Beranda / CEO / Wanita Incaran CEO Arogan / BAB 5 ~ CALON KLIEN

Share

BAB 5 ~ CALON KLIEN

Penulis: R_niThio
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Isi kepala Debby sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang menyenangkan jika pekerjaan kali ini berhasil. Pundi-pundi uangnya akan semakin menggelembung meskipun itu bukan satu-satunya tujuan ia bekerja. Keluarganya bukannya kurang mampu meski bukan pula keluarga kaya raya yang kekayaannya hingga tujuh turunan tak akan habis-habis.

                                                                                                                          

Namun, ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri dengan menggeluti pekerjaannya saat ini. Belum lagi jika klien merasa puas dengan hasil kerjanya. Bertemu dengan orang-orang baru juga akan semakin memperluas jaringan relasi yang sudah dimilikinya hingga kini. Daftar portofolionya pun akan semakin panjang dengan beragam hasil dan klien, dari yang skala kecil hingga skala besar.

Keberhasilan yang sudah ia raih hingga saat ini memang sedikit banyak telah sukses membungkam protes keras yang dilontarkan sang mami ketika pertama kali ia memutuskan untuk menjadi pekerja lepas. Meskipun demikian, ia tetap tidak bisa bernapas lega. Ia menyadari kalau di waktu-waktu yang akan datang akan selalu ada protes-protes lain yang dilayangkan oleh sang mami.

Sudah sejak lama ia berhenti berharap untuk mendapatkan dukungan dan apresiasi dari wanita yang sudah melahirkan dirinya. Setiap kali mengingat hal tersebut selalu meninggalkan perih di hati, baik dahulu maupun sekarang. Kalau sudah begitu, ia hanya bisa mengingat kata-kata sang sahabat di suatu waktu di masa lampau sebagai pelipur lara.

“Jangan berkecil hati, Deb! Masih ada orang lain yang menghargai kerja kerasmu. Contohnya klien-klienmu itu,” ucap Fanny dengan tampang serius kala itu. Sayangnya, momen serius itu langsung buyar begitu Fanny mengedipkan salah satu mata sipitnya sembari berujar, “Dan juga aku tentunya.”

Ingatan tentang tingkah Fanny kala itu selalu sukses mengembalikan suasana hati dan senyum di wajah Debby. “Kamu benar, Fan! Tidak ada yang lebih membahagiakan selain mendapat apresiasi dari klien. Yah, semoga kali ini juga tidak berakhir mengecewakan! Ayo semangat lagi, Debby!” ucap wanita berparas oriental itu seraya memukulkan kedua telapak tangannya dengan cukup keras.

Kali ini, calon klien barunya meminta bertemu di kantor mereka, sebuah perusahaan kosmetik yang memproduksi aneka wewangian. Setelah memastikan kembali alamat dan rute yang harus ditempuh, Debby segera meluncur di jalanan ibu kota yang padat merayap. Selama kurang lebih satu jam menembus kemacetan, akhirnya Debby tiba di perusahaan yang ingin menggunakan jasanya. Ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu lima belas menit sebelum waktu yang telah dijanjikan.

Debby segera melepas kacamata hitam yang dikenakannya selama berkendara dan meletakkannya di atas dasbor. Ia melihat penampilan wajah dan rambutnya melalui cermin yang terdapat pada sun visor. Rambut burgundinya yang lurus dibiarkan tergerai menyapu bahu dan punggung sementara wajahnya yang bulat telur hanya memakai riasan tipis natural. Ia selalu tampil profesional, apalagi pada kesempatan pertama pertemuan mereka. Saat penampilannya dirasa sudah rapi, Debby segera bergegas keluar dari mobil SUV cokelat gelap kesayangannya. Tak lupa diraihnya tas laptop multifungsi warna abu-abu tua dari kursi penumpang di sampingnya yang selama ini menemaninya bekerja.

Setelah mengunci pintu mobil, Debby menatap sebentar ke arah pintu ganda berbahan kaca bening gedung kantor di hadapannya. Tangan kanannya menyelipkan kunci kontak ke dalam salah satu kantong tas laptop, lalu terangkat ke atas untuk menaungi mata sipitnya saat wanita itu mendongak. Bangunan modern dari beton dengan aksen kaca di beberapa bagian menjulang tinggi di atas kepalanya. Lalu diliriknya sekali lagi jam tangan di pergelangan tangan kirinya.

