Hari ini adalah hari pengumuman aku lulus atau tidaknya masuk UM, aku mencoba mencari tahu mulai dari alamat website sampai informasi langsung terkait pengumumannya.
Dari ponsel aku tidak bisa membuka website karena mungkin servernya down gara-gara terlalu banyak calon mahasiswa yang mengakses website tersebut.
Aku mencoba menghubungi Chaca tapi ternyata nasibnya juga sama dia tidak bisa membuka website, aku ingin langsung menuju kampus dengan harapan bisa dapat informasi tentang tes ini secara langsung. Tapi aku bingung karena tidak mungkin saat ini aku bisa keluar karena masih terikat jam kerja, beberapa saat kemudian ponselku berbunyi.
“Man gimana kamu lulus?” tanya Sari melalui telepon.
“Belum tahu Sar, websitenya belum bisa di akses,” jawabku ke Sari.
“Yaudah mumpung aku di kampus nanti biar aku saja yang cek,” ucap Sari.
“Gak usah Sar, nanti ngerepotin kamu lagi,” jawabku mencoba menolak.
Universitas Brawijaya adalah salah satu kampus favorit di Kota Malang, aku punya rencana andai saja aku tidak diterima di Universitas Negeri Malang aku akan mencoba untuk daftar di UB.Sari banyak menceritakan tentang UB, bahwa untuk biaya masuknya meskipun mahal tapi masih bisa di angsur setiap semester dan disana akan nada beasiswa untuk anak berprestasi.Aku heran kenapa semua beasiswa harus berprestasi atau kalau tidak hanya diperuntukan untuk orang yang tidak mampu, kenapa tidak ada beasiswa yang diperuntukan untuk orang yang bersungguh-sungguh. Jujur sebenarnya aku sangat bersungguh-sungguh, tapi karena nilai matematika aku yang selalu hancur membuat aku terkesan tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam bersaing. Andai ada tes menggunakan kemampuan main futsal, menggambar atau basket aku yakin bisa lolos dengan mudah.Pusing sekali kepalaku ini setiap selesai ujian, harusnya aku seperti Agus saja yang tidak terlalu banyak memikirkan ini itu.Pagi hari saa
“Aku suka kamu,” ucap Sari dengan senyum manisnya.Kalimat itu yang seolah-olah menghipnotis aku, benarkah Sari mengucapkan kalimat itu dengan sadar? Apakah ini mimpi? Ini adalah kalimat yang harusnya aku yang mengucapkan, bukan malah Sari.“Aaa.. akku.. juga Sar..,” ucapku dengan terbata-bata.“Aku seneng banget kamu ajak ketempat ini, tempat ini baguuusss banget Man, terimakasih yaaahh,” ucap Sari memotong kalimat aku yang belum selesai.Aku hanya bisa terdiam, mendengar ucapan Sari. Ternyata itu yang dimaksud oleh Sari adalah tempatnya bukan aku, untung saja lidahku keluh untuk membalas kalimatnya tadi sehingga aku tidak merasa malu.“Ooo.. oh.. iya Sar, aku juga senang kalau kamu seneng,” jawabku dengan sedikit lesu.“Maakkkaasssiihh banget, aku suka tempat ini,” ucap Sari dengan senang.“Heheh.. iya,” jawabku singkat.“Kok muka kamu lesu Man?” tanya Sari t
“Selamat pagi sayang,”Itu adalah kalimat yang semakin akrab dengan pagiku, entah yang memulai duluan itu aku atau Sari yang jelas kalimat itu adalah kalimat awal menandakan pagiku.“Jangan lupa makan ya sayang,”Itu adalah kalimat yang sangat populer di ponsel ku, nyaris hampir setiap hari dan 3 kali sehari kalimat itu keluar dari kami.“Selamat tidur ya sayang,”Itu adalah kalimat yang selalu kami tunggu di malam hari sebagai penutup aktivitas kami selama sehari ini.Sebenarnya aku juga tidak akan pernah lupa terhadap pagiku, makanku bahkan malamku. Dulu kalimat itu adalah kalimat yang bagiku tidak penting, bahkan terkesan bodoh. Mana ada orang yang lupa makan? Sebodoh apa orang itu sampai lupa makan. Terus orang mana yang tidak tahu bahwa apabila matahari terbit adalah pagi dan matahari tenggelam adalah malam. Jujur aku baru kali ini merasakan perhatian seperti ini, semua kalimat yang sederhana bisa membuat aku mer
