Share

26. Bimbang

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam itu, Lova sedang berbaring di sofa di apartemennya, matanya menatap langit-langit sambil memikirkan Ia masih bisa mengingat ekspresi tenang dan tatapan penuh makna dari Caid.

Lova terusik oleh keberadaan Caid, seolah semua sindiran mereka sebelumnya tak lebih dari permainan kecil.

Teleponnya berdering, dan nama Cosette muncul di layar. Lagi-lagi. Lova mendesah pelan sebelum akhirnya mengangkat telepon itu.

“Aku tahu kau tidak sedang sibuk, Angelic” suara Cosette terdengar tegas, tapi ada nada cemas yang tersembunyi di baliknya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kau tidak pernah absen selama ini, tapi sekarang tiba-tiba menghilang.”

Lova tersenyum tipis, meskipun Cosette tak bisa melihatnya. “Tidak ada yang terjadi, Cos. Aku hanya butuh istirahat. Lagipula, aku masih punya cukup uang untuk bertahan beberapa waktu lagi.”

Cosette terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada lebih lembut, “Kau tahu kau bisa bicara padaku, kan? Jika ada masalah…”

“Tidak ada masalah, Cosette. Aku baik-baik s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   27. Tidak akan berhenti

    “kukirimkan lokasinya”Caid menatap layar ponselnya yang kini gelap, senyum puas masih menghiasi wajahnya. Dia telah menempuh langkah-langkah panjang untuk bisa sedekat ini dengan Lova. Keputusannya untuk menetap di Boston selama sebulan, meninggalkan tugas utamanya, adalah sesuatu yang tidak biasa bagi pria seperti Caid. Namun, demi mendapatkan sang Angelic, dia rela melakukannya.Sambil besiul pelan, Caid berjalan menuju jendela suite penthouse, menatap pemandangan kota Boston yang berkilauan di bawah cahaya lampu.Di balik tatapan dinginnya, ada obsesi yang semakin menguat setiap hari. Lova adalah sosok yang berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah dia kenal—dia adalah tantangan, sesuatu yang tidak mudah didapatkan, dan itu membuat Caid semakin tertarik.Sedangkan di dalam jet pribadi yang melesat menuju Columbia, Enid menatap Dylan yang sedang asyik memeriksa detail transaksi. "Kau yakin kita bisa menyelesaikan ini tanpa kehadiran

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   28. Bad news

    Kampus dipenuhi bisikan-bisikan tentang Lova. Rumor bahwa dia masuk ke hotel tempat Caid berada telah menyebar dengan cepat, menjadi topik hangat di antara para mahasiswa. Banyak yang berbisik-bisik saat Lova melintas, menatapnya dengan pandangan penuh curiga dan spekulasi "Dia pasti simpanan seseorang” bisik seorang mahasiswa kepada temannya saat mereka melewati Lova di koridor. “Siapa yang tahu? Tidak ada yang tahu tentang keluarganya, tapi dia hidup dengan nyaman. Apartemennya di pusat kota, dia mendapat pendidikan yang bagus, dan sekarang ini? Masuk ke hotel Wston? Aku rasa semua orang bisa menebak apa yang terjadi” jawab temannya sambil melirik Lova dengan tatapan meremehkan. “Apa mungkin dia menggoda Caid Winston? Kudengar dia mengajukan diri menjadi asisten Caid” Lova bisa mendengar setiap kata yang mereka ucapkan, tapi dia tetap berjalan dengan tenang, seolah-olah tak ada yang terjadi. Dia sudah terbiasa menjadi bahan pembicaraan d

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   29. Patah Hati

    Suasana di kelas terasa sedikit berbeda. Caid Winston berdiri di depan ruangan, siap untuk mengajar seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang aneh. Tatapannya terus menerus terarah pada Lova, seolah-olah dia tidak bisa melepaskan pandangan meskipun dia sedang menjelaskan materi kepada seluruh kelas. Lova merasakan tatapan Caid yang intens, tapi dia tidak membiarkan hal itu mengganggunya. Dia duduk di bangkunya, mencatat dengan tenang, berusaha mengabaikan sensasi aneh yang merayap di bawah kulitnya. Panas dan mengganggu Lova semakin tak nyaman dibuatnya. ditambah, perhatian dari para siswa di kelas tidak luput dari situasi ini. Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara mereka, beberapa di antaranya cukup keras hingga dapat didengar oleh Lova. "Kenapa Mr. Winston terus menatap Lova?" bisik seorang siswa kepada temannya. "Apa mungkin dia tertarik pada Lova?" jawab temannya dengan nada penuh spekulasi. "Aku dengar mereka sempat bertemu di luar jam kuliah. Mungkin saja ada sesuatu d