“Hmm, masih sepuluh menit lagi,” cetus Debby.

Dengan langkah mantap, Debby memasuki area lobi gedung yang langsung disambut hawa sejuk dari pendingin ruangan dan aroma buah-buahan segar yang memenuhi seluruh ruangan. Sesaat, Debby menghidu udara. Pandangannya pun langsung tertuju pada meja resepsionis yang berseberangan dengan pintu masuk gedung. Dengan senyum ramah, Debby menghampiri salah satu dari mereka. Suara ketukan sepatu berhak tujuh sentimeter yang beradu dengan lantai marmer putih dan suara gemerincing pelan dari gelang kakinya ikut mengiringi langkah kaki jenjang Debby.

“Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?” Belum sempat Debby berucap, seorang wanita berparas cantik dengan penampilan rapi jali yang dihampiri Debby berdiri dan menyapa terlebih dahulu.

“Selamat siang. Saya Debbora Anastasia. Saya punya janji temu dengan Bapak Anggoro pukul sebelas siang,” jawab Debby lugas.

“Baik. Mohon tunggu sebentar.” Debby sempat melirik papan nama yang tersemat di dada sebelah kiri yang bertuliskan Sonia sebelum wanita itu kembali duduk untuk menelepon seseorang.

Sambil menunggu, Debby mengedarkan pandangan sekilas ke seluruh ruangan. Nama perusahaan terpampang jelas dalam huruf-huruf berukuran besar dengan warna merah dan hitam di belakang meja resepsionis. Sementara di sudut kiri, di samping meja, terdapat tanaman hijau dengan pot besar berwarna putih.

Di sisi kanan pintu masuk, terdapat ruang tunggu dengan satu set sofa tamu berwarna hitam dikombinasi merah pada sandaran punggungnya. Pada salah satu sofa, duduk dengan anteng, seseorang yang tengah memainkan gadget di tangan. Sementara di sudut sofa, berdiri dengan tenang, tanaman hijau yang sama dengan yang ada di dekat meja resepsionis, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Sedangkan di sisi lain pintu masuk, ada bangku panjang berwarna hitam dengan bantalan sofa berwarna merah. Tanaman hijau yang sama mengapit bangku panjang itu di sisi kanan dan kiri.

“Hmm, tempatnya terlihat nyaman,” simpul Debby dalam hati.

Dari tempatnya berdiri, ia juga bisa melihat lorong di sisi kanan dan kiri ruangan. Kedua lorong sama-sama memiliki pintu lift meskipun jumlahnya berbeda. Di lorong sebelah kiri, hanya terdapat satu lift. Sementara di lorong yang lain, terdapat tiga lift dan sebuah tangga di ujungnya. Lorong dengan satu lift terlihat lengang sementara lorong yang lain tampak beberapa orang tengah menanti di depan pintu lift. Beberapa orang yang lain tengah naik dan turun tangga di ujung lorong.

Setelah memindai ruangan, Debby kembali memandang Sonia yang masih menelepon. Tak dihiraukannya lagi beberapa orang yang lalu-lalang di sekitarnya. Karena masih menunggu, diambilnya ponsel dari dalam tas untuk melihat notifikasi pesan masuk. Saat keluar dari mobil tadi, Debby sudah mengaktifkan mode getar pada ponselnya. Ternyata terdapat dua pesan masuk dari Fanny melalui aplikasi percakapan yang mengajaknya untuk makan siang bersama.

“Maaf,” sapa Sonia mengalihkan perhatian Debby dari ponselnya. “Bapak Anggoro akan menemui Anda di lantai sepuluh. Mohon tinggalkan kartu tanda pengenal Anda di sini.”

Debby lalu mengeluarkan KTP dari dalam dompet dan mengulurkannya pada Sonia. Sebagai gantinya, Sonia memberikan kartu tanda pengenal tamu bertali pada Debby. “Silakan gunakan salah satu lift di sebelah sana,” tunjuk Sonia dengan tangan kanannya ke arah lorong sebelah kanan Debby. “Di lantai sepuluh nanti, sekretaris Bapak Anggoro akan menunjukkan ruang pertemuan Anda. Meja sekretaris Bapak Anggoro ada di sisi kiri lift, letaknya paling ujung,” lanjut Sonia.

“Baik. Terima kasih,” balas Debby sambil meraih kartu tanda pengenal tamu dan mengalungkannya di leher.

Tak banyak informasi yang Debby peroleh terkait jajaran petinggi perusahaan yang sedang ia kunjungi ini. Namun, hal tersebut tak menjadi masalah bagi Debby, toh ia tidak akan berurusan dengan para petinggi perusahaan. Orang yang akan ia temui saat ini pun terkesan ramah jika menilik dari suara yang ia dengar ketika mereka berkomunikasi via telepon. Debby sudah tak sabar untuk bertemu dengan calon kliennya.

Bab terkait

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 6 ~ KLIEN BARU

    Setelah menunggu beberapa saat di depan salah satu lift, pintu kotak baja itu akhirnya terbuka. Debby segera masuk bersama dengan dua orang lainnya. Di dalam lift, Debby menyempatkan diri membalas pesan dari Fanny yang menyatakan kalau ia akan bertemu dengan calon klien potensial dan akan menghubungi Fanny setelah pertemuan selesai. Sesudah membalas pesan, Debby kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Netranya kemudian beralih menatap indikator lantai di atas panel tombol angka. Dalam perjalanan menuju lantai sepuluh, beberapa kali pintu lift membuka dan menutup. Ketika pintu lift terbuka di lantai sepuluh, Debby segera melangkah keluar dari kotak baja yang membawanya ke lantai ini hanya dalam hitungan kurang dari dua menit. Mengikuti arahan yang diberikan Sonia tadi, Debby segera menjauhi lift ke sisi kiri. Di depan meja keempat—meja paling ujung, Debby menyapa seorang wanita muda yang tengah duduk membelakanginya. “Selamat siang.” Wanita yang tengah menanti kertas keluar dari

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 7 ~ BERTEMU KEMBALI

    William baru saja keluar dari lift khusus direksi yang berada di lorong sebelah kiri lobi ketika matanya menangkap sosok wanita yang terasa tidak asing. Wanita itu tengah berjalan menuju meja resepsionis. Mata William terus mengamati gerak-gerik si wanita sementara telinganya sudah tak mendengarkan lagi obrolan sekretaris di sampingnya yang sekaligus juga merupakan sahabat dekatnya itu. “Eh, kamu duluan aja, Leon. Nanti aku menyusul,” ucap William tanpa memandang Leon, sang sekretaris. “Ha? Apa? Memangnya ada apa?” tanya Leon dengan raut bingung. “Sudah sana! Tunggu aja di mobil. Nih, kuncinya. Aku ada urusan sebentar,” usir William dengan enteng sembari mengulurkan kunci mobil di hadapan Leon. “Astaga! Kamu ini!” Leon meninju bahu William sebelum menyambar kunci itu. “Mentang-mentang aku ini bawahan sekaligus sahabat baikmu, kamu main usir aku gitu aja?” “Ck,” decak William tak sabar sambil melirik Leon dengan tajam. Mereka sudah hampir mencapai meja resepsionis. “Baiklah, baik

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 8 ~ HANGATNYA PERSAHABATAN

    Lamunan William sedikit buyar ketika panggilan Leon sampai ke gendang telinganya. “Hmm?” Meskipun demikian, William masih belum fokus menanggapi sahabatnya. ‘Sepertinya aku harus mengeceknya nanti.’ “Barusan kamu ngomong apa sih? Apa ada masalah?” tanya Leon. “Sudah kuperhatikan dari tadi, kamu itu kayak lagi nggak di sini pikirannya. Melamun terus dari tadi, bahkan dari mobil mulai bergerak, lo. Ada apa sih?” William mendesah sebelum menjawab, “Gak ada apa-apa.” “Nggak ada apa-apa, tapi kenapa mendesah gitu? Kayak yang lagi berbeban berat aja,” seloroh Leon. “Yang harusnya berbeban berat tuh aku. Kamu kasih kerjaan nggak tanggung-tanggung,” imbuhnya kemudian disusul dengan kekehan pelan. “Ck! Apa kamu mau makan gaji buta? Kalau gitu, bulan ini potong gaji, oke?” “Buset! Calm down, Bos! Aku cuma bercanda,” dalih Leon. Setelah jeda sesaat, suara Leon kembali mengisi kabin mobil di tengah-tengah alunan instrumen yang masih diputar. “Hari ini kamu kenapa sih? Benar-benar di luar k

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 9 ~ SIAPA SIH?

