Keheningan terasa di ruang perawatan Aisha. Zafirah yang tidak nyaman dengan adanya Azril di dalam ruangan mengingat mereka tidak lagi mahram, meskipun Zafirah mendengar jika mereka masih sah sebagai suami dan istri."Zafirah, aku tahu ini bukan waktu yang tepat. Tapi aku ingin membicarakan masalah ini denganmu sekarang. Zafirah apakah kamu bersedia bicara denganku?" tanya Azril setelah terdiam sesaat. Ia tahu apa yang di rasakan oleh wanita yang Memilih diam dan menjauh darinya."Kak Azril maksudku maaf, tapi untuk saat ini aku tidak ingin membicarakan tentang kita. Hal yang paling penting saat ini adalah kesembuhan Aisha." Sahut Zafirah menundukkan wajahnya."Ya, kamu benar Zafirah. Tapi aku ingin mengatakan yang sebenarnya padamu. Aku tidak pernah menceraikan dirimu, surat yang kamu tanda tangani itu hanyalah surat izin menikah lagi. Dan aku baru menyadari jika keraguanku saat itu karena kamu adalah wanita yang pantas untuk dipertahankan dan sebenarnya dikatakan oleh adikku jika kam
Tiga hari sudah Aisha di rawat di rumah sakit, dan hari ini adalah kepulangan Aisha. Azril yang telah datang pagi-pagi sekali. Membantu Zafirah untuk mengemasi barang-barang milik Aisha. "Zafirah, biarkan aku yang membawanya." Kata Azril, saat mendapati Zafirah yang tengah mengangkat tas yang berisikan barang-barang milik Aisha."Aku bisa melakukannya, ini tidak terlalu berat." Sahut Zafirah berusaha menghindar dari Azril."Aku tahu tidak berat. Aku tahu kamu bisa mengangkatnya, tapi aku ingin kamu tetap bersama dengan Aisha." Sahut Azril."Baiklah, sepertinya berdebat denganmu tidak ada untungnya." Ujar Zafirah pada akhirnya."Hahaha.. Ya kamu benar sayang, maksudku Zafirah. Kamu memang tidak bisa berdebat denganku karena kamu tahu jika aku akan menjadi pemenangnya." Kata Azril di sela tawanya."Ayo, kita pulang." Kata Zafirah, menyembunyikan rasa yang dia sendiri tidak bisa menggambarkannya. Terlebih saat melihat tawa renyah Aisha, membuatnya tersenyum."Biar ayah yang menggendong m
Setelah meninggal kediaman Zafirah, Azril yang mengatakan pada Zafirah jika dirinya masih memiliki pekerjaan yang tidak bisa di tinggal. Nyatanya Azril tidaklah pergi ke kantornya, melainkan dirinya pergi ke suatu tempat yang pasti telah ia ketahui. Empat puluh lima menit mobil mewahnya telah memasuki halaman rumah sederhana, tanpa menunggu lama Azril keluar dari mobil dan masuk seolah-olah dirinya terbiasa dengan rumah sederhana di depannya."Ayah, ayah datang untuk menjemput kami? Mama, ayah datang!!" Seru seorang anak laki-laki yang tengah bermain mobil-mobilan dan menghambur kerah Azril yang berdiri di depan pintu."Bian, dimana Mama mu?" tanya Azril, tanpa memperdulikan Abian yang meminta di gendong olehnya."Sayang, siapa yang datang nak?"Jelita yang masih dengan baju tidur tipis tersenyum manja saat mendapati Azril berada di kediamannya."Sayang, kamu datang? Aku tahu kamu pasti akan kesini dan aku tahu jika akulah wanita yang pantas berada di sampingmu." ujar Jelita, menyambut
Zafirah kembali di sibukkan dengan pekerjaannya sebagai pemilik swalayan, yang menyediakan berbagai macam jenis sayuran organik. Usahanya yang di rintis dari bawah berhasil menjadi seperti sekarang. Bahkan kini berbagai restoran dan hotel bekerja sama dengannya. Mereka menyukai sayuran organik yang di kelola Zafirah, memiliki nilai tinggi Karena semua sayuran yang di kirim benar-benar fresh, hal itulah yang usaha sayur organik miliknya kini di kenal di dalam dan luar negeri.Kesuksesan yang diraihnya tidak lepas dari sosok yang sampai saat ini berdiri di belakang Zafirah. Romi, laki-laki yang rela menyendiri demi menjaga Zafirah. Gadis yang diam-diam membuatnya sulit berpaling. Tetapi mulai sekarang dirinya harus mengikhlaskan Zafirah kembali bersama dengan Azril laki-laki yang sampai saat ini menjadi suaminya.Hari ini Romi mengunjungi kediaman Zafirah, dengan langkah panjang Romi memasuki kediaman sederhana Zafirah."Assalamualaikum, Zafirah."Romi mencari keberadaan Zafirah ataupun