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   30. She's mine

    Emily memandang Lova dengan khawatir. Dalam seminggu terakhir, Lova benar-benar menghilang, dan sekarang saat dia akhirnya muncul, penampilannya membuat Emily terkejut. Lova duduk di bar dengan segelas minuman keras di tangannya, matanya kosong, tanpa kehidupan. Seolah-olah semua semangat yang pernah dimilikinya telah hilang. "apa yang terjadi? Setelah seminggu menghilang kau datang dalam keadaan kacau" tanya Emily dengan suara lembut, mencoba meraih perhatian sahabatnya. Namun, Lova hanya menatap kosong ke arah minumannya, mengabaikan kekhawatiran Emily. Setelah beberapa saat, Lova akhirnya mendongak, menatap Emily dengan mata yang sayu dan merah. "Emily... Aku sudah muak dengan semuanya" suaranya serak, hampir seperti bisikan. "Aku muak menjadi Angelic" Emily merasakan ada sesuatu yang sangat salah. Ini bukan Lova yang dia kenal. Biasanya, Lova adalah seseorang yang kuat dan tegar, tetapi sekarang dia tampak hancur, seolah-olah dunianya telah runtuh. "Apa yang terjadi? Kau

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   31. Peliharaan

    “jadilah milikku, seperti ucapanmu, biarkan aku memeliharamu” ucap Caid Lova mengangkat satu alis, mempertimbangkan tawaran Caid dengan ekspresi yang sulit terbaca. “Memeliharaku? Kau sungguh pikir aku binatang peliharaan?” jawabnya, suaranya terdengar datar namun penuh tantangan. “Jangan lupa, kau yang pertama kali mengatakannya,” ujar Caid sambil menatap Lova dengan intens, suaranya rendah namun penuh cengkeraman. “Aku hanya mengulang apa yang kau katakan sendiri. Kau yang bilang ingin dipelihara, bukan?” Lova mendengus, menahan senyum sarkastis yang hampir muncul di bibirnya. “Aku tidak serius waktu itu" Caid tersenyum lebar, seolah permainan ini semakin menarik baginya. “Kau harus akui bahwa kita berdua suka bermain-main dengan hal seperti ini. Kau bilang tidak serius, tapi lihat dirimu sekarang, mempertimbangkan penawaranku.” "Darimana kepercayaan dirimu itu? " Tanya Lova datar Caid terkekeh "aku Caid Walton" Ucapnya dengan angkuh, baru kali ini Caid membanggakan naman

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   32. Tinggal Bersama

    Lova tetap memandangi pemandangan di luar dinding kaca besar penthouse milik Caid, meskipun pikirannya tidak benar-benar fokus pada apa yang dilihatnya. Dia merasa kesal, tapi juga sadar bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari dirinya yang sedang ia hadapi. Kekayaan dan kekuasaan Caid Walton bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Pria itu memiliki pengaruh yang bisa mengubah hidup seseorang dalam sekejap, dan Lova tahu dia sedang bermain dengan api. Tapi Lova tidak bisa mengabaikanya, dia setuju dengan penawaran Caid untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan itu harus dia dapatkan hingga akhir “Apa yang kau lamunkan?” Lova melirik Caid sejenak, pria itu datang dengan bertelanjang dada, otot-ototnya menonjol di bawah cahaya lampu yang lembut, membuatnya terlihat sangat menarik. “Bukan urusanmu” jawab Lova, berusaha menjaga ketenangan. “Rioter, I like it” Gumam Caid “Kupikir kau sudah jinak saat sepakat dengan penawaranku” Lova mendengus pelan, pandangannya masih menata

