Azril mengikuti dokter yang mendorong brankar menuju ruang perawatan. Sebuah kamar perawatan VVIP yang menjadi pilihan Azril. Hanya ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya yang tidak pernah dia berikan sebelumnya bahkan dirinya pernah menolak anak yang ada dalam kandungan Zafirah. "Apa ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Zafirah, membuat Azril menoleh kearah wanita yang menutupi sebagian wajahnya dengan cadar."Tidak ada yang berlebihan. Jika untuk putriku." Sahut Azril lembut menoleh kearah Zafirah sesaat dan kembali kearah putrinya."Sayang, maafkan ayah. Maafkan kebodohan ayah ya nak," Azril membelai rambut Aisha yang tertutup dengan kerudung dengan lembut. Penyesalan datang terlambat namun Azril tidak begitu saja menyerah meminta maaf dan berusaha menjadi yang terbaik untuk putrinya."Bunda, apa yang di katakan oleh Om itu benar?" tanya Aisha lirih, Zafirah dan Azril saling pandang dan dengan lembut Zafirah, duduk di samping tempat tidur pasien. Meraih jari lembut putrinya.
Keheningan terasa di ruang perawatan Aisha. Zafirah yang tidak nyaman dengan adanya Azril di dalam ruangan mengingat mereka tidak lagi mahram, meskipun Zafirah mendengar jika mereka masih sah sebagai suami dan istri."Zafirah, aku tahu ini bukan waktu yang tepat. Tapi aku ingin membicarakan masalah ini denganmu sekarang. Zafirah apakah kamu bersedia bicara denganku?" tanya Azril setelah terdiam sesaat. Ia tahu apa yang di rasakan oleh wanita yang Memilih diam dan menjauh darinya."Kak Azril maksudku maaf, tapi untuk saat ini aku tidak ingin membicarakan tentang kita. Hal yang paling penting saat ini adalah kesembuhan Aisha." Sahut Zafirah menundukkan wajahnya."Ya, kamu benar Zafirah. Tapi aku ingin mengatakan yang sebenarnya padamu. Aku tidak pernah menceraikan dirimu, surat yang kamu tanda tangani itu hanyalah surat izin menikah lagi. Dan aku baru menyadari jika keraguanku saat itu karena kamu adalah wanita yang pantas untuk dipertahankan dan sebenarnya dikatakan oleh adikku jika kam
Tiga hari sudah Aisha di rawat di rumah sakit, dan hari ini adalah kepulangan Aisha. Azril yang telah datang pagi-pagi sekali. Membantu Zafirah untuk mengemasi barang-barang milik Aisha. "Zafirah, biarkan aku yang membawanya." Kata Azril, saat mendapati Zafirah yang tengah mengangkat tas yang berisikan barang-barang milik Aisha."Aku bisa melakukannya, ini tidak terlalu berat." Sahut Zafirah berusaha menghindar dari Azril."Aku tahu tidak berat. Aku tahu kamu bisa mengangkatnya, tapi aku ingin kamu tetap bersama dengan Aisha." Sahut Azril."Baiklah, sepertinya berdebat denganmu tidak ada untungnya." Ujar Zafirah pada akhirnya."Hahaha.. Ya kamu benar sayang, maksudku Zafirah. Kamu memang tidak bisa berdebat denganku karena kamu tahu jika aku akan menjadi pemenangnya." Kata Azril di sela tawanya."Ayo, kita pulang." Kata Zafirah, menyembunyikan rasa yang dia sendiri tidak bisa menggambarkannya. Terlebih saat melihat tawa renyah Aisha, membuatnya tersenyum."Biar ayah yang menggendong m
Setelah meninggal kediaman Zafirah, Azril yang mengatakan pada Zafirah jika dirinya masih memiliki pekerjaan yang tidak bisa di tinggal. Nyatanya Azril tidaklah pergi ke kantornya, melainkan dirinya pergi ke suatu tempat yang pasti telah ia ketahui. Empat puluh lima menit mobil mewahnya telah memasuki halaman rumah sederhana, tanpa menunggu lama Azril keluar dari mobil dan masuk seolah-olah dirinya terbiasa dengan rumah sederhana di depannya."Ayah, ayah datang untuk menjemput kami? Mama, ayah datang!!" Seru seorang anak laki-laki yang tengah bermain mobil-mobilan dan menghambur kerah Azril yang berdiri di depan pintu."Bian, dimana Mama mu?" tanya Azril, tanpa memperdulikan Abian yang meminta di gendong olehnya."Sayang, siapa yang datang nak?"Jelita yang masih dengan baju tidur tipis tersenyum manja saat mendapati Azril berada di kediamannya."Sayang, kamu datang? Aku tahu kamu pasti akan kesini dan aku tahu jika akulah wanita yang pantas berada di sampingmu." ujar Jelita, menyambut