"Aku berjanji padamu Romi. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang kedua kalinya." Kata Azril dengan tegas."Aku percaya padamu Azril. Tapi jika kamu berulah, maka tamat riwayatmu. Dan satu lagi, jangan halangi aku bertemu dengan Aisha, dia putriku." Ucap Romi tidak kalah tegasnya. Menerima kenyataan jika wanita yang sejak lama mengisi hatinya kembali pada pria yang masih menjadi suaminya."Aku harus pergi sekarang. Aku akan membawa keluarga ku untuk menempati rumah baru kami." Kata Azril lagi."Pergilah, bahagiakan mereka." Ucap Romi sebelum meninggalkan Azril."Tentu, aku tidak akan menyia-nyiakan mereka lagi." Sahut Azril.Kini hanya ada Azril yang menatap sekeliling pesantren yang di dirikan oleh istri dan sahabatnya.Azril menyadari cinta sejati Romi pada istrinya. Wanita yang ia sia-siakan bahkan dengan tega mengusirnya saat tengah mengandung. Tidak di pungkiri hatinya bimbang antara meminta Zafirah kembali padanya atau ia relakan istri dan anaknya hidup bahagia bersama dengan pr
Tiga bulan sudah mereka tinggal di kediaman rumah baru mereka, Azril yang memperlakukan Zafirah dan Aisha dengan kelembutan dan perhatian yang besar. Tidak ingin sesuatu terjadi di antara mereka, tanpa sepengetahuan dari Zafirah dan Aisha. Azril telah menyiapkan anak buah untuk mengikuti kemanapun mereka pergi. "Sayang, apakah kamu akan pergi ke supermarket? Perlukah aku yang mengantarmu? Aku tidak ingin sesuatu terjadi padaku dan juga putri kita." Kata Azril."Tidak, perlu. Aku akan pergi sendiri lagi pula jarak supermarket dan kantor berbeda arah dan akan semakin jauh jika kamu mengantarku, mas." sahut Zafirah dengan lembut."Bunda, Aisha ingin pergi ke kantor ayah, apakah boleh?" tanya Aisha, setelah menyelesaikan sarapannya. "Boleh sayang, tapi setelah pulang sekolah. Bunda yang akan mengantar kesana, bagaimana? Apakah putri bunda keberatan?" sahut Zafirah pada Aisha."Tidak, bunda. Ayo Bunda, kita berangkat." seru Aisha."Ya, sayang. Mas aku berangkat dulu assalamualaikum," ucap
Vera menjauh dari pintu ruang kerja Zafirah membiarkan berapa pria mendobrak pintu ruang kerjanya. Percobaan pertama gagal hingga ke tiga kalinya, pintu berhasil terbuka dan mereka terkejut saat melihat kondisi ruang kerja Zafirah yang begitu berantakan."Periksa seluruh ruangan!!" Seru salah satu pria berbadan besar, pada anak buahnya. Mereka bergegas menggeledah ruang kerja Zafirah namun sayangnya mereka tidak menemukan apapun hanya berapa barang yang berserakan di lantai."Bu, Zafirah!! Ibu dimana? Bu, Zafirah!!" Vera terus berteriak memanggil Zafirah namun tidak ada satupun jawaban dari pemilik nama.Terdengar suara langkah kaki panjang membuat mereka menoleh, tapi tidak dengan pria berjas hitam yang terus mencari keberadaan Zafirah istri dari bosnya."Apa, yang kalian lakukan hah?! Kenapa menjaga satu wanita kalian tidak becus!! Cepat periksa cctv di depan!!" Suara Azril menggema seluruh ruang kerja. Membuat mereka ketakutan, bahkan salah satu dari mereka menabrak dinding di depan
"Aku ingin tahu, apakah zikir mu akan menyelamatkan dirimu Zafirah? Hahaha!! Hari ini kamu akan mati di tanganku Zafirah!!"Jelita menarik tubuh Zafirah, dirinya berniat untuk menjatuhkan tubuh Zafirah kedalam jurang. "Jelita, aku mohon lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan memperpanjang masalah kita dan aku akan membiarkan dirimu terbebas, sekarang pergilah sebelum suami dan anak buahnya datang untuk menangkap mu." Kata Zafirah."Hahaha!! Aku, tidak akan melepaskan dirimu Zafirah. Sebaliknya aku akan membunuhmu. Dengan begitu aku akan jauh lebih bahagia, haha!!! Aku bisa membalaskan dendam yang selama ini menyiksaku, dengarkan aku Zafirah. Sebelum aku membunuhmu, aku ingin mengatakan yang sebenarnya padamu. Aku hamil dengan laki-laki lain dan tentunya kamu sudah tahu, dan aku menyingkirkan dirimu. Dengan begitu aku bisa memiliki Azril lagi.Tapi jika aku tidak bisa memilikinya maka tidak ada satupun yang bisa mendapatkan cintanya. termasuk Ki Zafirah." Jelita menarik tubuh Zafirah ke