Tiga bulan sudah mereka tinggal di kediaman rumah baru mereka, Azril yang memperlakukan Zafirah dan Aisha dengan kelembutan dan perhatian yang besar. Tidak ingin sesuatu terjadi di antara mereka, tanpa sepengetahuan dari Zafirah dan Aisha. Azril telah menyiapkan anak buah untuk mengikuti kemanapun mereka pergi. "Sayang, apakah kamu akan pergi ke supermarket? Perlukah aku yang mengantarmu? Aku tidak ingin sesuatu terjadi padaku dan juga putri kita." Kata Azril."Tidak, perlu. Aku akan pergi sendiri lagi pula jarak supermarket dan kantor berbeda arah dan akan semakin jauh jika kamu mengantarku, mas." sahut Zafirah dengan lembut."Bunda, Aisha ingin pergi ke kantor ayah, apakah boleh?" tanya Aisha, setelah menyelesaikan sarapannya. "Boleh sayang, tapi setelah pulang sekolah. Bunda yang akan mengantar kesana, bagaimana? Apakah putri bunda keberatan?" sahut Zafirah pada Aisha."Tidak, bunda. Ayo Bunda, kita berangkat." seru Aisha."Ya, sayang. Mas aku berangkat dulu assalamualaikum," ucap
Vera menjauh dari pintu ruang kerja Zafirah membiarkan berapa pria mendobrak pintu ruang kerjanya. Percobaan pertama gagal hingga ke tiga kalinya, pintu berhasil terbuka dan mereka terkejut saat melihat kondisi ruang kerja Zafirah yang begitu berantakan."Periksa seluruh ruangan!!" Seru salah satu pria berbadan besar, pada anak buahnya. Mereka bergegas menggeledah ruang kerja Zafirah namun sayangnya mereka tidak menemukan apapun hanya berapa barang yang berserakan di lantai."Bu, Zafirah!! Ibu dimana? Bu, Zafirah!!" Vera terus berteriak memanggil Zafirah namun tidak ada satupun jawaban dari pemilik nama.Terdengar suara langkah kaki panjang membuat mereka menoleh, tapi tidak dengan pria berjas hitam yang terus mencari keberadaan Zafirah istri dari bosnya."Apa, yang kalian lakukan hah?! Kenapa menjaga satu wanita kalian tidak becus!! Cepat periksa cctv di depan!!" Suara Azril menggema seluruh ruang kerja. Membuat mereka ketakutan, bahkan salah satu dari mereka menabrak dinding di depan
"Aku ingin tahu, apakah zikir mu akan menyelamatkan dirimu Zafirah? Hahaha!! Hari ini kamu akan mati di tanganku Zafirah!!"Jelita menarik tubuh Zafirah, dirinya berniat untuk menjatuhkan tubuh Zafirah kedalam jurang. "Jelita, aku mohon lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan memperpanjang masalah kita dan aku akan membiarkan dirimu terbebas, sekarang pergilah sebelum suami dan anak buahnya datang untuk menangkap mu." Kata Zafirah."Hahaha!! Aku, tidak akan melepaskan dirimu Zafirah. Sebaliknya aku akan membunuhmu. Dengan begitu aku akan jauh lebih bahagia, haha!!! Aku bisa membalaskan dendam yang selama ini menyiksaku, dengarkan aku Zafirah. Sebelum aku membunuhmu, aku ingin mengatakan yang sebenarnya padamu. Aku hamil dengan laki-laki lain dan tentunya kamu sudah tahu, dan aku menyingkirkan dirimu. Dengan begitu aku bisa memiliki Azril lagi.Tapi jika aku tidak bisa memilikinya maka tidak ada satupun yang bisa mendapatkan cintanya. termasuk Ki Zafirah." Jelita menarik tubuh Zafirah ke
Azril menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dengan Zafirah. Jika ia tidak menyerahkan keamanan pada orang suruhannya kejadian ini tidak akan terjadi. "Aku begitu bodoh," gumam Azril menyalahkan dirinya. Sentuhan lembut membuat kesadarannya kembali, Azril mengusap sisa air matanya."Sayang, ada apa?" Azril mengangkat tubuh Aisha mendudukkan di pangkuannya."Ayah, ayo kita berdoa. Agar Allah menjaga bunda di luar sana." Azril mengangguk, kembali mengangkat tubuh Aisha ke musholla yang ada di dalam rumah Azril.Mereka menunaikan empat rakaat yang telah tertinggal, karena mencari keberadaan Zafirah. Azril mengangkat kedua tangannya. Meminta pada sang Khaliq untuk menjaga istrinya, ia yakin jika istrinya dalam keadaan baik-baik saja.'Ya Allah, untuk pertama kalinya aku mengangkat kedua tangan ini. Setelah sekian lama dimana aku memintamu untuk tidak pengambil mereka dariku. Saat ini aku minta padamu untuk menyelamatkan istriku, Zafirah. Aku manusia yang tidak pantas untuk meminta pad
