Sudah dua bulan berlalu aku meninggalkan kenangan pahit itu, kenanganya sudah pergi hanya menyisakan sedikir pahit yang masih menggantung di ujung hati. Mungkin kegiatan yang sulit selain melupakan adalah mengganti kebiasaan yang dulu.
Aku cukup senang melihat Agus dan Devi yang rukun dan selalu baik-baik saja, mereka sepertinya menikmati semua moment berdua dalam beberapa bulan ini.Apakah aku harus berdiam diri saja dengan kondisi seperti ini, satu-satunya caraku untuk melupakan itu adalah dengan bekerja dan terus disibukan dengan kegiatan yang positif.Sepulang kerja, aku melihat Agus termenung melihat langit-langit kos.“Kenapa Gus?” tanyaku sembari berbaring disampingnya.“Aku tadi habis nongkrong di fakultasnya Devi Man,” jawab Agus dengan tatapan kosong.“Terus kenapa?” tanyaku yang penasaran.“Cowok di fakultas Devi ganteng-ganteng Man,” jawab Agus dengan tatapan kosong, seperti koSebulan lebih aku terus menempa diri agar tampilan fisik ini semakin menarik, pergi ke tempat fitnes, makan-makanan sehat sampai pakai skincare sudah aku lakukan. Untuk hasilnya, cukup melebihi ekspektasi aku mulai dikejar-kejar cowok kekar ditempat fitnes. Meskipun sebenarnya itu bukan target yang aku mau,aku tidak tahu apakah ada yang salah dalam pola latihanku. Pertama masuk semua baik-baik saja, setelah sebulan aku dan Agus mulai jarang latihan bersama, karena waktu kerja yang memang tidak sama. Aku lebih sering jam 4 atau jam 5 sore, sedangkan Agus lebih sore lagi karena emang pulang kerja Agus yang lebih sore.Sore hari sepulang kerja aku sudah membawa baju ganti untuk fitnes, ditempat fitness aku mengenal beberapa orang yang sering bertemu saat latihan. Kalian pasti tahu hampir semua tempat fitness tidak memiliki pintu dikamar ganti, hanya bermodal tirai anti air saja. Jujur pertama sangat canggung dengan kondisi itu, aku merasa tidak nyaman untuk sekedar ganti
Pagi buta aku terbangun untuk bersiap-siap menuju UM atau Universitas Negeri Malang, tahun kemarin aku 5 kali gagal masuk disana. Tahun ini aku akan kembali lagi kesana untuk menujukan kwalitas aku yang sudah ditempa selama 2 minggu belakangan ini, meskipun singkat tapi cukup membuat otak kecilku kembali dari hibernasinya.Aku melihat banyak sekali calon mahasiswa yang berjuang seperti aku, banyak di antara mereka yang wajahnya tidak asing, sepertinya mereka adalah calon mahasiswa yang gagal di tahun kemarenPeminat di fakultas yang aku masuki memang cukup banyak, jurusan DKV atau Desain Komunikasi Visual cukup baru di Universitas Negeri Malang ini bahkan menjadi favorit mahasiswa baru, bahkan saat aku melihat di seluruh Indonesia baru ada 3 universitas besar yang memiliki jurusan DKV. 3 kampus yang memiliki jurusan DKV hanya ada di Malang, Yogya dan Solo karena itu membuat kami para mahasiswa yang berminat untuk jurusan DKV sangat kecil peluang masuk untuk jalur beasi