    “Ko Niel?” celetuk Fanny ketika melihat siapa yang menghampiri meja mereka. Sedetik kemudian senyum lebar tersungging di bibirnya. “Sendirian aja, Ko?” tanya Fanny lebih lanjut. Debby hanya melirik sekilas dari samping. Merasa tidak mengenal sosok yang baru saja menghampiri mereka, Debby tak memedulikan lagi pria tersebut. Tak ingin mengganggu interaksi antara sahabatnya dengan pria itu, Debby memutuskan untuk membuka ponselnya. Ia sempat melirik sekilas pada sahabatnya yang masih tersenyum ceria. “Enggak. Tuh, sama mereka.” Indra pendengaran Debby menangkap suara berat pria itu yang menjawab pertanyaan Fanny. “Halo, Debby.” Tiba-tiba suara berat itu beralih padanya. “Kita ketemu lagi nih.” Debby yang tengah menunduk menekuri layar ponselnya, terperanjat. “Eh, iya,” sahut Debby tergagap. Dirinya tak menyangka akan disapa. ‘Dari mana dia tahu namaku? Apa kami pernah ketemu sebelumnya?’ Benak Debby diliputi keheranan. Melalui tatapan mata sipitnya, Debby bertanya pada Fanny, tetapi

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 10 ~ SEBUAH NAMA

    “Aku kayaknya nggak asing sama salah satu dari mereka,” cetus Leon kemudian. “Pernah lihat di mana, ya? Oh iya, di lobi tadi, ya? Benar, ‘kan?” William hanya melirik sekilas ke arah sahabatnya tanpa menghiraukan reaksi maupun pertanyaan pria itu. Pandangannya kembali terarah pada si Wanita Es. William yang tak sempat memperhatikan wanita itu dengan saksama saat di lobi tadi, kali ini bisa memuaskan mata memandangi si Wanita Es. Sekarang ia bisa memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki meski bukan dari jarak yang sangat dekat. Tubuhnya tinggi semampai. Cara berjalannya tegap dan penuh percaya diri, bukan berlenggak-lenggok bak kucing berjalan. Langkah kakinya kecil dengan sedikit goyangan pada pinggul. Busana yang dikenakan pun tak seperti kulit kedua yang menempel ketat di tubuhnya. Namun, hal itu justru menambah daya tarik tersendiri bagi William. Ia jadi bisa berimajinasi dan menerka-nerka apa yang ada di balik busana itu. Bahkan hingga saat ini, William masih bisa mengin

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 11 ~ DITAGIH UTANG

    “Siapa sih mereka sebetulnya? Kalian kenal di mana? Sudah berapa lama kalian saling kenal? Bukankah yang bernama Debby itu yang tadi ada di meja resepsionis? Yang membuatku terusir? Yang kamu pandangi terus tadi? Apa kamu tertarik padanya? Wah, wah, wah … ini benar-benar pemandangan langka. Aku belum pernah lihat kamu kayak gini sebelumnya. Ck, ck, ck ….” Rasa ingin tahu Leon yang menggunung berubah menjadi rasa geli ketika mengingat tingkah sahabatnya itu beberapa saat yang lalu. Senyum miring tercetak di bibir merah muda milik pria berwajah oriental itu. Kepalanya pun tak mau ketinggalan ikut menggeleng-geleng kecil, menegaskan kalau pernyataan terakhirnya tadi benar-benar di luar kebiasaan William. “Astaga, mulutmu itu!” Mata William membeliak. “Kamu ini laki-laki apa perempuan sih? Cerewetnya melebihi Mami,” keluh William tanpa menjawab satu pun pertanyaan dari Leon. Bukannya tersinggung, Leon justru tergelak mendengar keluhan William. “Aku ini kan sahabatmu, Will. Masa kamu ngg

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 12 ~ PATAH HATI

    Dari ekor matanya, Fanny melihat Niel membungkuk ke arah meja rendah di tengah ruang duduk. Ia hanya tertawa keras tanpa mengomentari. Perhatiannya sudah kembali beralih pada isi lemari pendingin di hadapannya. “Mau jus buah apa minuman soda, Ko?” “Jus buah aja.” “Oke,” sahut Fanny yang langsung mengeluarkan kotak karton berisi sari buah jeruk dari dalam lemari pendingin. Ia kemudian mengambil dua buah gelas tinggi dan menuang sebagian isi kotak ke dalam gelas. Selagi menuang cairan berwarna kuning tersebut, tiba-tiba Niel muncul di sampingnya. “Kamu masih punya ini, Fan?” tanya lelaki itu sembari menunjukkan bungkus kosong crackers asin ke hadapannya. Lengan kanannya yang terulur memperlihatkan tato harimau tengah berjalan dan mengaum di antara pergelangan tangan bagian dalam hingga beberapa sentimeter sebelum lipatan siku. Setelah melirik sekilas crackers yang dimaksud oleh Niel, Fanny yang tingginya terpaut lima belas sentimeter dengan lelaki itu harus mendongak saat menatap wa

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 13 ~ HANCUR

    Indra pendengaran Fanny tiba-tiba menangkap suara gelas kaca membentur meja kayu yang datangnya seperti dari kejauhan. Wanita itu hanya diam membeku menatap nanar ke arah Niel. Lelaki itu menoleh ke belakang dengan cepat, lalu memelesat ke arah Fanny. “Ya ampun, Fan! Kok bisa jatuh sih? Awas! Gelasnya menggelinding!” seru Niel. Fanny yang sesaat merasa bagai tersihir akhirnya gelagapan dan menunduk ke arah meja makan. “Eh, ini terlepas gitu aja dari tanganku. Gelasnya licin, Ko.” Dengan sigap, pria bermata sipit itu berhasil menangkap gelas kaca yang baru saja terjun bebas sebelum mencapai lantai. Namun, tumpahan sari buah jeruk di atas meja sudah mengucur dan menetes-netes ke permukaan granit di sekitar kaki Fanny. Niel pun meletakkan gelas itu kembali ke atas meja. Lelaki itu bahkan sempat berseru kepada Fanny untuk berhati-hati, tetapi terlambat. Fanny yang berputar dengan cepat dan hendak berlalu untuk mengambil tongkat pel justru hilang keseimbangan ketika salah satu kakin

Bab terbaru

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 188 ~ TERTANGKAP BASAH

    William sangat terkejut mendengar penuturan Debby. Ia sama sekali tak mengira jika kekasihnya memiliki ketakutan sampai seperti itu. William mengulurkan tangan hendak menenangkan sang kekasih yang kembali berderai air mata. Ia terenyuh melihat wanita itu bahkan bernapas dengan tersengal-sengal.Namun, belum sempat merengkuh sang kekasih, William kembali dikejutkan dengan suara jeritan histeris yang terdengar tiba-tiba. William dan Debby yang masih menangis sontak menoleh berbarengan ke sumber suara.“Jangan lagi, ya, Tuhan! Jangan lagi!” desis seseorang yang baru saja tiba hingga berkali-kali.Dalam sekejap, suara tangis di sisi William pun lenyap, berganti dengan kesiap tajam. Lelaki itu pun tak kalah terperanjat saat menatap kedua sosok yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu. Satu orang memapah yang lainnya yang tampak tak baik-baik saja. Buru-buru William ban

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 187 ~ BUKAN ALERGI

    “Apa maksudmu, Baby?!” tuntut William yang kaget setengah mati.Jantungnya langsung menggila mendengar keputusan sepihak yang meluncur dari bibir mungil sang kekasih. Hati William menolak keras untuk mencerna maksud yang terkandung di dalamnya. Namun, otaknya jelas-jelas menerima pesan tersebut dengan sangat gamblang. Seketika, otaknya dipenuhi dengan kata-kata keramat yang sangat dihindari oleh lelaki itu.William pun langsung menyambar tangan Debby yang keburu membelakanginya. Namun, sebelum tubuh kekasihnya berbalik sepenuhnya, William masih sempat melihat kekasihnya menutup mulut dan mendengar suara isakan lirih. William langsung mengernyit. Hatinya sedikit terusik dengan sikap dan omongan Debby yang lagi-lagi saling bertolak belakang di saat bersamaan.“Baby?” panggil William dengan lebih lembut saat wanita itu tetap me

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 186 ~ UJUNG PENANTIAN

    William berusaha keras untuk tidak menyentuh wanita yang duduk di sampingnya—meski tak sedekat biasanya, apalagi saat wanita itu mengangguk tak mantap sambil menggigit bibir bawahnya.“Kurang lebih,” jawab Debby. “Aku sadar kalau aku selalu menghindar tiap kali Koko memintaku buat melangkah ke jenjang yang lebih serius. Kupikir aku bisa kayak gitu dulu buat sementara waktu. Tapi ternyata yang terakhir kemarin itu ....”Debby mengangkat bahu sambil tersenyum sendu sementara William agak terusik dengan sesuatu yang diucapkan kekasihnya. Ia pun menautkan kedua alisnya meski berusaha untuk tak menyela.“Aku nggak tahu apa yang terakhir itu yang paling parah,” lanjut Debby, “atau justru saking banyaknya Koko nimbun kekesalan jadi bikin Koko jaga jarak sama aku. Tapi apa pun itu, yang jelas aku mau minta maaf sama Koko soal ini. Bolak-balik aku selalu mengecewakan Koko. M

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 185 ~ IRIT BICARA BIKIN GALAU

    “Wow!” seru Debby yang masih takjub dengan kabar bahagia yang dibawa oleh sahabatnya. Ujung-ujung bibir Debby sudah terangkat sejak tadi.“Jadi, benar ini dari Ko Niel?” tanya Debby lagi sembari mencermati sebentuk cincin bermata berlian tunggal yang tersemat pada jari manis tangan Fanny.Wanita berambut sebahu itu sekarang sudah duduk di hadapannya. Namun, Debby belum melepas genggaman tangannya sejak dirinya melihat kilau sebuah cincin baru yang ia tahu belum pernah dikenakan oleh Fanny sebelumnya.Debby ikut berbahagia untuk Fanny yang senyumnya juga tak pernah lekang dari wajah perseginya sejak muncul di hadapan Debby. “Aku benar-benar ikut senang, Fan. Ya ampun. Selamat, ya, Say. Selamat. Omong-omong, kapan Ko Niel melamar?”“Uhm ... baru hari Sabtu kemarin sih,” ucap Fanny dengan pipi merona.

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 184 ~ PAMER CINCIN

    Di hadapan William, kini tersaji semangkuk bubur ayam tanpa kuah bumbu. Hanya ada bubur nasi yang sudah bercampur dengan potongan daging ayam dengan pugasan kulit pangsit goreng, irisan seledri, tongcai, dan cakwe. Kekasihnya bahkan juga menyediakan kecap asin di mangkuk terpisah yang ukurannya jauh lebih kecil.William kembali termangu sambil menatap sajian itu. Hatinya benar-benar terbelah dua. Ia merasa sangat bahagia sekaligus frustrasi. Baru kali ini, ia dilayani untuk sarapan sampai sedemikian rupa, apalagi oleh wanita yang sangat dicintai dan diinginkannya. Selain sosok sang mami tentu saja.“Kenapa cuma dilihat aja, Ko? Oh, astaga! Apa Koko nggak suka bubur ayam?”Suara merdu sang kekasih menyentak angan William. Ia gelagapan sesaat sebelum menimpali, “Oh, gak apa-apa kok, Baby. Siapa bilang Koko gak suka bubur ayam? Koko cuma lagi