Di pulau terpencil seorang nelayan yang tengah berlayar mencari ikan di kejutkan dengan sosok wanita yang mengapung di atas sebuah perahu kecil dengan tubuh telungkup. Berlahan sang nelayan mendekat untuk meski perasaan yang tidak tenang."Paman, jangan mendekat . Kita tidak tahu apakah dia benar-benar wanita atau laki-laki yang berpakaian seperti wanita untuk menipu kita." Seorang laki-laki menahan pergelangan tangan sang paman. Mencegahnya untuk mendekati tubuh yang sebagian di atas perahu."Arman, kamu tidak boleh seperti itu. Bagaimana jika dia benar-benar wanita? Ayo kita dekati." Sang paman yang tidak lain adalah, Halik seorang nelayan sekaligus seorang yang disegani di kampungnya. Berusaha untuk mendekati, mengabaikan ucapan keponakannya."Kita lihat, tapi tetep waspada." Halik mendekatkan perahunya ke arah perahu kecil yang tidak jauh dari mereka alangkah terkejutnya saat melihat sosok wanita dengan pakaian syar'i dan kerudungnya yang compang-camping."Subhanallah, Arman. Ke
Di kediaman Azril, mereka yang tidak tahu jika wanita yang mereka selamatkan adalah Jelita. Mereka memperlakukannya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang tanpa mereka menyadari apa niat yang tersembunyi Jelita. Seperti saat ini Azril yang ingin membawa Jelita ke luar negeri untuk memperbaiki wajah dan luka-luka di tubuhnya. Namun Aisha yang merasakan perbedaan sikap bundanya merasa tidak nyaman bersama dengan wanita yang mengaku sebagai Zafirah, bundanya."Sayang, Maafkan Aku. Mulai hari ini aku akan menjagamu dan akan menyembuhkan seluruh luka-luka ini. Aku berjanji akan memperbaiki semua kesalahan yang pernah aku lakukan terhadap dirimu, maafkan aku yang tidak bisa menjagamu." Azril, menyentuh punggung tangan wanita yang dia kira adalah Zafirah."Tidak apa-apa sayang. Aku tahu kamu akan memberikan yang terbaik untukku. Dan mengembalikan wajahku seperti sebelumnya, jadi aku mohon segera kita pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka ini. Aku tidak kuat dengan beban seperti ini,
"Jika dia Jelita, di mana Zafirah?" tanya Romi.Mereka terdiam sesaat lalu, mereka kembali memikirkan bagaimana caranya untuk membuktikan jika dia benar-benar Jelita, bagaimana mereka membongkar kejahatan Jelita termasuk mencari keberadaan Zafirah yang hingga kini tidak ditemukan."Kita tidak bisa apa-apa terlebih saat ini Aisha persamaannya. Aku tidak ingin kehilangannya untuk kesekian kalinya, Karena hanya putriku yang saat ini bersamaku." Azril mengusap wajahnya dengan kasar mengingat Bagaimana dulu dia telah memperlakukan Zafirah dengan kasar bahkan sampai mengusirnya yang tengah hamil."Kamu benar sekali. Kita tidak boleh gegabah untuk membongkar kejahatan yang dilakukan oleh Jelita, tapi di sisi lain kita pun tidak bisa tinggal diam untuk mencari keberadaan Zafirah. Apakah kamu sudah menyuruh orang untuk mencarinya kembali?" Azril menghela napasnya bahkan dia rela mencari detektif yang terhebat namun tidak satupun orang yang bisa menemukan Zafirah."Azril bukankah tidak jauh da
Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga
Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A
Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah
Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se
"Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk
Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai
"Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa
Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi
Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."
Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga