah siapkan kue ini spesial untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita Bang, tapi nampaknya kejutan milik adek tidak sebanding dengan kejutan dari Abang. Selamat hari ulang tahun pernikahan dan selamat atas pernikahan Abang dengan mbak Naraya. Maaf seharusnya dulu Abang jujur saja, sehingga hal seperti ini tidak terjadi. Abang telah menyakiti dua hati." ujarku membuatnya terdiam. Tanpa menunggu responnya, aku beranjak kedapur untuk meletakkan kue ini.

Sesampainya dapur, terlihat mbak Naraya tengah membuat sesuatu. Tanpa memperdulikannya, aku lantas meletakkan kue itu dan aku berniat kembali ke kamar.

"Dek tunggu," cegahnya membuat langkahku terhenti. Dengan malas aku membalikan badanku menghadapnya. Ternyata ia tengah memegang kue yang baru saja aku simpan. "Hari ini, hari ulang tahun pernikahan kalian?" tanyanya.

"Ya, dan seharusnya kami merayakannya dengan suka cita," sahutku ketus.

"Maaf ... Sekali lagi maafkan aku,"

"Maafmu tidak akan mengembalikan kebahagiaanku Mbak! Jadi stop minta maaf padaku. Jangan membuatku terlihat jahat karena tidak bisa memaafkan perbuatanmu padaku,"

"Tapi dek, mbak tulus ingin minta maaf. Apalagi tadi mbak sudah berbicara kasar padamu," ujarnya yang membuatku muak.

"Oke aku maafkan," sahutku kemudian.

"Dek tolong bujuk Mas Satria untuk membagi jadwal bermalamnya di kamar kita," lanjutnya.

"Itu urusan kalian mbak! Aku tidak ingin ikut campur. Mbak tadi dengar kan jika aku sudah memintanya untuk membagi jadwal? Hasil akhirnya ada ditangan Bang Tama,"

"Tolong jangan egois," ujarnya kembali membuatku semakin muak.

"Baiklah," sahutku tak ingin memperpanjang masalah. Sungguh, rasanya ingin sekali menampar atau setidaknya menjambak rambutnya itu. Tapi jika aku lakukan, maka akulah yang akan dipermalukan. Jadi sebisa mungkin aku tahan keinginanku itu.

"Satu lagi dek, aku ingin diperkenalkan dengan keluarga besar kita. Aku ingin mereka tahu jika Mas Satria memiliki istri lain,"

Deg

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
terlalu goblok betul alur ceritanya. g berakal banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Kedua Suamiku    3

    "Satu lagi dek, aku ingin diperkenalkan dengan keluarga besar kita. Aku ingin mereka tahu jika Mas Satria memiliki istri lain,"DegSeketika aku merasa takut, takut jika keluarga Bang Tama dengan suka rela menerima mbak Naraya. Apalagi sampai saat ini aku masih belum bisa memberikan penerus untuk Bang Tama."Bagaimana dek? Ini permintaan sederhana dariku," ujarnya sembari menggenggam tanganku. "Tolong jangan buat aku seperti istri simpanan," lanjutnya kemudian berlalu meninggalkanku seorang diri.Istri simpanan? Bukankah selama ini statusnya memang hanya seorang istri simpanan? Lalu jika ia mampu bertahan sekian lama, mengapa sekarang ia menuntut status yang jelas? Apa lagi setelah ini?"Sayang, kamu ngapain?" Pecah suara dari orang yang begitu aku kenal memecah lamunanku. "Eh adek nangis?" lanjutnya sembari menyeka air mataku.Menangis? Bahkan aku tak merasa jika air mataku luruh. Apa yang aku tangisi? Nasibku yang di madu? Ah bukan, akulah yang menjadi madu. Atau aku menangis karena