Zafirah kembali di sibukkan dengan pekerjaannya sebagai pemilik swalayan, yang menyediakan berbagai macam jenis sayuran organik. Usahanya yang di rintis dari bawah berhasil menjadi seperti sekarang. Bahkan kini berbagai restoran dan hotel bekerja sama dengannya. Mereka menyukai sayuran organik yang di kelola Zafirah, memiliki nilai tinggi Karena semua sayuran yang di kirim benar-benar fresh, hal itulah yang usaha sayur organik miliknya kini di kenal di dalam dan luar negeri.Kesuksesan yang diraihnya tidak lepas dari sosok yang sampai saat ini berdiri di belakang Zafirah. Romi, laki-laki yang rela menyendiri demi menjaga Zafirah. Gadis yang diam-diam membuatnya sulit berpaling. Tetapi mulai sekarang dirinya harus mengikhlaskan Zafirah kembali bersama dengan Azril laki-laki yang sampai saat ini menjadi suaminya.Hari ini Romi mengunjungi kediaman Zafirah, dengan langkah panjang Romi memasuki kediaman sederhana Zafirah."Assalamualaikum, Zafirah."Romi mencari keberadaan Zafirah ataupun
"Aku berjanji padamu Romi. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang kedua kalinya." Kata Azril dengan tegas."Aku percaya padamu Azril. Tapi jika kamu berulah, maka tamat riwayatmu. Dan satu lagi, jangan halangi aku bertemu dengan Aisha, dia putriku." Ucap Romi tidak kalah tegasnya. Menerima kenyataan jika wanita yang sejak lama mengisi hatinya kembali pada pria yang masih menjadi suaminya."Aku harus pergi sekarang. Aku akan membawa keluarga ku untuk menempati rumah baru kami." Kata Azril lagi."Pergilah, bahagiakan mereka." Ucap Romi sebelum meninggalkan Azril."Tentu, aku tidak akan menyia-nyiakan mereka lagi." Sahut Azril.Kini hanya ada Azril yang menatap sekeliling pesantren yang di dirikan oleh istri dan sahabatnya.Azril menyadari cinta sejati Romi pada istrinya. Wanita yang ia sia-siakan bahkan dengan tega mengusirnya saat tengah mengandung. Tidak di pungkiri hatinya bimbang antara meminta Zafirah kembali padanya atau ia relakan istri dan anaknya hidup bahagia bersama dengan pr
Tiga bulan sudah mereka tinggal di kediaman rumah baru mereka, Azril yang memperlakukan Zafirah dan Aisha dengan kelembutan dan perhatian yang besar. Tidak ingin sesuatu terjadi di antara mereka, tanpa sepengetahuan dari Zafirah dan Aisha. Azril telah menyiapkan anak buah untuk mengikuti kemanapun mereka pergi. "Sayang, apakah kamu akan pergi ke supermarket? Perlukah aku yang mengantarmu? Aku tidak ingin sesuatu terjadi padaku dan juga putri kita." Kata Azril."Tidak, perlu. Aku akan pergi sendiri lagi pula jarak supermarket dan kantor berbeda arah dan akan semakin jauh jika kamu mengantarku, mas." sahut Zafirah dengan lembut."Bunda, Aisha ingin pergi ke kantor ayah, apakah boleh?" tanya Aisha, setelah menyelesaikan sarapannya. "Boleh sayang, tapi setelah pulang sekolah. Bunda yang akan mengantar kesana, bagaimana? Apakah putri bunda keberatan?" sahut Zafirah pada Aisha."Tidak, bunda. Ayo Bunda, kita berangkat." seru Aisha."Ya, sayang. Mas aku berangkat dulu assalamualaikum," ucap
Vera menjauh dari pintu ruang kerja Zafirah membiarkan berapa pria mendobrak pintu ruang kerjanya. Percobaan pertama gagal hingga ke tiga kalinya, pintu berhasil terbuka dan mereka terkejut saat melihat kondisi ruang kerja Zafirah yang begitu berantakan."Periksa seluruh ruangan!!" Seru salah satu pria berbadan besar, pada anak buahnya. Mereka bergegas menggeledah ruang kerja Zafirah namun sayangnya mereka tidak menemukan apapun hanya berapa barang yang berserakan di lantai."Bu, Zafirah!! Ibu dimana? Bu, Zafirah!!" Vera terus berteriak memanggil Zafirah namun tidak ada satupun jawaban dari pemilik nama.Terdengar suara langkah kaki panjang membuat mereka menoleh, tapi tidak dengan pria berjas hitam yang terus mencari keberadaan Zafirah istri dari bosnya."Apa, yang kalian lakukan hah?! Kenapa menjaga satu wanita kalian tidak becus!! Cepat periksa cctv di depan!!" Suara Azril menggema seluruh ruang kerja. Membuat mereka ketakutan, bahkan salah satu dari mereka menabrak dinding di depan
Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A
Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah
Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se
"Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk
Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai
"Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa
Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi
Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."
Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga