Sedang apa?
Adalah kalimat yang paling sering aku kirim untuk mengawali obrolan dengan Cindy, dari kalimat sesederhana itu bisa membuat kita membahas banyak cerita. Sekarang kalimat itu seperti tidak bertuan, menjadi kalimat kosong tanpa balasan.
Suara ponsel darinya yang biasa aku tunggu, kini tidak pernah lagi aku dengar. Dulu nada panggilan dari Cindy aku sendirikan, supaya aku langsung tahu bahwa Cindy yang menghubungiku. Tapi sekarang nada itu mulai terhapuskan seiring kepergiannya.
Kalian tahu bagaimana caraku mengorek luka? Dengan kembali membuka histori chat kita, sudah cukup membuatku kembali perih.
Mungkin melihat aku yang sedikit berbeda membuat Agus menjadi pribadi yang lebih perhatian, Agus tahu patahku, Agus tahu sakitku. Dia adalah satu-satunya orang selalu aku ceritakan tentang Cindy, sampai dia jenuh karena aku mengulang cerita yang sama. Mungkin bagi Agus itu cerita yang sama, tapi bagiku semua tentang Cindy menjadi pembaruan dalam hidup
Sudah dua bulan berlalu aku meninggalkan kenangan pahit itu, kenanganya sudah pergi hanya menyisakan sedikir pahit yang masih menggantung di ujung hati. Mungkin kegiatan yang sulit selain melupakan adalah mengganti kebiasaan yang dulu.Aku cukup senang melihat Agus dan Devi yang rukun dan selalu baik-baik saja, mereka sepertinya menikmati semua moment berdua dalam beberapa bulan ini.Apakah aku harus berdiam diri saja dengan kondisi seperti ini, satu-satunya caraku untuk melupakan itu adalah dengan bekerja dan terus disibukan dengan kegiatan yang positif.Sepulang kerja, aku melihat Agus termenung melihat langit-langit kos.“Kenapa Gus?” tanyaku sembari berbaring disampingnya.“Aku tadi habis nongkrong di fakultasnya Devi Man,” jawab Agus dengan tatapan kosong.“Terus kenapa?” tanyaku yang penasaran.“Cowok di fakultas Devi ganteng-ganteng Man,” jawab Agus dengan tatapan kosong, seperti ko
Sebulan lebih aku terus menempa diri agar tampilan fisik ini semakin menarik, pergi ke tempat fitnes, makan-makanan sehat sampai pakai skincare sudah aku lakukan. Untuk hasilnya, cukup melebihi ekspektasi aku mulai dikejar-kejar cowok kekar ditempat fitnes. Meskipun sebenarnya itu bukan target yang aku mau,aku tidak tahu apakah ada yang salah dalam pola latihanku. Pertama masuk semua baik-baik saja, setelah sebulan aku dan Agus mulai jarang latihan bersama, karena waktu kerja yang memang tidak sama. Aku lebih sering jam 4 atau jam 5 sore, sedangkan Agus lebih sore lagi karena emang pulang kerja Agus yang lebih sore.Sore hari sepulang kerja aku sudah membawa baju ganti untuk fitnes, ditempat fitness aku mengenal beberapa orang yang sering bertemu saat latihan. Kalian pasti tahu hampir semua tempat fitness tidak memiliki pintu dikamar ganti, hanya bermodal tirai anti air saja. Jujur pertama sangat canggung dengan kondisi itu, aku merasa tidak nyaman untuk sekedar ganti
Pagi buta aku terbangun untuk bersiap-siap menuju UM atau Universitas Negeri Malang, tahun kemarin aku 5 kali gagal masuk disana. Tahun ini aku akan kembali lagi kesana untuk menujukan kwalitas aku yang sudah ditempa selama 2 minggu belakangan ini, meskipun singkat tapi cukup membuat otak kecilku kembali dari hibernasinya.Aku melihat banyak sekali calon mahasiswa yang berjuang seperti aku, banyak di antara mereka yang wajahnya tidak asing, sepertinya mereka adalah calon mahasiswa yang gagal di tahun kemarenPeminat di fakultas yang aku masuki memang cukup banyak, jurusan DKV atau Desain Komunikasi Visual cukup baru di Universitas Negeri Malang ini bahkan menjadi favorit mahasiswa baru, bahkan saat aku melihat di seluruh Indonesia baru ada 3 universitas besar yang memiliki jurusan DKV. 3 kampus yang memiliki jurusan DKV hanya ada di Malang, Yogya dan Solo karena itu membuat kami para mahasiswa yang berminat untuk jurusan DKV sangat kecil peluang masuk untuk jalur beasi