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Wanita Kedua Suamiku    4

    Setelah mengatur degup jantungku agar normal kembali, aku melangkahkan kaki menuju ruang keluarga dimana semua tengah berkumpul. Melihat keluargaku bercanda ria, rasanya tak tega jika harus mengungkapkan kebenaran menyakitkan ini. Ya Allah bantu hambamu agar tetap kuat menjalani takdir yang telah engkau rancang untukku.***"Sayang, kok melamun," teguran dari mama mertua membuatku tersadar. Aku hanya bisa tersenyum, memaksakan senyum lebih tepatnya. Sedari dulu aku memang tak pandai menyembunyikan perasaanku. Kalau kata kak Nando aku ini bagaikan buku cerita yang terbuka, mudah sekali untuk dibaca."Mana suamimu Nak?" tanya Papa yang mungkin saja heran karena biasanya aku dan Bang Tama memang tak bisa berjauhan."Abang ke kamar sebentar Pa, ada urusan pekerjaan yang harus dia selesaikan," sahutku asal."Anak itu gimana sih, kerjaan terus yang diurus. Ini kan hari spesial buat dia sama Zahwa kok bisa-bisanya malah kerja. Lagian apa masih kurang waktu kunjungan keluar kotanya itu," omel

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Wanita Kedua Suamiku    5

    "Assalamualaikum ... selamat malam,"Oh Allah ...Suara itu milik istri pertama suamiku. Ya Allah kenapa sekarang? Kulihat wajah Bang Tama semakin merah. Aku yakin saat ini ia tengah emosi. Jadi permintaanku tidak dituruti oleh kakak maduku ini rupanya. Niat sekali ia menghancurkan hari istimewaku. Baiklah Zahwa, suka tidak suka kamu harus mengenalkannya malam ini."Waalaikumsalam, eh ada tamu rupanya. Tapi kok dari kamar?" sahut dan tanya Mama membuatku menelan ludah. Hey kemana keberanianku tadi. Ayolah Zahwa cukup kenalkan namanya dan statusnya di rumah ini. Untuk selanjutnya biarkan takdir yang berbicara."Emh ... Mama ... Papa ... Ayah ... dan kedua kakak tampanku. Perkenalkan dia ... " oh Allah lidahku kelu untuk menyebut nama dan statusnya. Hatiku perih untuk mengakuinya. Aku menunduk untuk menyembunyikan setetes air mata yang tiba-tiba saja luruh."Saya Naraya ... istri pertama Mas Satria," ucapnya lugas memotong perkataanku.Takut-takut kuangkat kepala, dan kini terlihat eksp

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Wanita Kedua Suamiku    6

    Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat, malam ini begitu dingin. Tak ada canda tawa, yang terlihat hanya gurat marah dan kecewa."Panggil wanita itu!" perintah Papa."Untuk apa Pa?" pertanyaan aneh itu terlontar dari mulut Bang Tama."Panggil saja, tak usah banyak tanya!" sahut Papa tegas, terlihat jelas jika beliau tak ingin dibantah.Bang Tama pun ke kamar untuk memanggil Mbak Raya. Kini aku tengah menyiapkan hati. Apapun yang terjadi nanti, aku akan mempertahankan apa yang sudah aku miliki. Bagiku, sedari awal dia adalah milikku. Wanita itulah yang merebut suamiku."Assalamualaikum ..." salam dari Mbak Raya membuyarkan lamunanku. Kulihat dengan sopan ia berusaha untuk mencium tangan mama dan papa yang sayangnya ditolak secara halus oleh mertuaku itu. Wajah sendu tak dapat disembunyikan olehnya, tapi hal itu justru membuatku bahagia. Jahat? Biarlah."Duduk kamu!" perintah mama ketus.Setelah semuanya duduk, seperti biasa aku menyuguhkan teh sebagai teman mengobrol. Sayangnya mal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Wanita Kedua Suamiku    7

    Malam semakin larut, masih dengan hati yang remuk aku mencoba untuk memejamkan mata. Sekedar mengistirahatkan badan, walaupun kantuk tak kunjung menghampiri.Tak lama setelah aku memejamkan mata, pintu kamarku terbuka. Dapat aku pastikan jika itu adalah Bang Tama. Sengaja tidak mengunci pintu kamar, aku membiarkan lelaki yang masih menyandang status sebagai suamiku itu untuk masuk."Sayang, sudah tidur?" tanyanya setelah duduk di tepi ranjang kami. Dengan malas aku membuka mata, memandang wajah yang sedari dulu mampu membuatku terpesona."Menurut Abang, dalam kondisi saat ini bisakah aku tidur secepat itu?" sarkasku tak menyembunyikan sedikitpun amarahku padanya."Sayang, bisa kita bicara?" pintanya lirih."Apa yang akan kita bicarakan Bang? Tentang istri pertamamu atau tentang kehamilannya? Ah atau justru tentang hubungan kita?""Semua dek. Banyak hal yang ingin Abang bicarakan denganmu." sahutnya mantap."Untuk apa bang? Untuk apa bicara jika tak akan ada jalan keluarnya?""Menurut

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Wanita Kedua Suamiku    8

    "Emh jadi bagaimana Mas? Dasinya aku yang ambil atau dek Zahwa saja?" pertanyaan yang meluncur dari mbak Raya membuat Bang Tama menjauh sedikit dariku. Tak mengapa, aku sudah cukup puas untuk saat ini."Ah itu, biar saya yang ambil. Tadi adek sudah jelaskan dimana letaknya. Ya sudah saya ambil dasi dulu ke kamar," pamit Bang Tama.Sekilas kulihat raut tak suka di wajah mbak Raya. Apa peduliku? Biarkan saja dia. Kembali sibuk dengan menu sarapan pagi ini, lagi lagi aku dikejutkan dengan perkataan kakak maduku itu."Dia juga suamiku kan dek, lantas kenapa hanya kamu yang mendapatkan kecupan itu?""Lah mana aku tahu mbak! Harusnya tadi mbak Raya bilang juga kalau mau dicium! Kalau aku sih, ya mau gimana ya mbak ... itu sudah jadi kebiasaan kami. Rasanya itu ada yang kurang kalau gak kecup keningku. Ah mbak nanti bakal tau kok kebiasaan kami jika berada di rumah. Aku harap mbak tidak kaget sih," sahutku tak peduli jika itu semakin membuatnya sakit hati.Tak lama kemudian, Bang Tama kembal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • Wanita Kedua Suamiku    9

    Setelah drama di ruang makan tadi pagi, kini aku sudah bersiap untuk pergi menemui teman-temanku. Dengan langkah santai, aku meninggalkan kamar, tak lupa sebelumnya aku kunci pintu kamarku itu.Di ruang keluarga tampak Mbak Raya tengah bersantai. Menikmati peran sebagai nyonya rumah rupanya. Rasanya ingin sekali mengganggu ketenangannya lagi, tapi ah sudahlah lebih baik aku segera pergi saja."Seharusnya wanita yang sudah menikah itu tidak nongkrong bersama teman-temannya. Harusnya wanita yang sudah menikah itu lebih banyak duduk diam menunggu suami pulang kerja. Katanya gak mau dimadu ...tapi ini, suami pergi kerja malah ikutan pergi juga. Giliran suami punya istri lain eh berlagak tersakiti," celetukan ringan dari Mbak Raya mengehentikan langkah kakiku. Oh rupanya dia mau berdebat lagi denganku. Gak bosen apa? Semenjak dia ada di rumah ini, hampir tak pernah kami lewatkan waktu tanpa perdebatan."Sorry, mbak Raya ngomong sama saya?" tanyaku pura-pura tak mengerti."Harusnya sih sada

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Wanita Kedua Suamiku    10

    BRAAK"Astaghfirullah ... Astaghfirullah,""Sorry, kaget!" ucap Nia."Kaget sih kaget, tapi ya gak gebrak meja juga kali ah," gerutu Rani."Ya maaf! Reflek aja gitu tadi. Oke balik lagi ke adek tercinta kita ini. Bagaimana bisa suami yang bucin abis sama istrinya itu menikah lagi?" tanya Nia."Aku adalah istri kedua Bang Tama," ucapku memulai cerita."Tunggu ... ini semua cuma kebohongan kamu aja kan Wa? Kira-kira dong kalau mau bohong! Istri kedua gimana coba ... jelas-jelas kita semua tau kalau saat kalian menikah statusnya adalah bujangan," sela Dani.Kutarik nafas sebelum melanjutkan cerita, aku pandangi satu persatu wajah sahabatku ini."Aku adalah istri kedua suamiku. Itu kenyataannya. Bukan aku yang dimadu melainkan aku yang menjadi madu. Hebat bukan? Selama ini aku hanya tahu jika akulah istri satu-satunya Bang Tama, nyatanya sebelum menikahiku ia telah menikahi wanita lain. Saat ini istri pertama suamiku tinggal bersama denganku," ceritaku pada mereka."Aku masih gak habis pi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13

