Share

106. Missing

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 17:09:31

“Berapa lama kalian sudah berhubungan?” tanya Calton, suara nya terdengar lebih lembut, seolah-olah dia benar-benar ingin mendengar jawabannya tanpa ada niat tersembunyi.

Secara natural, obrolan mereka berjalan lebih tenang dari sebelumnya. Kini, Lova merasa seperti berbicara dengan ayahnya sendiri—bukan sebagai pria yang penuh pengaruh dan kekuasaan, tetapi lebih seperti seorang ayah yang hanya ingin memahami hidup anaknya.

Lova menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan yang masih tersisa di dalam dirinya. Dia sadar bahwa ini bukan lagi percakapan yang sekadar tentang Caid atau tentang dirinya

Calton hanya ingin mendengar kisah Lova dengan Caid, putranya. Setelah Lova ingat-ingat, dulu, Ophelia juga menanyakan hal yang sama

“sekitar 4 bulan” Jawab Lova. Dia tidak terlalu ingat berapa lama mereka bersama tapi setau Lova ini sudah lewat sebulan dari kontrak 3 bulan yang mereka sepakati diawal

“Empat bulan” ulang Calton perlahan, seolah mencoba mencerna jawaban itu. “Jadi,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
yulika sari
makin seru nich, ayo thor buat love hamil biar tambah seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   107. Virginia last mission

    "Kau mau kemana?" Caid menanyakan itu saat dia terbangun karena beberapa gerakan yang Lova lakukan. Pria itu memang terbiasa untuk waspada, bahkan saat dia masih setengah terjaga.Lova yang sudah mengenakan mantelnya, menoleh dengan alis sedikit terangkat, namun bibirnya membentuk senyum tipis yang sarkastik. "Tidak kemana-mana, hanya merasa udara di sini terlalu panas."Caid menghela napas, pandangannya tetap terarah pada Lova, memperhatikan setiap detail ekspresi Lova. "Aku rasa kau tahu kalau alasan itu tak akan membuatku berhenti menahanmu di sini, Love"Lova hanya mendengus kecil "Virginia" Jawab Lova sambil mengalihkan pandangannya dari Caid yang masih terbaring diranjangnyaCaid menatap Lova dengan kerutan di dahinya, jelas tak puas dengan jawabannya yang singkat. "Tiba-tiba? Kau tak pernah bilang ada rencana ke Virginia."Lova menghela napas, berusaha menahan nada kesal yang nyaris keluar. "Meredith memanggilku. Dia butuh bantuanku di sana"

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   108. Train

    “Kukira kau sangat terburu-buru ingin ke Virginia” Ucap Caid seraya menghela napasSelama 26 tahun hidupnya, ini adalah kali pertama Caid menaiki kereta. Gerbong yang berguncang ringan, deru roda yang berulang, serta pemandangan yang melesat cepat di balik jendela membuatnya sedikit terganggu, meski ia berusaha tampil biasa di depan Lova.Lova, yang duduk di sebelahnya, terlihat lebih santai. Dia menatap ke luar jendela dengan ekspresi tenang, sesekali memandang ke arah Caid dengan senyum kecil yang menyiratkan ejekan ringan. Meskipun begitu, Caid tidak terlalu memperhatikannya, sibuk menyesuaikan diri dengan sensasi baru ini.“Siapa bilang aku buru-buru?” Lova bertanya balikCaid mengamati Lova dengan alis terangkat, rasa penasaran muncul di balik tatapan tajamnya. “Aku masih tidak mengerti” gumamnya sambil melirik sekeliling gerbong kereta yang penuh penumpang biasa. “Kau tampak seperti dikejar waktu, tapi&helli