Hari ini adalah hari terakhir aku mengikuti tes di universitas negeri Malang, aku sudah melewati tes tulis, wawancara sampai psikotes. Semua aku lewati dengan selamat tanpa ada kekurangan apapun, meskipun kepalaku sedikit pusing tapi paling tidak aku memiliki beberapa teman baru. Mungkin narasiku barusan tidak nyambung, ya mohon dimaklumi saja kepala masih pusing setelah mengikuti tes. Salah satu teman baru aku bernama Chaca, gadis cantik yang berasal dari Solo.Aku mengenal dia dihari pertama aku ujian, aku berharap dia bisa membantu aku untuk melupakan Cindy seperti Cindy yang bisa membantu aku melupakan Sari.Kami bersama-sama saling bertukar pikiran ketika mengikuti tes yang melelahkan ini. Dihari terakhir aku mencoba mengajak Chaca untuk nongkrong bareng sekaligus menghilangkan stress setelah 3 hari penuh menjalani ujian.“Alhamdullillah Man ini hari terakhir kita ujian,” ucap Chaca dengan senang.“Iya Cha, ayo ngopi sepulang
Menunggu pengumuman adalah pekerjaan yang paling membosankan, dimana kita hanya bisa menunggu kabar tanpa bisa mengirim pesan.Pengumumanya akan keluar 1 bulan setelah tes berlangsung, apabila aku gagal aku bisa ikut lagi sampai maksimal 3x dikampus yang sama. Andai ke 3x aku masih gagal ya emang bodoh sekali aku, aku harus daftar mandiri yang artinya semua biaya ditanggung pribadi. Itu adalah hal yang mustahil aku lakukan, bahkan andai saja Agus aku jual juga tidak memungkinkan untuk membiaya kuliah aku sampai selesai.Devi menyuruh aku untuk daftar di PTS atau di perguruan tinggi swasta sebagai antisipasi andai saja aku gagal masuk PTN, tapi aku menolak saran itu karena yakin aku pasti masuk PTN. Yang penting yakin aja dulu, masalah berhasilnya ntar dipikirkan lagi.Sore hari sepulang kerja Agus melempar tas yang berisi baju tepat disamping aku yang sedang rebahan.“Apa ini Gus?” tanyaku kaget.“Seragam Man,” jawab A
“Selamat pagi Man,”Suara Sari menyapaku pagi ini, entah ada apa tiba-tiba pagi buta ini Sari sudah menghubungi aku.Selama hampir 3 tahun kenal Sari, kejadian ini sama sekali tidak pernah terjadi bahkan tidak pernah aku bayangkan, karena memang Sari adalah cewek yang sangat cuek dan jutek saat sekolah dulu.“Man temenin aku jalan-jalan bisa gak?” tanya Sari dengan lembut.“Maaf belum bisa Sar, aku harus kerja,” jawabku sembari bersiap-siap.“Loh.. bukannya kerjamu malam Man?” tanya Sari.“Pagi aku juga kerja Sar,” ucapku ke Sari.“Kerja dimana?” tanya Sari dengan penasaran.“Di BMI Sar,” jawabku singkat.“Bagian apa Man?” tanya Sari lagi.“Customer servis Sar, maaf ya Sar udahan dulu aku mau berangkat,” ucapku menutup obrolan.“Oohh.. iya Man,” jawab Sari yang nampak kecewa.Setelah putus dengan pacarnya entah kenapa Sari mulai menjadi sosok yang menyenangkan bagi aku, aku bingung antara harus sedih atau senang dengan perpisahan Sari ini, t
Hari ini adalah hari pengumuman aku lulus atau tidaknya masuk UM, aku mencoba mencari tahu mulai dari alamat website sampai informasi langsung terkait pengumumannya.Dari ponsel aku tidak bisa membuka website karena mungkin servernya down gara-gara terlalu banyak calon mahasiswa yang mengakses website tersebut.Aku mencoba menghubungi Chaca tapi ternyata nasibnya juga sama dia tidak bisa membuka website, aku ingin langsung menuju kampus dengan harapan bisa dapat informasi tentang tes ini secara langsung. Tapi aku bingung karena tidak mungkin saat ini aku bisa keluar karena masih terikat jam kerja, beberapa saat kemudian ponselku berbunyi.“Man gimana kamu lulus?” tanya Sari melalui telepon.“Belum tahu Sar, websitenya belum bisa di akses,” jawabku ke Sari.“Yaudah mumpung aku di kampus nanti biar aku saja yang cek,” ucap Sari.“Gak usah Sar, nanti ngerepotin kamu lagi,” jawabku mencoba menolak.
Universitas Brawijaya adalah salah satu kampus favorit di Kota Malang, aku punya rencana andai saja aku tidak diterima di Universitas Negeri Malang aku akan mencoba untuk daftar di UB.Sari banyak menceritakan tentang UB, bahwa untuk biaya masuknya meskipun mahal tapi masih bisa di angsur setiap semester dan disana akan nada beasiswa untuk anak berprestasi.Aku heran kenapa semua beasiswa harus berprestasi atau kalau tidak hanya diperuntukan untuk orang yang tidak mampu, kenapa tidak ada beasiswa yang diperuntukan untuk orang yang bersungguh-sungguh. Jujur sebenarnya aku sangat bersungguh-sungguh, tapi karena nilai matematika aku yang selalu hancur membuat aku terkesan tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam bersaing. Andai ada tes menggunakan kemampuan main futsal, menggambar atau basket aku yakin bisa lolos dengan mudah.Pusing sekali kepalaku ini setiap selesai ujian, harusnya aku seperti Agus saja yang tidak terlalu banyak memikirkan ini itu.Pagi hari saa