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 183 ~ DI PERSIMPANGAN

    William memang memutuskan untuk bersikap biasa saja sebelum mengetahui dengan pasti apa keinginan kekasihnya dari hubungan mereka ini. Namun, tetap saja lelaki itu tak bisa menahan ujung-ujung bibirnya yang mulai terangkat setelah mendengar pesan suara dari Debby. Ia pun melempar tubuhnya ke matras sambil terkekeh kecil.“Ya, Tuhan. Seperti ini nih yang bikin Koko gak bisa berpaling dari kamu, Baby. Bagaimana kelak Koko bisa hidup tanpamu?”Tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi. Ada satu lagi pesan suara yang masuk dari kekasihnya.“Ko Billy? Koko baik-baik aja? Kenapa nggak ada respons, Ko? Aku tahu Koko sudah buka pesan suaraku. Jangan nakut-nakutin aku, Ko. Aku mencemaskan Koko. Kalau Koko butuh aku, bilang aja. Aku bakal menemani Koko. Aku sayang sama Koko.”Lagi-lagi William tak bisa menahan senyum. Namun, se

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 182 ~ ALARM GARIS KERAS

    William terjun ke dalam air dan langsung menghilang di bawah permukaan air yang seketika bergolak seakan baru saja terjadi gempa bumi. Setelah satu-dua menit, tiba-tiba William kembali muncul ke permukaan dengan gerakan yang kembali mengentak keras. Permukaan air pun kembali berguncang sementara air memercik ke mana-mana saat kepala William menengadah ke langit malam dengan gerakan cepat.Bibir William langsung terbuka lebar dengan suara tarikan napas yang terdengar sangat jelas. Sejurus kemudian, dadanya bergerak naik turun dengan sangat cepat. Ia sengaja menahan napas selama berada di dalam air. Egonya tengah tertantang untuk menguji batas kemampuan dirinya.Tanpa mengambil jeda untuk menetralkan debar jantungnya yang masih menggila, William kembali masuk ke dalam air setelah menghirup napas dalam-dalam. Kali ini, ia meluncur dengan cepat seperti ikan di bawah permukaan air yang langs

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 181 ~ NYONYA CHRISTIADJIE

    Debby menatap sosok laki-laki yang pada suatu waktu dahulu sangat dikaguminya, tetapi juga sekaligus sosok yang menorehkan luka yang dalam di hatinya. Debby menghela napas sambil menautkan tangan pada jari jemari William.“Ko Yuyun,” panggil Debby dengan penuh kesabaran, “aku benar-benar sudah memaafkan Koko. Tapi tolong jangan buat aku menyesali keputusanku ini. Berhentilah meminta sesuatu yang sudah nggak bisa kuberikan lagi. Aku berusaha buat menghormati Koko lagi sekarang.“Tapi kalau Koko terus-terusan memaksa, jangan salahkan aku kalau aku akhirnya benar-benar kehilangan respek sama Koko. Hal yang bisa kuberi saat ini cuma maaf buat Koko, nggak lebih. Jadi, tolong mengertilah, Ko. Aku nggak mungkin balik lagi sama Koko.”Untuk sesaat, Yunan hanya menatap Debby lurus-lurus dengan bibir membentuk garis lurus. Lelaki berambut gondrong itu diam seribu bahasa, hany

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 180 ~ DIBAYAR LUNAS

    Warning!!! Mengandung adegan kekerasan! Mohon bijak dalam menyikapi!*****Urat kendali diri William benar-benar sudah super tegang. Rasanya hanya butuh sentuhan ringan saja untuk memutus tali tak kasatmata itu. Ia bisa meledak kapan saja. William sampai ketakutan dengan dirinya sendiri. Ia seperti tak mengenali lagi sosoknya sendiri.Sebelum mengenal Debby, ia tak pernah lepas kendali. Namun, sekarang ini rasa-rasanya ia sanggup dan bersedia menghancurkan seseorang demi orang yang dikasihinya. Ia siap bertarung habis-habisan dengan siapa pun tanpa peduli risikonya!William benar-benar tak terima kekasihnya hendak diserobot dengan terang-terangan di bawah hidungnya!“Lebih baik diselesaikan sekarang aja, Ko, biar nggak berlarut-larut. Aku juga nggak mau terus-terusan kayak gini. Tolong percaya sama aku, Ko,&rd

DMCA.com Protection Status