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   33. Sesama Pemain

    Caid keluar dari walk in closet dengan setelah kemeja hitam rapi, pria itu nampak tergesa dan tanpa mengatakan apapun dia keluar dari kamar. Lova duduk di tepi ranjang, menatap pintu yang baru saja ditinggalkan Caid dengan penampilan yang agak berantakan. Kekekehan kecilnya terdengar di ruangan kosong itu, mencerminkan rasa frustrasi sekaligus kepuasan aneh. Dia tidak terkejut dengan perubahan mendadak itu. Caid Walton adalah pria yang selalu merasa bisa mengendalikan segalanya, tapi jelas ada batasannya, meski dia mungkin tidak mau mengakuinya. "Entah aku harus sedih atau bahagia" Gumamnya Lova memainkan black card di tangannya, memutar-mutar kartu itu seakan mempertimbangkan langkah berikutnya. Meski suasana momen tadi begitu intens, Lova tahu bahwa di balik setiap tindakan Caid, selalu ada rencana yang lebih besar. Uang, kekuasaan, dan hasrat adalah permainan yang ia kuasai dengan sempurna, tapi Lova tidak berniat menjadi bidak dalam permainan itu. Dia berdiri dan berj

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   34. cat and mouse

    'Nona Angelic sudah pergi' Caid tersenyum tipis membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Damian. Tentu saja, pikirnya. Lova bukan tipe wanita yang bisa dengan mudah diprediksi atau dikendalikan. Dia tahu bahwa kesepakatan di antara mereka lebih seperti permainan kucing dan tikus. Lova jelas tidak akan menjadi tikus yang patuh. Sambil mengabaikan perasaan kesal yang sempat muncul, Caid menutup ponselnya, memasukkan ke dalam saku, dan menatap keluar jendela jet pribadi yang akan lepas landas sebentar lagi. Langit gelap di luar seolah mencerminkan ketenangannya yang baru ditemukan, meski di baliknya, ada badai yang siap pecah kapan saja. "Dia memang tidak pernah akan menjadi penurut" gumam Caid pada dirinya sendiri, dengan seringai yang kembali menghiasi wajahnya. Dia sedang berpikir, hukuman apa yang cocok untuk rubah kecilnya itu Jet pribadi itu melesat ke udara, membawa Caid menuju Kolombia, tempat masalah yang jauh lebih besar menantinya. Pikiran tentang Lova sedikit demi se

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   135. Perasaan Caid

    Evelyn.Nama itu, terasa seperti bisikan dari masa lalu yang tiba-tiba muncul kembali, menghantui mereka berdua.Dia mencoba membaca ekspresi Caid, mencari petunjuk lebih jauh, namun yang dia lihat hanyalah campuran antara rasa bersalah dan kepedihan, pandangan yang sulit diartikan.Jika tak ingin merasa sakit, lebih baik Lova tak mendengar cerita Caid. Namun di sisi lain, sesuatu dalam dirinya ingin tahu lebih banyak. Dia ingin memahami Caid sepenuhnya, meskipun tahu bahwa itu akan membukakan luka yang barangkali belum sepenuhnya sembuh“Aku ingin dengar tentangnya” Sekuat tenaga Lova mencoba menenangkan diri dan berbicara dengan lembut dan teraturCaid memejamkan matanya sesaat, seolah sedang mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang telah lama dia pendam. Dia menghela napas berat sebelum berbalik menatap Lova.“Kau yakin ingin tahu?” tanyanya pelan, namun sorot matanya penuh ketegangan. “Ini bukan cerita yang indah, Love. Semuanya mungkin akan membuatmu melih

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   134. Yang belum terungkap

    Caid memutar bola mata jengah, matanya terasa perih karena melihat kemesraan ayah dan ibunya di ruang tempat Lova dirawat. Dari sudut pandangnya, terlihat jelas bagaimana Calton dan Ophelia berbicara dengan penuh perhatian, seolah dunia mereka berputar di sekitar satu sama lain. Sementara dia, entah kenapa, merasa sedikit canggung dengan pemandangan itu.Bayangkan saja, kedua orang tuanya bercerai sejak usia Caid 19 tahun, itu artinya sudah hampir 8 tahun yang lalu. Namun, hari ini mereka tampak seperti pasangan yang tak pernah terpisah.Calton dengan gaya khasnya yang tenang dan berwibawa, duduk disofa sambil menggenggam tangan Ophelia seakan mereka masih menjadi pasangan muda yang saling jatuh cinta.Sementara itu, Ophelia menatap Calton dengan senyuman lembut, tatapan yang penuh kasih dan kehangatan, sesuatu yang jarang Caid lihat di wajah ibunya sejak mereka bercerai.“Jadi rujuk?” Caid akhirnya membuka suara, nada suaranya datar namun mengandung rasa ingin tahu yang tulus.Calton