Hari ini adalah hari terakhir aku mengikuti tes di universitas negeri Malang, aku sudah melewati tes tulis, wawancara sampai psikotes. Semua aku lewati dengan selamat tanpa ada kekurangan apapun, meskipun kepalaku sedikit pusing tapi paling tidak aku memiliki beberapa teman baru. Mungkin narasiku barusan tidak nyambung, ya mohon dimaklumi saja kepala masih pusing setelah mengikuti tes. Salah satu teman baru aku bernama Chaca, gadis cantik yang berasal dari Solo.Aku mengenal dia dihari pertama aku ujian, aku berharap dia bisa membantu aku untuk melupakan Cindy seperti Cindy yang bisa membantu aku melupakan Sari.Kami bersama-sama saling bertukar pikiran ketika mengikuti tes yang melelahkan ini. Dihari terakhir aku mencoba mengajak Chaca untuk nongkrong bareng sekaligus menghilangkan stress setelah 3 hari penuh menjalani ujian.“Alhamdullillah Man ini hari terakhir kita ujian,” ucap Chaca dengan senang.“Iya Cha, ayo ngopi sepulang
Menunggu pengumuman adalah pekerjaan yang paling membosankan, dimana kita hanya bisa menunggu kabar tanpa bisa mengirim pesan.Pengumumanya akan keluar 1 bulan setelah tes berlangsung, apabila aku gagal aku bisa ikut lagi sampai maksimal 3x dikampus yang sama. Andai ke 3x aku masih gagal ya emang bodoh sekali aku, aku harus daftar mandiri yang artinya semua biaya ditanggung pribadi. Itu adalah hal yang mustahil aku lakukan, bahkan andai saja Agus aku jual juga tidak memungkinkan untuk membiaya kuliah aku sampai selesai.Devi menyuruh aku untuk daftar di PTS atau di perguruan tinggi swasta sebagai antisipasi andai saja aku gagal masuk PTN, tapi aku menolak saran itu karena yakin aku pasti masuk PTN. Yang penting yakin aja dulu, masalah berhasilnya ntar dipikirkan lagi.Sore hari sepulang kerja Agus melempar tas yang berisi baju tepat disamping aku yang sedang rebahan.“Apa ini Gus?” tanyaku kaget.“Seragam Man,” jawab A
“Selamat pagi Man,”Suara Sari menyapaku pagi ini, entah ada apa tiba-tiba pagi buta ini Sari sudah menghubungi aku.Selama hampir 3 tahun kenal Sari, kejadian ini sama sekali tidak pernah terjadi bahkan tidak pernah aku bayangkan, karena memang Sari adalah cewek yang sangat cuek dan jutek saat sekolah dulu.“Man temenin aku jalan-jalan bisa gak?” tanya Sari dengan lembut.“Maaf belum bisa Sar, aku harus kerja,” jawabku sembari bersiap-siap.“Loh.. bukannya kerjamu malam Man?” tanya Sari.“Pagi aku juga kerja Sar,” ucapku ke Sari.“Kerja dimana?” tanya Sari dengan penasaran.“Di BMI Sar,” jawabku singkat.“Bagian apa Man?” tanya Sari lagi.“Customer servis Sar, maaf ya Sar udahan dulu aku mau berangkat,” ucapku menutup obrolan.“Oohh.. iya Man,” jawab Sari yang nampak kecewa.Setelah putus dengan pacarnya entah kenapa Sari mulai menjadi sosok yang menyenangkan bagi aku, aku bingung antara harus sedih atau senang dengan perpisahan Sari ini, t
Hari ini adalah hari pengumuman aku lulus atau tidaknya masuk UM, aku mencoba mencari tahu mulai dari alamat website sampai informasi langsung terkait pengumumannya.Dari ponsel aku tidak bisa membuka website karena mungkin servernya down gara-gara terlalu banyak calon mahasiswa yang mengakses website tersebut.Aku mencoba menghubungi Chaca tapi ternyata nasibnya juga sama dia tidak bisa membuka website, aku ingin langsung menuju kampus dengan harapan bisa dapat informasi tentang tes ini secara langsung. Tapi aku bingung karena tidak mungkin saat ini aku bisa keluar karena masih terikat jam kerja, beberapa saat kemudian ponselku berbunyi.“Man gimana kamu lulus?” tanya Sari melalui telepon.“Belum tahu Sar, websitenya belum bisa di akses,” jawabku ke Sari.“Yaudah mumpung aku di kampus nanti biar aku saja yang cek,” ucap Sari.“Gak usah Sar, nanti ngerepotin kamu lagi,” jawabku mencoba menolak.