Bab terbaru

  • Wanita Kedua Suamiku    12

    Sesampainya di rumah, aku langsung turun tanpa perlu berterima kasih pada Nazril. Kulihat mobil milik Bang Tama sudah berada di garasi. Tumben sekali, biasanya ia akan pulang setelah magrib."Assalamualaikum," salamku sebelum masuk rumah.Sepi sekali, kenapa tidak ada yang menjawab salamku? Ah, mungkin Abang sedang mandi. Kulanjutkan langkah menuju kamar utama. Eh tunggu, suara apa itu di dapur? Tanpa pikir panjang, kuarahkan kaki menuju dapur. Astaghfirullah ..."Abang!" teriakku, menghentikan adegan dewasa antara Mbak Raya dan suamiku itu."Adek, Dek ini ...." ujarnya tergagap."Jangan marah, bukan hanya kamu istrinya. Apa yang kamu lihat tadi bukankah hal yang biasa dilakukan sepasang suami istri?" sahut Mbak Raya yang aku tahu jika tujuannya adalah untuk menyakitiku."Marah? Tentu tidak. Hanya saja jangan lupakan adab. Benar jika kalian ini suami istri, tapi apakah pantas melakukan hal seperti itu di tempat terbuka begini?" sahutku santai. "Sayang dengar Abang. Tadi tidak sepert

  • Wanita Kedua Suamiku    11

    BYUUURTiba-tiba saja, Nia sudah ada di sampingku dan menyiram mbak Raya dengan minuman milik Andre yang memang belum tersentuh sama sekali."Hey, siapa kamu beraninya menyiramku?" tanya Mbak Raya ketus."Kamu yang siapa ... datang-datang kok bikin kacau!" sahut Nia tak kalah ketus."Kamu lihat wanita yang duduk di hadapanmu, dia itu istri kedua suamiku. Di rumah saja berlagak sebagai istri baik dan setia, ternyata dia tak lebih dari wanita murahan yang hobi selingkuh!" maki mbak Raya sembari menudingku."Oh jadi ini adalah wanita yang memaksa calon suami orang lain untuk menikahinya ... padahal dia tahu kalau lelaki yang ia paksa untuk menjadi suaminya akan menikah esok hari dengan wanita lain. Pantas sih, kelihatan sekali murahannya!" balas Nia membuat mbak Raya terdiam, entah karena marah atau malu."Nia, sudah. Tidak baik dilihat orang," ujarku mencoba melerai."Diam Wa, biarkan aku menyadarkan wanita tak tahu diri ini. Orang gak tau apa-apa tapi asal tuduh. Dengar ya mbak, apa ya

  • Wanita Kedua Suamiku    10

    BRAAK"Astaghfirullah ... Astaghfirullah,""Sorry, kaget!" ucap Nia."Kaget sih kaget, tapi ya gak gebrak meja juga kali ah," gerutu Rani."Ya maaf! Reflek aja gitu tadi. Oke balik lagi ke adek tercinta kita ini. Bagaimana bisa suami yang bucin abis sama istrinya itu menikah lagi?" tanya Nia."Aku adalah istri kedua Bang Tama," ucapku memulai cerita."Tunggu ... ini semua cuma kebohongan kamu aja kan Wa? Kira-kira dong kalau mau bohong! Istri kedua gimana coba ... jelas-jelas kita semua tau kalau saat kalian menikah statusnya adalah bujangan," sela Dani.Kutarik nafas sebelum melanjutkan cerita, aku pandangi satu persatu wajah sahabatku ini."Aku adalah istri kedua suamiku. Itu kenyataannya. Bukan aku yang dimadu melainkan aku yang menjadi madu. Hebat bukan? Selama ini aku hanya tahu jika akulah istri satu-satunya Bang Tama, nyatanya sebelum menikahiku ia telah menikahi wanita lain. Saat ini istri pertama suamiku tinggal bersama denganku," ceritaku pada mereka."Aku masih gak habis pi