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   109. Confusing

    Newark penn station, USEmpat jam di dalam kereta tanpa melakukan apa-apa, akhirnya mereka berhenti di stasiun persinggahan. Lova menarik napas panjang, entah kenapa tubuhnya merasa begitu lelah padahal Lova yakin jika perjalanan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan misi-misi yang sudah dilaluinya.Lova menatap penumpang di gerbongnya. Semua penumpang tampak enggan bergerak, seakan menikmati beberapa menit ketenangan sebelum melanjutkan perjalanan mereka.Caid, yang sedari tadi duduk di sampingnya dengan sikap tenang sambil memainkan handphone, kini mulai bergerak. Ia mengeluarkan tas punggungnya dari bawah kursi dan berdiri perlahan, menatap Lova dengan mata yang penuh arti. "Kita turun sebentar" katanyaLova mengangkat bahu, tidak merasa terlalu tertarik untuk menjawab. Namun, dia tahu bahwa di hadapan Caid, kadang-kadang lebih baik mengikuti saja daripada bertanya terlalu banyak.Mereka berjalan menyusuri lorong kereta yang sempit, menuju pintu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   110. He’s complicated

    Lova tak tahu apa yang salah dengan Caid. Lova merasa bingung, seluruh tubuhnya kaku seketika. Pelukan Caid begitu erat, dan ia bisa merasakan kehangatan tubuhnya yang makin menekan. Namun, yang lebih mengejutkan adalah kelembaban di bahunya, yang kini mulai terasa jelas.Dia perlahan menolehkan kepala, mencoba melihat ekspresi Caid tanpa membuat gerakan yang bisa membuatnya merasa lebih canggung. Lova terdiam sejenak, mencoba memahami situasi yang tiba-tiba berubah begitu intens ini."Ca...id?" suara Lova terdengar ragu, seperti bertanya pada dirinya sendiri apakah ia benar-benar ingin mengetahui jawaban yang mungkin akan datang.Caid tak langsung menjawab. Justru, dia menarik napas panjang, sebelum akhirnya berbicara dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya, hampir seperti berbisik. "I love you. I love you so bad, Relova Luvena” ungkapan cinta tiba-tiba terdengar dari mulutnyaLova tidak tahu harus merespon seperti apa. Nama lengkapnya disebutkan dengan cara yang begitu intim,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   111. She in a dilemma

    Langley, Virginia, US“Tetap disini, jangan berkeliaran kemanapun sampai aku kembali” perintah Lova saat mobil sedan hitam milik Caid sudah terparkir tak jauh dari kantor pemerintahan CIA.“Kau takut aku meledakan gedung tua itu?” goda Caid dengan senyum menggoda yang sulit disembunyikan.Lova menatapnya dengan serius, matanya mendelik, tak mengindahkan godaan Caid. “Aku tidak takut, tapi aku lebih khawatir jika kau malah menarik perhatian yang tidak perlu. Terutama dari orang-orang yang seharusnya tidak perlu tahu tentang kita.”Caid mendengus pelan, seolah tidak terpengaruh dengan peringatan Lova. “Tenang saja, Love. Aku hanya di sini untuk memastikan kau tidak terlalu tenggelam dalam pekerjaan kotormu.” Ia melirik ke arah gedung tinggi di depan mereka. "Lagipula, aku lebih tertarik untuk tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana, bukan di luar."Lova berdecak “Pekerjaan kotor kepalamu”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   112. Playing with fire

    “Kau dan Railyn harus menemukan bukti keterlibatan Lorenzo dan Caid dalam pergerakan ini. Jika terbukti keduanya saling bekerja sama, kita akan menghancurkan aliansi mereka.” Sambung MeredithLova masih mencerna semua informasi ketika ingatan percakapannya dengan Caid tadi terlintas. Dia menyebut dirinya sebagai kepala kudeta, dan sekarang Meredith mengonfirmasi keterlibatan Lorenzo dalam jaringan mafia. Semuanya terasa semakin kacau dan berbahaya, lebih dari yang pernah ia bayangkan.Lova tak tahu jika tiba saatnya dia merasa sesak saat berada di markasnya. Dan tak pernah terpikirkan oleh Lova jika Meredith, orang yang sudah dia anggap ibu itu terasa mencurigakan baginya.“Aku menolak”Meredith yang tadinya berdiri dengan penuh wibawa, alisnya langsung terangkat mendengar kata-kata Lova. Sorot matanya berubah tajam, seperti sedang menimbang alasan di balik keberanian Lova menolak perintahnya“Menolak?” ulang Meredith, nadanya dingin dan datar. "Apakah aku mendengarmu dengan benar, Re