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   133. Rujuk

    Ophelia tersenyum samar, menatap ke arah Caid dan Lova yang tampak begitu nyaman dalam pelukan di atas ranjang. Ada sesuatu yang hangat dan penuh perhatian antara keduanya, meskipun situasi itu terasa sedikit tidak biasa."Apa mereka selalu begitu?" tanya Ophelia dengan suara lembut, namun matanya tidak lepas dari pemandangan itu.Emily, yang berdiri di samping Ophelia, tampak sedikit canggung. Dia menelan saliva sebelum menjawab, "Sepertinya, tapi memang Mr Walton yang mengincar Lova sejak awal." Emily merasa sedikit takut akan salah bicara, takut jika pengakuannya akan membuat Ophelia berpikir berbeda tentang hubungan mereka.Ophelia memandang Emily sejenak dengan ekspresi yang sulit dibaca, seolah merenung. "Caid memang selalu seperti itu" jawabnya perlahan. "Tapi, Lova tampaknya bisa menghadapinya dengan baik."Emily mengangguk ragu, matanya kembali melirik ke arah Caid dan Lova. "Mereka... berbeda dari yang saya bayangkan sebelumnya" kata Emily pelan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   132. Pregnant

    Caid membuka pintu ruang perawatan dengan langkah tegas, wajahnya dingin dan tak terbaca. Meskipun penampilannya agak berantakan, maklum dia begitu tergesa kembali ke New York karena takut dengan ancaman perceraian dari Lova. Dia tak ingin menduda disaat penikahan mereka bahkan belum 24 jam terjadi.Caid tak peduli pada pandangan aneh perawat dan dokter yang ia lewati di koridor rumah sakit. Yang ada di benaknya hanyalah wajah Lova yang marah dan dingin. Ancaman perceraian itu seperti pisau yang terus menusuk dadanya.Saat pintu ruangan Lova terbuka, mata abu itu tertuju pada Lova yang duduk di tempat tidur dengan posisi bersandar, wajahnya menunjukkan ekspresi lelah bercampur kesal. Gaun pengantinnya sudah berganti menjadi baju piyama pasien rumah sakit yang longgar“Kau terlambat 1 jam 34 menit, Caid Walton”“Love” panggil Caid pelan, agak takut sebenarnyaLova sudah menunggunya, wajahnya pucat tetapi sorot matanya tajam d

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   131. Pengendali

    Dayn mengamati pergerakan dari kejauhan melalui teropong khusus miliknya “Mereka terlihat terlalu tenang. Apa menurutmu mereka tahu kita datang?”Caid, yang berdiri di sebelahnya, menyeringai dingin. “Biar saja mereka tenang. Mereka tidak tahu apa yang akan menghantam mereka setelah ini.”“Kau yakin akan meledakan gedung itu?” tanya Dylan tak yakin“Jika dia masih bersembunyi layaknya tikus, aku tak punya pilihan lain”“Banyak manusia tak bersalah disana” tambah Dylan menasehatiDayn menurunkan teropongnya, melirik pada saudara kembarnya lalu menatap Caid dengan ekspresi serius. “Dylan benar. Jika kau meledakkan gedung itu, kau tidak hanya akan menargetkan mereka yang bersalah. Ada banyak nyawa di sana. Apa kau benar-benar siap menanggung akibatnya?”Caid memandang Dylan dan Dayn dengan dingin, rahangnya mengeras. “Aku tidak meminta persetujuan kalian. Aku sudah memberikan mereka cukup banyak waktu untuk menyerah. Kalau mereka memilih bersembunyi di balik perisai manusia tak bersalah,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   130. Sekutu Meredith

    Virginia, Markas CIAMeredith melangkah dengan tergesa-gesa ke kantor Louis Belucci, salah satu petinggi tertinggi di CIA yang selama ini menjadi sekutunya. Wajahnya memerah karena marah, dan napasnya tersengal. Dia hampir menerobos pintu tanpa mengetuk, tetapi dua pengawal Louis segera menghadangnya.“Louis, aku butuh bantuan!” serunya, suaranya hampir histeris.Pintu terbuka dengan perlahan, dan Louis duduk dengan sikap tenang di balik meja kayu besar, kedua tangannya terlipat di depan dada. Wajahnya tampak tidak terganggu, tetapi ada kilatan dingin di matanya yang memperingatkan.“Biarkan dia masuk” katanya singkat, mengisyaratkan pengawalnya untuk membiarkan Meredith masuk.Begitu pintu ditutup, Meredith langsung meledak. “Apa kau tahu apa yang sedang terjadi? Walton dan kelompoknya akan menyerang kita! Ini gila! Kita butuh pasukan tambahan, sistem pertahanan yang lebih kuat—apa kau mendengarku?”Louis memandang Meredith dengan tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang m

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   129. Mengakhirinya

    New York Memorial HospitalCaid terus menggenggam tangan Lova, tidak peduli dengan noda darah di bajunya. Dokter dan perawat bergerak cepat, membawa Lova ke ruang operasi darurat."Dia kehilangan banyak darah" ujar salah satu dokter. "Kita harus segera melakukan tindakan."Caid mencoba mengikuti mereka, tetapi seorang perawat menghalangi jalannya. "Maaf, Tuan, Anda harus menunggu di luar.""Tidak! Aku tidak akan meninggalkannya!" sergah Caid, matanya dipenuhi kemarahan.Calton, yang baru tiba di rumah sakit bersama Ophelia, mendekati Caid dan meletakkan tangan di bahunya. "Biarkan mereka bekerja, Caid. Kau harus mempercayai mereka."Dengan enggan, Caid mundur, meskipun matanya tetap tertuju pada pintu ruang operasi. Dia merasa tidak berdaya, sesuatu yang jarang dia rasakan dalam hidupnya.“Harusnya aku langsung membunuh wanita jalang itu sejak dulu” Caid menggeram, menyalahkan dirinya sendiri. Dia menatap

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   128. Tragedi

    Dor!Tembakan menggema di aula, menghentikan musik dan percakapan. Jeritan tamu terdengar bersahut-sahutan, menciptakan kepanikan yang langsung menyebar. Lova terhuyung, tangan kanannya bergerak memegang dadanya yang mulai berwarna merah."Lova!" teriak Caid, menangkap tubuhnya sebelum terjatuh. Dia memeluk istrinya erat-erat, ekspresinya campuran antara keterkejutan dan kemarahan.Calton segera bergerak, berlari ke arah mereka sementara Ophelia dengan sigap mencari perlindungan di balik meja, memandang situasi dengan tatapan penuh ketegangan.Para pengawal dengan badge Walton yang berada di sekitar aula langsung bereaksi. Salah satu dari mereka berhasil melumpuhkan pria bersenjata itu sebelum dia bisa melepaskan tembakan lagi."Lova, tetap bersamaku" bisik Caid panik, menekan luka di dada Lova untuk menghentikan pendarahan. Matanya menatap penuh rasa takut, sesuatu yang jarang terlihat dari seorang pria seperti dia.Lova mencoba tersenyum,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   127. Wedding Day

    Hari pernikahan yang sangat ditunggu oleh Caid akhirnya tiba dengan segala kemegahannya. Sebuah aula besar di pusat kota New York disulap menjadi tempat yang tampak seperti diambil dari mimpi: lampu kristal bergemerlapan, bunga-bunga eksotis menghiasi setiap sudut, dan lantunan musik klasik mengalun lembut di udara.Lova berdiri di ruangan rias, mengenakan gaun putih yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Wajahnya yang cantik terlihat dingin, tapi ada sorot mata yang menunjukkan kegelisahan.Dia... .. ragu"Anda cantik sekali nona" ujar salah satu asisten riasnya.Lova hanya tersenyum tipis, lalu menatap bayangan dirinya di cermin. Dalam hati, ia masih bertanya-tanya apakah keputusan ini adalah langkah yang tepat. Tapi kemudian, bayangan Caid melintas di pikirannya, dan entah kenapa, hal itu memberinya sedikit keberanian.Di luar, Caid berdiri di ujung altar, mengenakan setelan hitam yang membuat auranya semakin mendominasi. Tatapannya terus tertu

DMCA.com Protection Status