Universitas Brawijaya adalah salah satu kampus favorit di Kota Malang, aku punya rencana andai saja aku tidak diterima di Universitas Negeri Malang aku akan mencoba untuk daftar di UB.Sari banyak menceritakan tentang UB, bahwa untuk biaya masuknya meskipun mahal tapi masih bisa di angsur setiap semester dan disana akan nada beasiswa untuk anak berprestasi.Aku heran kenapa semua beasiswa harus berprestasi atau kalau tidak hanya diperuntukan untuk orang yang tidak mampu, kenapa tidak ada beasiswa yang diperuntukan untuk orang yang bersungguh-sungguh. Jujur sebenarnya aku sangat bersungguh-sungguh, tapi karena nilai matematika aku yang selalu hancur membuat aku terkesan tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam bersaing. Andai ada tes menggunakan kemampuan main futsal, menggambar atau basket aku yakin bisa lolos dengan mudah.Pusing sekali kepalaku ini setiap selesai ujian, harusnya aku seperti Agus saja yang tidak terlalu banyak memikirkan ini itu.Pagi hari saa
“Aku suka kamu,” ucap Sari dengan senyum manisnya.Kalimat itu yang seolah-olah menghipnotis aku, benarkah Sari mengucapkan kalimat itu dengan sadar? Apakah ini mimpi? Ini adalah kalimat yang harusnya aku yang mengucapkan, bukan malah Sari.“Aaa.. akku.. juga Sar..,” ucapku dengan terbata-bata.“Aku seneng banget kamu ajak ketempat ini, tempat ini baguuusss banget Man, terimakasih yaaahh,” ucap Sari memotong kalimat aku yang belum selesai.Aku hanya bisa terdiam, mendengar ucapan Sari. Ternyata itu yang dimaksud oleh Sari adalah tempatnya bukan aku, untung saja lidahku keluh untuk membalas kalimatnya tadi sehingga aku tidak merasa malu.“Ooo.. oh.. iya Sar, aku juga senang kalau kamu seneng,” jawabku dengan sedikit lesu.“Maakkkaasssiihh banget, aku suka tempat ini,” ucap Sari dengan senang.“Heheh.. iya,” jawabku singkat.“Kok muka kamu lesu Man?” tanya Sari t
“Ayo Gim balik,” ucap Vina memecah keheningan.“Oh iyaaa,” jawabku singkat.Suasana memang seperti berbeda saat aku dan Vina beranjak pulang, seolah udara semakin dingin dan cahaya lampu kota yang semakin redup. Mungkin karena perjalanan kali ini kami lalui tanpa ada canda dan tanpa ada tutur kata yang terucap, yang menemani perjalan pulang hanya keheningan dan suara angin malam yang tidak seindah biasanya.“Vin Maaf ya,” ucapku ketika sampai dikos Vina.“Udah gak apa-apa, santai aja. Oh iya aku masuk dulu ya Gim, thanks untuk hari ini,” jawab Vina sembari masuk membuka pagar kosnya.Hmmm.. sepertinya tidak ada yang sedang baik-baik saja dalam keadaan sekarang yang sepertinya serba salah, aku sedang berfikir bagaimana caranya supaya dapat memperbaiki hubunganku dengan Vina yang sepertinya bermasalah.Sepanjang jalan menuju pulang aku mencoba berfikir bagaimana cara memperbaiki hubungan, sampai ditengah p
Selang satu hari setelah aku dan Vina membuat kesepakatan untuk membantu Ezza tanpa sengaja aku melihat Vina sedang asik ngobrol dengan Andhini cewek incaran Ezza, dari jauh aku melihat mereka cukup akrab entah bagaimana cara Vina mendekati Andhini tapi yang terlihat didepan mataku seolah tidak ada rasa kaku dari obrolan mereka berdua.“Giiimmm…,” teriak Vina yang mengetahui kehadiranku.“Siniii Gim,” ucap Vina sembari mengayunkan tanganya.Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sembari berjalan mendekati Vina dan Andhini di lorong kampus.“Kenalin Gim ini temenku,” ucap Vina sembari menarik tanganku.“Ohh.. iy.. iya Vin,” jawabku dengan terkejut karena semudah itu Vina menyuruh aku untuk kenalan dengan Andhini.“Andhini kak,” ucap Andhini sembari menjulurkan tangan kearah aku.“Gim.. Gimman,” jawabku dengan gugup karena jujur ketika melihat And