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   113. Twisted

    “Percayalah, kau tidak ingin tahu apa yang baru saja kulakukan.”Lova merasa darahnya berdesir mendengar jawaban itu. “Aku tahu kau punya rencana aneh dalam kepalamu. Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?”Caid mendekat, tangannya yang masih mengenakan sarung tangan hitam itu menggapai pipi Lova dengan lembut, seolah mencoba menenangkannya. “Kau yakin ingin tahu, Love?” Tanya CaidLova menepis tangannya, perasaan marah dan curiga bergejolak dalam dirinya. “Jangan bicara padaku seolah-olah aku ini boneka yang hanya bisa menerima perintahmu. Kau memintaku memercayaimu, tapi kau terus-menerus menyembunyikan sesuatu dariku.”Caid menatapnya, tatapannya melembut, namun bibirnya tetap terkatup rapat. Lalu, tiba-tiba, langkah-langkah cepat terdengar mendekat ke arah mereka. Caid segera meraih lengan Lova“Diam di sini” bisik Caid, matanya waspada“Kau mau apa?! Gedung disayap kanan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   114. Conspiracy

    Central Intelligence Agency memiliki unit departemennya sendiri dan Lova tergabung dalam unit SSU ‘Strategic Services Unit’. Sebuah departemen yang didedikasikan untuk misi-misi yang tidak dapat diidentifikasi oleh badan utama CIA. Dalam SSU, terdapat beberapa sub-unit yang memiliki peran masing-masing, termasuk Secret Intelligence, yang menangani infiltrasi, pengintaian tingkat tinggi, dan eliminasi target strategis.Lova tergabung disana dalam tim yang disebut dengan Foxy02 dan Phantom Blitz adalah pasukan elite bayangan yang dimiliki unit SSU“Apa Meredith memerintahkan kalian untuk membunuhnya?” tanya Lova dengan nada penuh ketegangan, matanya menatap tajam ke arah pria yang Lova perkirakan pemimpin Phantom Blitz.Dia hanya menatap Lova dengan ekspresi yang sulit dibaca, seolah mempertimbangkan apakah akan menjawab pertanyaannya atau tidak. Namun, sedikit gerakan tangan darinya cukup untuk membuat salah satu anak buahnya menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (5) Happy End

    Kediaman Hilton yang luas dan elegan terlihat semakin hidup hari itu. Di ruang tengah yang mewah, suara tawa dan obrolan lembut bercampur dengan tangisan kecil bayi yang sesekali terdengar.“Akhirnya kalian datang juga. Lumia sudah menunggu” kata Dylan sambil mengarahkan pandangannya ke Matthias. “Dan siapa ini? Calon kakak besar yang gagah, ya?”Matthias tersenyum lebar, jelas sekali jika dia senang mendapat perhatian dan menjadi pusat perhatian “Uncle Dylan! Mana bayinya?” tanyanya tanpa basa-basi.Dylan tertawa kecil dan mengangguk. “Di sana, dengan Aunty. Tapi hati-hati, ya. Dia masih sangat kecil.”Matthias mengangguk penuh semangat. Dengan panduan Lova, ia berjalan ke arah sofa besar tempat Lumia duduk. Wanita muda itu terlihat anggun meskipun kelelahan, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Di pelukannya, seorang bayi mungil dengan kulit kemerahan sedang tidur nyenyak.“Lova, terima kasih sudah datang” sapa Lumia dengan senyum lembut. Matanya berbinar saat melihat Matthias mend