  • Wanita Kedua Suamiku    9

    Setelah drama di ruang makan tadi pagi, kini aku sudah bersiap untuk pergi menemui teman-temanku. Dengan langkah santai, aku meninggalkan kamar, tak lupa sebelumnya aku kunci pintu kamarku itu.Di ruang keluarga tampak Mbak Raya tengah bersantai. Menikmati peran sebagai nyonya rumah rupanya. Rasanya ingin sekali mengganggu ketenangannya lagi, tapi ah sudahlah lebih baik aku segera pergi saja."Seharusnya wanita yang sudah menikah itu tidak nongkrong bersama teman-temannya. Harusnya wanita yang sudah menikah itu lebih banyak duduk diam menunggu suami pulang kerja. Katanya gak mau dimadu ...tapi ini, suami pergi kerja malah ikutan pergi juga. Giliran suami punya istri lain eh berlagak tersakiti," celetukan ringan dari Mbak Raya mengehentikan langkah kakiku. Oh rupanya dia mau berdebat lagi denganku. Gak bosen apa? Semenjak dia ada di rumah ini, hampir tak pernah kami lewatkan waktu tanpa perdebatan."Sorry, mbak Raya ngomong sama saya?" tanyaku pura-pura tak mengerti."Harusnya sih sada

  • Wanita Kedua Suamiku    8

    "Emh jadi bagaimana Mas? Dasinya aku yang ambil atau dek Zahwa saja?" pertanyaan yang meluncur dari mbak Raya membuat Bang Tama menjauh sedikit dariku. Tak mengapa, aku sudah cukup puas untuk saat ini."Ah itu, biar saya yang ambil. Tadi adek sudah jelaskan dimana letaknya. Ya sudah saya ambil dasi dulu ke kamar," pamit Bang Tama.Sekilas kulihat raut tak suka di wajah mbak Raya. Apa peduliku? Biarkan saja dia. Kembali sibuk dengan menu sarapan pagi ini, lagi lagi aku dikejutkan dengan perkataan kakak maduku itu."Dia juga suamiku kan dek, lantas kenapa hanya kamu yang mendapatkan kecupan itu?""Lah mana aku tahu mbak! Harusnya tadi mbak Raya bilang juga kalau mau dicium! Kalau aku sih, ya mau gimana ya mbak ... itu sudah jadi kebiasaan kami. Rasanya itu ada yang kurang kalau gak kecup keningku. Ah mbak nanti bakal tau kok kebiasaan kami jika berada di rumah. Aku harap mbak tidak kaget sih," sahutku tak peduli jika itu semakin membuatnya sakit hati.Tak lama kemudian, Bang Tama kembal

  • Wanita Kedua Suamiku    7

    Malam semakin larut, masih dengan hati yang remuk aku mencoba untuk memejamkan mata. Sekedar mengistirahatkan badan, walaupun kantuk tak kunjung menghampiri.Tak lama setelah aku memejamkan mata, pintu kamarku terbuka. Dapat aku pastikan jika itu adalah Bang Tama. Sengaja tidak mengunci pintu kamar, aku membiarkan lelaki yang masih menyandang status sebagai suamiku itu untuk masuk."Sayang, sudah tidur?" tanyanya setelah duduk di tepi ranjang kami. Dengan malas aku membuka mata, memandang wajah yang sedari dulu mampu membuatku terpesona."Menurut Abang, dalam kondisi saat ini bisakah aku tidur secepat itu?" sarkasku tak menyembunyikan sedikitpun amarahku padanya."Sayang, bisa kita bicara?" pintanya lirih."Apa yang akan kita bicarakan Bang? Tentang istri pertamamu atau tentang kehamilannya? Ah atau justru tentang hubungan kita?""Semua dek. Banyak hal yang ingin Abang bicarakan denganmu." sahutnya mantap."Untuk apa bang? Untuk apa bicara jika tak akan ada jalan keluarnya?""Menurut

