Setelah kepulangan Andra, aku langsung masuk ke kamar. Merenungi perkataan Andra. Lebih-lebih saat ia mengatakan tentang perasaannya padaku.Dan itu cukup mengganggu pikiranku.Jujur aku baru tahu, di balik sikap diamnya Andra, ternyata ia menyimpan perasaan padaku. Dan lagi, saat aku dibawa oleh Inder untuk menemui keluarganya, aku tak melihat Andra, apa karena aku terlalu fokus menunduk kala itu? Atau memang...ah, entahlah.Andra juga mengatakan kalau aku dan ia pernah satu kelas. Yaitu saat SMA. Sebab setelah lulus pria itu pindah keluar negeri, kuliah disana.Kata Andra, ia selalu melihatku ada di perpustakaan saat jam istirahat. Itu aku lakukan sebab mau ke kantin tak punya uang. Jadi saat jam istirahat aku gunakan waktu istirahatku pergi ke perpustakan. Kadang disana aku juga makan bekal yang dibuatkan Emak.Ah, segitunya Andra memperhatikan aku.Namun yang tak habis pikir, aku pernah satu sekolah dengan Andra, tapi kok aku bisa tak pernah melihat Andra? Ah, aku lupa. Kalau du
Aku tak mengerti dengan diriku sendiri, Andra yang datang dan mengatakan perasaannya padaku tapi malah Inder yang aku pikirkan. Kenapa coba?Kenapa aku masih mengharapkan kedatangannya. Padahal aku yakin saat ini ia sedang sibuk dengan Cleo. Atau kalau tidak Inder sudah mempersiapkan pernikahannya dengan Cleo, secara aku sudah menandatangani surat cerai itu.Hiks, bahkan Inder benar-benar tak ingat denganku. Setidaknya minta maaf pada keluargaku. Dia merasa bersalah padaku telah menyia-nyiakan aku itu ada kepuasan tersendiri dengan minta maaf.Tapi rupanya ia pria brengsek.Dengan tak datangnya Inder, ini sudah membuktikan kalau ia bukan pria yang baik. Ia lepas tangan dan tak merasa bersalah. Membuangku sesuka hatinya, padahal ia datang ke rumah ini baik-baik, tapi membuangku seperti ini.Aku benar-benar tak ada harganya di mata Inder. Ba
Aku menatap kepergian Cleo yang saat ini sudah keluar dar pintu rumah utama dan masuk kedalam mobil mewahnya."Kenapa, Mbak? Kok tampak pucat begitu?" tanya Inggit lagi.Aku segera menggelengkan kepala dengan pikiran yang terasa begitu berat. "Tidak papa, Git. Mungkin aku lelah. Aku ingin istirahat dulu." Tanpa menunggu jawaban Inggit maupun Dirham, aku pergi berlalu ke kamar dengan deraian air mata yang terus mengalir.Dadaku terasa begitu sesak. Serasa tak kuasa aku menahan rasa sakit ini. Ini terlalu sakit untukku.Air mata yang sedari tadi sudah ingin berlomba-lomba ingin keluar dari pelupuk mata.Tega kau, Inder. Kau mau menikah dengan Cleo padahal kamu belum selesai dengan hubunganku. Sebegitu tak sabarkah kau ingin menikahi mantanmu. Hingga kau tak menunggu perceraian kita selesai.Aku sakit...Hu hu hu….*****Aku menatap diri di depan cermin. Di tanganku terpegang sebuah gamis mewah nan elegan.Aku sudah putuskan, untuk datang ke pernikahan Inder dan Cleo. Aku tak boleh lema
Aku membuka mata tatkala mencium aroma minyak kayu putih di rongga hidung."Akhirnya…kamu sadar juga, Din." Emak tersenyum antusias sambil mengusap wajahku. Netranya sedikit berkaca-kaca."Aku kenapa, Mak?" Aku menatap sekeliling. Menatap satu persatu wajah yang ada di sekelilingku. Yaitu Inggit sama Dirham. Duduk mengelilingiku. Dengan tatapan iba dan kasihan."Tadi pas Mbak mau berangkat ke pernikahan suami Mbak. Mbak tiba-tiba muntah-muntah hebat sambil memegangi perut yang kram. Hingga akhirnya Mbak pingsan." Inggit menjelaskan sambil ntangan sibuk memijiti kakiku.Aku mengusap wajah sambil beristighfar. Iya, aku baru ingat kalau tadi pas mau berangkat tiba-tiba aku merasa kesakitan dan pusing secara tiba-tiba."Kata dokter yang memeriksa Mbak, kandungan Mbak lemah." Dirham menimpali. Juga sama memijiti kakiku.Aku tersenyum hambar. Inder juga mengatakan seperti itu. Dan entah kenapa aku tak lagi mengharapkan anak ini. Andaikan kandungan ini hilang dari rahimku, sepertinya aku me