Dua hari telah berlalu setelah semua yang aku perintahkan ke Ezza, dia datang lagi menghampiriku sembari menceritakan semua informasi yang dia dapat tentang cewek yang dia suka.Cewek malang yang di sukai oleh Ezza itu bernama Andhini Natasya Putri Purnomo dia adalah mahasiswi baru jurusan management bisnis dia berasal dari Kalimantan Utara tempatnya dari Nunukan, Adhini adalah anak pertama dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang penguasaha dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Bahkan Ezza juga menceritakan tanggal lahir Andhini lengkap dengan tanggal lahir keluarganya beserta alamat keluarga Andhini tinggal sesuai dengan catatan yang dia bawa.“Wahhhh keren kamu Za bisa tahu sedetail itu,” ucapku memuji data observasi Ezza yang sangat lengkap.“Hehehehe, ini sih gampang Man,” jawab Ezza sembari memegang kerah bajunya.“Eh kamu tahu makanan kesukaan dia gak?” tanyaku dengan antusias.“Enggak,” jawab Ezza
Melihat dari jauh cewek incaran Ezza membuat aku merasa pesimis dan merasa Ezza adalah cowok yang tidak tahu diri karena selera cewek dia yang terlampau tinggi. Cewek incaran Ezza memiliki paras cantik, modis dan terlihat selalu ceria berbanding terbalik dengan Ezza yang cupu, pemalu dan lebih sering murung.“Man giamana bajuku bagus gak?” tiba-tiba Ezza datang di hadapanku dengan baju anehnya.“Hahhh.., Oh Bagus Za,” jawabku dengan singkat.“Gimana Man?” tanya Ezza lagi dengan antusias.“Gimana apanya?” jawabku pura-pura bodoh.“Apa tugas awalku untuk deketin dia?” tanya Ezza dengan percaya diri.Sial sekali, kenapa aku merasa tertekan dengan semangat Ezza untuk punya pacar. Membuat aku harus berfikir bagaimana solusianya supaya Ezza tidak kecewa ke dua kalinya.“Nanti dulu deh Za aku masih cari strategi,” jawabku memasang muka serius.“Oh gitu, oke deh Man kalau
“Gim kamu bisa temenin aku beli baju?”“Gim kamu mau gak nemenin aku cari kado?”“Gim malam ini nongkrong yuk?”“Gim ayo nanti makan malam bareng?”“Gim sibuk gak? Aku bosen,”Itu adalah beberapa contoh ucapan yang semakin sering aku dengar dari mulut Vina dan yang aneh adalah aku mulai menikmati moment itu dan sama sekali tidak merasa keberatan akan hal itu.Sore hari saat aku sedang duduk santai dikedai kopi depan kampus, Vina datang dengan mobilnya dan dia berhenti tepat didepan gerbang kampus. Setelah aku melihat Vina keluar dan ternyata dia keluar dari bangku penumpang, suara gaduh bisikan teman-teman yang ada disekitarku membuat aku kurang begitu fokus tapi sekilas aku lihat mobil Vina dikemudikan oleh seorang cewek, karena perawakanya yang putih dan berambut panjang.Untunglah yang memakai mobil Vina bukan cowok, sehingga membuat mentalku masih tetap terjaga untuk sedikit berharap d