  • Wanita Kedua Suamiku    6

    Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat, malam ini begitu dingin. Tak ada canda tawa, yang terlihat hanya gurat marah dan kecewa."Panggil wanita itu!" perintah Papa."Untuk apa Pa?" pertanyaan aneh itu terlontar dari mulut Bang Tama."Panggil saja, tak usah banyak tanya!" sahut Papa tegas, terlihat jelas jika beliau tak ingin dibantah.Bang Tama pun ke kamar untuk memanggil Mbak Raya. Kini aku tengah menyiapkan hati. Apapun yang terjadi nanti, aku akan mempertahankan apa yang sudah aku miliki. Bagiku, sedari awal dia adalah milikku. Wanita itulah yang merebut suamiku."Assalamualaikum ..." salam dari Mbak Raya membuyarkan lamunanku. Kulihat dengan sopan ia berusaha untuk mencium tangan mama dan papa yang sayangnya ditolak secara halus oleh mertuaku itu. Wajah sendu tak dapat disembunyikan olehnya, tapi hal itu justru membuatku bahagia. Jahat? Biarlah."Duduk kamu!" perintah mama ketus.Setelah semuanya duduk, seperti biasa aku menyuguhkan teh sebagai teman mengobrol. Sayangnya mal

  • Wanita Kedua Suamiku    5

    "Assalamualaikum ... selamat malam,"Oh Allah ...Suara itu milik istri pertama suamiku. Ya Allah kenapa sekarang? Kulihat wajah Bang Tama semakin merah. Aku yakin saat ini ia tengah emosi. Jadi permintaanku tidak dituruti oleh kakak maduku ini rupanya. Niat sekali ia menghancurkan hari istimewaku. Baiklah Zahwa, suka tidak suka kamu harus mengenalkannya malam ini."Waalaikumsalam, eh ada tamu rupanya. Tapi kok dari kamar?" sahut dan tanya Mama membuatku menelan ludah. Hey kemana keberanianku tadi. Ayolah Zahwa cukup kenalkan namanya dan statusnya di rumah ini. Untuk selanjutnya biarkan takdir yang berbicara."Emh ... Mama ... Papa ... Ayah ... dan kedua kakak tampanku. Perkenalkan dia ... " oh Allah lidahku kelu untuk menyebut nama dan statusnya. Hatiku perih untuk mengakuinya. Aku menunduk untuk menyembunyikan setetes air mata yang tiba-tiba saja luruh."Saya Naraya ... istri pertama Mas Satria," ucapnya lugas memotong perkataanku.Takut-takut kuangkat kepala, dan kini terlihat eksp

  • Wanita Kedua Suamiku    4

    Setelah mengatur degup jantungku agar normal kembali, aku melangkahkan kaki menuju ruang keluarga dimana semua tengah berkumpul. Melihat keluargaku bercanda ria, rasanya tak tega jika harus mengungkapkan kebenaran menyakitkan ini. Ya Allah bantu hambamu agar tetap kuat menjalani takdir yang telah engkau rancang untukku.***"Sayang, kok melamun," teguran dari mama mertua membuatku tersadar. Aku hanya bisa tersenyum, memaksakan senyum lebih tepatnya. Sedari dulu aku memang tak pandai menyembunyikan perasaanku. Kalau kata kak Nando aku ini bagaikan buku cerita yang terbuka, mudah sekali untuk dibaca."Mana suamimu Nak?" tanya Papa yang mungkin saja heran karena biasanya aku dan Bang Tama memang tak bisa berjauhan."Abang ke kamar sebentar Pa, ada urusan pekerjaan yang harus dia selesaikan," sahutku asal."Anak itu gimana sih, kerjaan terus yang diurus. Ini kan hari spesial buat dia sama Zahwa kok bisa-bisanya malah kerja. Lagian apa masih kurang waktu kunjungan keluar kotanya itu," omel

DMCA.com Protection Status