Aku menatap Inder yang saat ini lekat menatapku dengan tatapan sayunya. Sedangkan tangannya satunya masih setia berada di pinggangku."Mas....""Din...."Dalam waktu yang bersamaan aku dan Inder saling memanggil. Segera ketundukan wajah. "Aku terus menjalin hubungan dengan Cleo karena ada sesuatu yang aku kejar, Din!" ujar Inder. Sontak membuatku mengangkat pandangan kembali menatap Inder.Aku masih bergeming, tak tahu ingin bagaimana. Mendadak pikiranku ngelag. Inder bilang ada sesuatu yang ia kejar? Apa itu? Apa yang ia kejar? "Cleo telah mengambil sesuatu yang berharga dariku, dan juga hidupku," lanjut Inder. Ada apa ini? Kenapa Inder berucap seperti itu? Ah, aku bingung."Dan aku terus mendekatinya hanya untuk mendapatkan itu kembali. Ada sesuatu yang aku inginkan. Aku punya misi pada pada Cleo."Apalagi ini? Misi apa? Apa Inder juga punya misi selain denganku? "Sebenarnya ada apa? Aku tak paham, dan tolong jangan tipu-tipu aku lagi, aku sudah muak dengan ini semua!" Aku m
"Din, jadi gimana? Kita batalkan cerainya?"Inder kembali bersuara. Membuatku Kelu ingin menjawab apa."Aku gak mau jawab itu, pertanyaan ku tadi belum kamu jawab," protesku."Yang mana?" Kening Inder mengkerut "Tentang Cleo, ada apa kamu dan Cleo selama ini. Dan itu tadi…kata-katamu. Belum kamu lanjutin."Inder kembali mengusap wajahnya. "Panjang ceritanya, Din. Yang jelas aku gak selingkuh dengan Cleo. Aku hanya manfaatin dia untuk merebut kembali apa yang sudah ia curi dari ibuku!" terang Inder, tapi aku masih belum paham. Dan masih ingin penjelasan yang lebih panjang lagi."Kurang detail penjelasannya," tuntutku.Inder menghembuskan nafasnya tampak lesu."Nanti aku jelasin semuanya, sekarang kita pulang dulu. Malu ini rumah orang tuamu, tadi aku hanya minta waktu sebentar sama ibu kamu."Aku masih terdiam, sambil memandangi Inder. Mendadak aku bingung, mau apa? Apa kau ikut Inder dan percaya kata-katanya."Din, ayo!" ajaknya setengah mengeluh. Tepatnya memelas.Aku tak segera me
Meskipun aku tak ingin pulang dari rumah Emak, tapi melihat sikap Inder yang seperti benar-benar tak betah di rumah Emak, entah apa alasannya, akhirnya aku pun ikut dengannya. Pulang ke rumahnya. Tentunya setelah Inder pamit dan minta maaf sama Emak dan menjelaskan pada Emak juga adik-adikku bahwa semua masalah yang terjadi hanya sebuah kesalahan pahaman dan Inder tidak selingkuh dengan Cleo.Usai makan malam, aku berdiri di balkon kamar bersama Inder. Menikmati angin malam yang sejuk.Di sana, pria itu menjelaskan semua pertanyaanku yang tadi siang. Inder bilang, bahwa, ibunya Yasmin mengalami depresi saat ia kehilangan perusahaan dan beberapa bisnis lainnya. Semuanya dialihkan atas nama keluarga Cleo. Entah bagaimana caranya dia tak menjelaskan begitu detail.Inder dan Cleo sudah dari sejak SMA menjalin hubungan. Kata Inder, Cleo mendekati Inder hanya karena ada sesuatu yang ia incar, yaitu bisnis Ibu Yasmin.Ibu Yasmin dan Papa Aleks menikah bukan karena cinta, melainkan karen
Aku masih ternganga mendengar jawaban Inder bahwa ia sebenarnya tak suka Cleo. Lalu ...?"Aku hanya memaksakan diri ini untuk suka pada Cleo. Sekalipun Papa tak pernah merestui hubungan ku dengan Cloe. Aku lakukan itu hanya karena agar Ibu Yasmin memberikan kasih sayangnya padaku. Sesuatu yang tak pernah aku dapatkan. Hanya kasih sayang dari Papa saja yang aku dapatkan," jelas Inder seolah tahu isi pikiranku."Lalu kenapa kau membencinya? Membenci Papa Aleks?" tanyaku."Karena dia menikah lagi disaat Ibu Yasmin mengalami depresi. Sekalipun pernikahan itu atas permintaan Ibu Yasmin. Ibu menyuruh Papa menikah lagi sebab Ibu tak mau berperan sebagai istri dari Papa lagi. Ia hanya mau jadi istri di atas kertas saja."Benar-benar rumit ternyata kisah keluarga Inder. Aku kira orang kaya gak akan sepusing orang tak punya sepertiku. Sebab harus banting tulang untuk mencari uang. Bahkan aku harus rela menik