Home / Romansa / Wanita Incaran Sang Billionaire / 27. Tidak akan berhenti

Share

27. Tidak akan berhenti

Author: Strrose
last update Last Updated: 2024-09-03 14:00:34

“kukirimkan lokasinya”

Caid menatap layar ponselnya yang kini gelap, senyum puas masih menghiasi wajahnya. Dia telah menempuh langkah-langkah panjang untuk bisa sedekat ini dengan Lova. Keputusannya untuk menetap di Boston selama sebulan, meninggalkan tugas utamanya, adalah sesuatu yang tidak biasa bagi pria seperti Caid. Namun, demi mendapatkan sang Angelic, dia rela melakukannya.

Sambil besiul pelan, Caid berjalan menuju jendela suite penthouse, menatap pemandangan kota Boston yang berkilauan di bawah cahaya lampu.

Di balik tatapan dinginnya, ada obsesi yang semakin menguat setiap hari. Lova adalah sosok yang berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah dia kenal—dia adalah tantangan, sesuatu yang tidak mudah didapatkan, dan itu membuat Caid semakin tertarik.

Sedangkan di dalam jet pribadi yang melesat menuju Columbia, Enid menatap Dylan yang sedang asyik memeriksa detail transaksi. "Kau yakin kita bisa menyelesaikan ini tanpa kehadiran

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   28. Bad news

    Kampus dipenuhi bisikan-bisikan tentang Lova. Rumor bahwa dia masuk ke hotel tempat Caid berada telah menyebar dengan cepat, menjadi topik hangat di antara para mahasiswa. Banyak yang berbisik-bisik saat Lova melintas, menatapnya dengan pandangan penuh curiga dan spekulasi "Dia pasti simpanan seseorang” bisik seorang mahasiswa kepada temannya saat mereka melewati Lova di koridor. “Siapa yang tahu? Tidak ada yang tahu tentang keluarganya, tapi dia hidup dengan nyaman. Apartemennya di pusat kota, dia mendapat pendidikan yang bagus, dan sekarang ini? Masuk ke hotel Wston? Aku rasa semua orang bisa menebak apa yang terjadi” jawab temannya sambil melirik Lova dengan tatapan meremehkan. “Apa mungkin dia menggoda Caid Winston? Kudengar dia mengajukan diri menjadi asisten Caid” Lova bisa mendengar setiap kata yang mereka ucapkan, tapi dia tetap berjalan dengan tenang, seolah-olah tak ada yang terjadi. Dia sudah terbiasa menjadi bahan pembicaraan d

    Last Updated : 2024-09-04
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   29. Patah Hati

    Suasana di kelas terasa sedikit berbeda. Caid Winston berdiri di depan ruangan, siap untuk mengajar seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang aneh. Tatapannya terus menerus terarah pada Lova, seolah-olah dia tidak bisa melepaskan pandangan meskipun dia sedang menjelaskan materi kepada seluruh kelas. Lova merasakan tatapan Caid yang intens, tapi dia tidak membiarkan hal itu mengganggunya. Dia duduk di bangkunya, mencatat dengan tenang, berusaha mengabaikan sensasi aneh yang merayap di bawah kulitnya. Panas dan mengganggu Lova semakin tak nyaman dibuatnya. ditambah, perhatian dari para siswa di kelas tidak luput dari situasi ini. Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara mereka, beberapa di antaranya cukup keras hingga dapat didengar oleh Lova. "Kenapa Mr. Winston terus menatap Lova?" bisik seorang siswa kepada temannya. "Apa mungkin dia tertarik pada Lova?" jawab temannya dengan nada penuh spekulasi. "Aku dengar mereka sempat bertemu di luar jam kuliah. Mungkin saja ada sesuatu d

    Last Updated : 2024-09-05
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   30. She's mine

    Emily memandang Lova dengan khawatir. Dalam seminggu terakhir, Lova benar-benar menghilang, dan sekarang saat dia akhirnya muncul, penampilannya membuat Emily terkejut. Lova duduk di bar dengan segelas minuman keras di tangannya, matanya kosong, tanpa kehidupan. Seolah-olah semua semangat yang pernah dimilikinya telah hilang. "apa yang terjadi? Setelah seminggu menghilang kau datang dalam keadaan kacau" tanya Emily dengan suara lembut, mencoba meraih perhatian sahabatnya. Namun, Lova hanya menatap kosong ke arah minumannya, mengabaikan kekhawatiran Emily. Setelah beberapa saat, Lova akhirnya mendongak, menatap Emily dengan mata yang sayu dan merah. "Emily... Aku sudah muak dengan semuanya" suaranya serak, hampir seperti bisikan. "Aku muak menjadi Angelic" Emily merasakan ada sesuatu yang sangat salah. Ini bukan Lova yang dia kenal. Biasanya, Lova adalah seseorang yang kuat dan tegar, tetapi sekarang dia tampak hancur, seolah-olah dunianya telah runtuh. "Apa yang terjadi? Kau

    Last Updated : 2024-09-06
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   31. Peliharaan

    “jadilah milikku, seperti ucapanmu, biarkan aku memeliharamu” ucap Caid Lova mengangkat satu alis, mempertimbangkan tawaran Caid dengan ekspresi yang sulit terbaca. “Memeliharaku? Kau sungguh pikir aku binatang peliharaan?” jawabnya, suaranya terdengar datar namun penuh tantangan. “Jangan lupa, kau yang pertama kali mengatakannya,” ujar Caid sambil menatap Lova dengan intens, suaranya rendah namun penuh cengkeraman. “Aku hanya mengulang apa yang kau katakan sendiri. Kau yang bilang ingin dipelihara, bukan?” Lova mendengus, menahan senyum sarkastis yang hampir muncul di bibirnya. “Aku tidak serius waktu itu" Caid tersenyum lebar, seolah permainan ini semakin menarik baginya. “Kau harus akui bahwa kita berdua suka bermain-main dengan hal seperti ini. Kau bilang tidak serius, tapi lihat dirimu sekarang, mempertimbangkan penawaranku.” "Darimana kepercayaan dirimu itu? " Tanya Lova datar Caid terkekeh "aku Caid Walton" Ucapnya dengan angkuh, baru kali ini Caid membanggakan naman

    Last Updated : 2024-09-07
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   32. Tinggal Bersama

    Lova tetap memandangi pemandangan di luar dinding kaca besar penthouse milik Caid, meskipun pikirannya tidak benar-benar fokus pada apa yang dilihatnya. Dia merasa kesal, tapi juga sadar bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari dirinya yang sedang ia hadapi. Kekayaan dan kekuasaan Caid Walton bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Pria itu memiliki pengaruh yang bisa mengubah hidup seseorang dalam sekejap, dan Lova tahu dia sedang bermain dengan api. Tapi Lova tidak bisa mengabaikanya, dia setuju dengan penawaran Caid untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan itu harus dia dapatkan hingga akhir “Apa yang kau lamunkan?” Lova melirik Caid sejenak, pria itu datang dengan bertelanjang dada, otot-ototnya menonjol di bawah cahaya lampu yang lembut, membuatnya terlihat sangat menarik. “Bukan urusanmu” jawab Lova, berusaha menjaga ketenangan. “Rioter, I like it” Gumam Caid “Kupikir kau sudah jinak saat sepakat dengan penawaranku” Lova mendengus pelan, pandangannya masih menata

    Last Updated : 2024-09-08
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   33. Sesama Pemain

    Caid keluar dari walk in closet dengan setelah kemeja hitam rapi, pria itu nampak tergesa dan tanpa mengatakan apapun dia keluar dari kamar. Lova duduk di tepi ranjang, menatap pintu yang baru saja ditinggalkan Caid dengan penampilan yang agak berantakan. Kekekehan kecilnya terdengar di ruangan kosong itu, mencerminkan rasa frustrasi sekaligus kepuasan aneh. Dia tidak terkejut dengan perubahan mendadak itu. Caid Walton adalah pria yang selalu merasa bisa mengendalikan segalanya, tapi jelas ada batasannya, meski dia mungkin tidak mau mengakuinya. "Entah aku harus sedih atau bahagia" Gumamnya Lova memainkan black card di tangannya, memutar-mutar kartu itu seakan mempertimbangkan langkah berikutnya. Meski suasana momen tadi begitu intens, Lova tahu bahwa di balik setiap tindakan Caid, selalu ada rencana yang lebih besar. Uang, kekuasaan, dan hasrat adalah permainan yang ia kuasai dengan sempurna, tapi Lova tidak berniat menjadi bidak dalam permainan itu. Dia berdiri dan berj

    Last Updated : 2024-09-09
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   34. cat and mouse

    'Nona Angelic sudah pergi' Caid tersenyum tipis membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Damian. Tentu saja, pikirnya. Lova bukan tipe wanita yang bisa dengan mudah diprediksi atau dikendalikan. Dia tahu bahwa kesepakatan di antara mereka lebih seperti permainan kucing dan tikus. Lova jelas tidak akan menjadi tikus yang patuh. Sambil mengabaikan perasaan kesal yang sempat muncul, Caid menutup ponselnya, memasukkan ke dalam saku, dan menatap keluar jendela jet pribadi yang akan lepas landas sebentar lagi. Langit gelap di luar seolah mencerminkan ketenangannya yang baru ditemukan, meski di baliknya, ada badai yang siap pecah kapan saja. "Dia memang tidak pernah akan menjadi penurut" gumam Caid pada dirinya sendiri, dengan seringai yang kembali menghiasi wajahnya. Dia sedang berpikir, hukuman apa yang cocok untuk rubah kecilnya itu Jet pribadi itu melesat ke udara, membawa Caid menuju Kolombia, tempat masalah yang jauh lebih besar menantinya. Pikiran tentang Lova sedikit demi se

    Last Updated : 2024-09-10
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   35. Rejection

    Lova kembali ke rutinitasnya, menuju kampus dengan langkah santai. Pikirannya masih terbayang pada Caid, namun anehnya selama dua hari terakhir, Caid tidak menghubunginya sama sekali.Lova bingung, haruskah dia sedih karena Caid tidak mencarinya atau justru bahagia karena dia memiliki kartu Caid"Hi bit*h" Langkah Lova terhenti sejenak. Dia menatap Scarlet yang berdiri dengan tangan terlipat, disebelahnya terdapat tiga wanita lain dari angkatannya di jurusan informatika. Mereka menatapnya dengan penuh sindiran. Lova hanya menarik napas panjang, memutuskan untuk tidak mempedulikan mereka dan melanjutkan langkahnya, berjalan melewati Scarlet dengan santai.Namun, Scarlet tidak membiarkannya pergi begitu saja. "Kau pikir bisa lolos dengan hanya diam?" Scarlet mencibir, menyeringai lebar. "Kau kira dengan Caid di belakangmu, kau bisa bertingkah seolah lebih baik dari kita?"Lova berhenti dan menoleh dengan ekspresi datar "Aku tidak perlu bertingkah lebih baik. Aku memang lebih baik." jaw

    Last Updated : 2024-09-11

Latest chapter

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (5) Happy End

    Kediaman Hilton yang luas dan elegan terlihat semakin hidup hari itu. Di ruang tengah yang mewah, suara tawa dan obrolan lembut bercampur dengan tangisan kecil bayi yang sesekali terdengar.“Akhirnya kalian datang juga. Lumia sudah menunggu” kata Dylan sambil mengarahkan pandangannya ke Matthias. “Dan siapa ini? Calon kakak besar yang gagah, ya?”Matthias tersenyum lebar, jelas sekali jika dia senang mendapat perhatian dan menjadi pusat perhatian “Uncle Dylan! Mana bayinya?” tanyanya tanpa basa-basi.Dylan tertawa kecil dan mengangguk. “Di sana, dengan Aunty. Tapi hati-hati, ya. Dia masih sangat kecil.”Matthias mengangguk penuh semangat. Dengan panduan Lova, ia berjalan ke arah sofa besar tempat Lumia duduk. Wanita muda itu terlihat anggun meskipun kelelahan, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Di pelukannya, seorang bayi mungil dengan kulit kemerahan sedang tidur nyenyak.“Lova, terima kasih sudah datang” sapa Lumia dengan senyum lembut. Matanya berbinar saat melihat Matthias mend

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (4) Dunia tak berubah

    Matahari bersinar hangat di atas taman hijau yang luas. Angin lembut menerpa rambut Lova yang tergerai, membuatnya merasa lebih damai dari biasanya. Dia duduk di atas tikar piknik yang empuk, mengenakan gaun longgar yang menonjolkan perut besarnya. Di sebelahnya, Matthias tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, tangannya kecilnya masih menyentuh perut Lova seolah sedang mencoba merasakan gerakan adik kecilnya.Lova tersenyum lembut, mengusap rambut Matthias dengan penuh kasih. Pandangannya lalu beralih ke Caid, yang duduk di sebelahnya, tangan kekarnya melingkar di pinggangnya dengan erat. Matanya yang gelap tampak lebih lembut hari itu, penuh perhatian saat menatap istri dan anaknya."Dia sudah tidak sabar, ya," gumam Caid sambil menyentuh tangan Matthias yang masih berada di perut Lova. "Setiap hari dia bertanya kapan adiknya keluar."Lova terkekeh pelan, matanya bersinar bahagia. "Dia memang sangat antusias. Tapi aku juga tidak kalah senangnya. Akhirnya,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 32. Measure of sorrow

    Kamar Lumia dipenuhi aroma bunga segar dan suara gemerisik sutra. Lumia berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan, dengan renda yang menjuntai hingga lantai. Cahaya matahari pagi menyinari rambutnya yang dibiarkan tergerai, memberikan kilauan keemasan yang membuatnya tampak memukau."Kau terlihat seperti malaikat, sangat cantik" ujar seorang wanita yang membantu menyempurnakan veil pengantinnya.Lumia hanya tersenyum kecil, tetapi ada kilatan gugup di matanya.Pintu terbuka, ayahnya, Petrus, muncul dengan setelan kemeja putih rapi yang dipadukan dengan jas abu-abu tua. Wajahnya tampak serius, tetapi sorot matanya menyiratkan kebanggaan yang sulit disembunyikan.“Lumia” panggilnya lembut, suaranya sedikit serak. Ia berjalan mendekat, memperhatikan putrinya yang kini terlihat begitu dewasa dan cantik“Papa..” Lumia berseru lirih. Rasanya dia hendak menangis namun dia tak enak dengan perias yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 31. Reveal

    Lumia menatap cincin di jari manisnya dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Cincin itu tidak berkilau mewah, tetapi desainnya elegan, seolah-olah Dylan tahu bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.Namun, yang lebih membuatnya gelisah adalah momen ketika cincin itu dipakaikan ke jarinya—begitu mendadak, tanpa persiapan, tanpa janji, dan di depan ayahnya yang sakit.Ia menghela napas panjang, pikirannya melayang ke detik-detik itu.Dylan berdiri di hadapannya dengan raut serius, sementara Petrus mengangguk kecil, memberikan persetujuannya tanpa banyak bicara. Lumia bahkan tidak sempat memproses semuanya sebelum Dylan berlutut, mengeluarkan cincin dari sakunya, dan menatap matanya dengan intens.Lumia bahkan belum mengenal siapa pun dari keluarga Dylan. Orang tua pria itu, saudara, bahkan masa lalunya yang lebih dalam—semuanya adalah misteri baginya. Lumia mengerti bahwa Dylan bukan tipe orang yang suka membuka diri, tetapi jik

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 30. Lamaran

    Lumia tak bisa tenang selama disekolah, karena itu baru 10 menit sejak kelas pertama, dia langsung izin untuk pulang untuk menemani papa-nya. Namun apa yang didengarnya setelah sampai dirumah sungguh membuat dunia terasa hampaPapanya sakit dan Lumia tak tahu sama sekali“Mia...”“Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?” tanyanya akhirnya, suaranya serak, hampir berbisik. Air mata yang ia tahan mulai memburamkan pandangannya. “Kenapa Papa tidak bilang apa-apa padaku?”Petrus menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan lelah. “Papa tidak ingin kau khawatir, sayang. Kau masih muda, masih punya banyak hal yang harus kau pikirkan. Papa tidak ingin menjadi beban untukmu.”“Beban?” suara Lumia meninggi, nada protes yang bercampur kesedihan. “Papa bukan beban! Aku ini anak Papa, aku berhak tahu! Aku bisa membantu! Kenapa Papa malah menyembunyikan ini dariku? Apa papa akan pergi t

DMCA.com Protection Status