Semenjak aku meminjam uang Vina hubungan kami semakin dekat, aku merasa harus terus bersikap baik dengan Vina supaya tidak di anggap orang yang tidak tahu balas budi. Meskipun sebelumnya aku juga baik dengan Vina, tapi setelah kebaikan Vina aku merasa harus lebih baik lagi.Beberapa hari ini aku semakin sering di ajak keluar oleh Vina entah hanya sekedar makan atau nongkrong sampai larut malam, aku tidak tahu alasan Vina yang semakin sering mengajak aku untuk keluar. Antara dia tahu aku tidak akan menolak ajakanya karena aku punya hutang atau memang tidak ada pilihan lain selain aku.“Gim nanti kamu kuliah sampai jam berapa?” tanya Vina ketika kami bertemu diparkiran kampus.“Hmmm.. cuma sampai jam enam sore aja Vin, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Ayo nanti sore kita nonton,” ajak Vina dengan antusias.“Haahh.. nanti?” tanyaku memastikan.“Iya nanti malam, bisa ya?” jawab Vina dengan
Hari demi hari mulai berlalu, aku masih belum mendapatkan tambahan uang satu juta untuk biaya semesteran kuliah aku. Kepala sudah mulai semakin tegang lagi karena waktu yang semakin terbatas, ada satu solusi yang sepertinya akan aku pakai. Tapi mungkin solusi ini cukup beresiko, aku berencana meminjam uang perusahaan untuk tambahan uang semesteran, mungkin ini sangat beresiko tapi bagaimana lagi aku sudah tidak punya solusi lagi untuk mencari dana tambahan.Ketika pimpinan datang aku mencoba mengawasi raut wajahnya, apakah sedang dalam kondisi senang atau dalam kondisi yang kurang baik. Setelah aku perhatikan seharian ini sepertinya pimpinan dalam kondisi kurang baik karena tidak ada senyum sama sekali sepanjang hari, sehingga aku memutuskan untuk mengurungkan niatku berbicara hari ini.Dikampus teman-temanku sibuk dan mengeluh masalah tugas dan pembelajaran sedangkan aku masih harus sibuk dengan bayar kuliah, tapi beruntungnya aku punya teman-teman yang sangat paham denga
Sore ini aku menunggu jam kuliah dengan Vina dikantin kampus, entah kenapa memang beberapa jadwal kami sering bersama.“Man kamu punya pacar?” tanya Vina tiba-tiba kepadaku.“Enggak, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Oh.. enggak apa-apa,” ucap Vina singkat.Iya aku dan Vina semakin hari memang semakin dekat, aku tidak tahu apakah ini proses pendekatan atau memang proses pertemanan kami yang seperti ini. Aku merasa memang Vina menaruh rasa denganku, salah satunya selain seringnya kami chat bersama sampai larut malam Vina juga tidak pernah nolak kalau aku ajak keluar, entah hanya nongkrong tidak jelas atau berhubungan dengan dunia model. Beberapa temanku sampai penasarana dengan hubungan aku dan Vina, temanku Ryan pernah bertanya tentang hubungan kami.“Kamu beneran gak ada hubungan apa-apa sama Vina?” tanya Ryan saat kami nongrkong berdua.“Hmmm enggak ada,” jawabku singkat.“
Aku mulai menjalani dunia baruku di dunia model, tapi kehidupanku yang lain masih sama tentang pekerjaan dan kuliah tidak pernah tergantikan. Yang sedikit berbeda adalah aku sekarang ke kampus dengan motor sport yang gagah berbeda dengan bulan lalu aku datang ke kampus dengan motor tuaku. Aku sangat bangga dengan motor yang baru aku beli, bukan hanya karena model yang bagus tapi juga motor ini aku beli dari jerih payahku. Ehhh.. tapi tunggu dulu, motor ini belum lunas, bahkan aku belum mengawali cicilan pertama, jadi mungkin motor ini belum sepenuhnya menjadi miliki. Jadi aku ganti alasanku bangga adalah karena motor ini keren dan cocok dengan apa yang aku mau, aku merasa hampir setiap perjalanan cewek-cewek melihatku dengan motor baru dengan rasa kagum. Entah itu kenyataan atau hanya aku saja yang terlalu percaya diri, tapi aku mulai menikmati semua itu. Heheheh.. Setiap hari aku cuci motorku sampai tidak ada noda tersisa, kotor sedikit langsung aku bersihkan bahkan hampir se