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (4) Dunia tak berubah

    Matahari bersinar hangat di atas taman hijau yang luas. Angin lembut menerpa rambut Lova yang tergerai, membuatnya merasa lebih damai dari biasanya. Dia duduk di atas tikar piknik yang empuk, mengenakan gaun longgar yang menonjolkan perut besarnya. Di sebelahnya, Matthias tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, tangannya kecilnya masih menyentuh perut Lova seolah sedang mencoba merasakan gerakan adik kecilnya.Lova tersenyum lembut, mengusap rambut Matthias dengan penuh kasih. Pandangannya lalu beralih ke Caid, yang duduk di sebelahnya, tangan kekarnya melingkar di pinggangnya dengan erat. Matanya yang gelap tampak lebih lembut hari itu, penuh perhatian saat menatap istri dan anaknya."Dia sudah tidak sabar, ya," gumam Caid sambil menyentuh tangan Matthias yang masih berada di perut Lova. "Setiap hari dia bertanya kapan adiknya keluar."Lova terkekeh pelan, matanya bersinar bahagia. "Dia memang sangat antusias. Tapi aku juga tidak kalah senangnya. Akhirnya,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 32. Measure of sorrow

    Kamar Lumia dipenuhi aroma bunga segar dan suara gemerisik sutra. Lumia berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan, dengan renda yang menjuntai hingga lantai. Cahaya matahari pagi menyinari rambutnya yang dibiarkan tergerai, memberikan kilauan keemasan yang membuatnya tampak memukau."Kau terlihat seperti malaikat, sangat cantik" ujar seorang wanita yang membantu menyempurnakan veil pengantinnya.Lumia hanya tersenyum kecil, tetapi ada kilatan gugup di matanya.Pintu terbuka, ayahnya, Petrus, muncul dengan setelan kemeja putih rapi yang dipadukan dengan jas abu-abu tua. Wajahnya tampak serius, tetapi sorot matanya menyiratkan kebanggaan yang sulit disembunyikan.“Lumia” panggilnya lembut, suaranya sedikit serak. Ia berjalan mendekat, memperhatikan putrinya yang kini terlihat begitu dewasa dan cantik“Papa..” Lumia berseru lirih. Rasanya dia hendak menangis namun dia tak enak dengan perias yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 31. Reveal

    Lumia menatap cincin di jari manisnya dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Cincin itu tidak berkilau mewah, tetapi desainnya elegan, seolah-olah Dylan tahu bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.Namun, yang lebih membuatnya gelisah adalah momen ketika cincin itu dipakaikan ke jarinya—begitu mendadak, tanpa persiapan, tanpa janji, dan di depan ayahnya yang sakit.Ia menghela napas panjang, pikirannya melayang ke detik-detik itu.Dylan berdiri di hadapannya dengan raut serius, sementara Petrus mengangguk kecil, memberikan persetujuannya tanpa banyak bicara. Lumia bahkan tidak sempat memproses semuanya sebelum Dylan berlutut, mengeluarkan cincin dari sakunya, dan menatap matanya dengan intens.Lumia bahkan belum mengenal siapa pun dari keluarga Dylan. Orang tua pria itu, saudara, bahkan masa lalunya yang lebih dalam—semuanya adalah misteri baginya. Lumia mengerti bahwa Dylan bukan tipe orang yang suka membuka diri, tetapi jik

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 30. Lamaran

    Lumia tak bisa tenang selama disekolah, karena itu baru 10 menit sejak kelas pertama, dia langsung izin untuk pulang untuk menemani papa-nya. Namun apa yang didengarnya setelah sampai dirumah sungguh membuat dunia terasa hampaPapanya sakit dan Lumia tak tahu sama sekali“Mia...”“Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?” tanyanya akhirnya, suaranya serak, hampir berbisik. Air mata yang ia tahan mulai memburamkan pandangannya. “Kenapa Papa tidak bilang apa-apa padaku?”Petrus menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan lelah. “Papa tidak ingin kau khawatir, sayang. Kau masih muda, masih punya banyak hal yang harus kau pikirkan. Papa tidak ingin menjadi beban untukmu.”“Beban?” suara Lumia meninggi, nada protes yang bercampur kesedihan. “Papa bukan beban! Aku ini anak Papa, aku berhak tahu! Aku bisa membantu! Kenapa Papa malah menyembunyikan ini dariku? Apa papa akan pergi t

DMCA.com Protection Status