Seharian ini aku hanya duduk diteras kos Sari, aku tidak melakukan apa-apa kecuali cemas dengan kondisi Sari. Tidak terasa waktu sudah hampir gelap harusnya ini adalah waktuku untuk bekerja lagi tapi mana mungkin aku meninggalkan Sari seorang diri. Tapi kalau aku tidak kerja aku merasa tidak enak sama Pak Sholeh karena akhir-akhir ini aku sering tidak masuk.Aku mencoba untuk meminta izin masuk kedalam kos Sari supaya aku bisa melihat kondisi Sari, aku ditemani masuk oleh panjaga kos. Aku mengetuk pintu Sari beberapa kali, sampai akhirnya Sari membuka pintu dengan kondisi badan yang masih terlihat lemas.“Loooohhh… dari tadi belum pulang yang?” tanya Sari.“Belum yang, aku masih nunggu diteras dari tadi,” jawabku sembari melihat kondisi Sari.“Pulang aja yang gak papa aku udah baikan,” suruh Sari kepadaku.“Hmmm beneran gak papa?” tanyaku memastikan.“Iya gak papa,” ucap Sari
Hari ini adalah hari ke 3 aku menemani Sari yang sedang sakit, aku masih bolos kerja karena tidak mungkin aku meninggalkan Sari sendiri dengan kondisi yang masih lemas.Meski sebenarnya Sari menyuruh aku untuk tetap masuk kerja, tapi aku memilih menunggu Sari diteras kos.Aku duduk diteras sembari membaca majalah dan bermain handphone selang beberapa menit tiba-tiba seseorang menyapaku.“Mas Sari belum sembuh?” ternyata itu adalah suara Kina. “Oooh.. iya Kin belum,” jawabku singkat.“Masnya dari semalam?” tanya Kina lagi.“Dari jam 6 tadi,” jawabku singkat.“Oohh iya Mas, Kina pamit dulu ya,” ucap Kina dengan sopan.“Kamu gak kuliah Kin?” tanyaku.“Nanti Mas jam 9,” jawab Kina.Kina masuk ke dalam kos nya membawa sebotol air mineral, kenapa aku mulai suka dengan cara Kina bicara ya? Seolah-olah ada nilai tambah dari tutur katanya yang lembut, Sari ju
Pagi hari ini dihari ke 4 Sari sakit aku menuju kos Sari dengan membawa 1 bungkus bubur ayam, dengan harapan semoga Sari sudah sehat hari ini. Aku akan membeli bubur tidak jauh dari kos Sari kata dia itu adalah bubur yang paling enak yang pernah dia makan, memang bubur disini cukup popular bagi mahasiswa dan pekerja kantoran. Disamping rasanya enak dan porsinya juga banyak disini juga lumayan terjangkau harganya, sebenarnya aku tidak perduli dengan itu semua, aku tidak tertarik untuk membeli, karena antrianya yang cukup panjang dan ramai sekali. Aku bukan orang yang suka antri karena makanan, menurutku semua cita rasa makanan itu sama aja, tapi karena demi Sari akhirnya aku turuti saja dan rela antri demi mendapatkan sebungkus bubur ini.Hampir 30 menit aku masih saja belum mendapatkan bubur yang aku pesan, jujur aku sedikit jengkel dengan kondisi seperti ini. Aku hanya bisa menunggu sembari bermain ponsel tanpa ada aktivtas lain. Saat sedang menunggu tiba-tiba aku melihat Kina
“Selamat pagi sayang, hari ini aku sudah sembuh jadi kamu bisa bekerja hari ini ya, semangat,” Itu adalah pesan singkat dari Sari pagi ini, alhamdullilah Sari sudah kembali sembuh dan aku bisa kembali bekerja seperti biasanya. Ada rasa sedikit tidak enak saat aku harus kembali masuk kerja setelah libur selama 4 hari, apakah nanti akan ada masalah baru dari kantor karena tidakan aku yang kurang disiplin. Aku mencoba membiarkan pikiranku berperasangka baik, semoga semua sesuai dengan bayangan baikku. Sesampainya dikantor aku langsung dihadapkan dengan HRD, beliau menyuruh aku untuk menghadap ke ruangnya. “Mas kenapa kok 4 hari kemarin tidak masuk?” tanya HRD dengan wajah yang serius. “Iya maaf pak,” jawabku dengan singkat. “Lain kali kalau mau tidak masuk wajib izin dan izin tersebut hanya berlaku sehari ya mas,” ucap HRD. “Iya pak ma’af,” jawabku sembari menundukan kepala. Aku keluar ruangan dengan rasa malu, aku hanya bis
Aku pulang dari kos Sari dengan membawa rasa sakit hadiah pemberian Sari, sesampainya dikos aku ingin segera istirahat, membaringkan ragaku dan memejamkan mataku lalu berharap esok kembali seperti biasa. Tapi ternyata tidak semudah itu, pikiran dan hati ini seolah-olah tidak mau bekerja sama. Aku mencoba untuk melupakan tapi hati selalu penasaran, banyak tanda tanya yang belum terjawab oleh Sari tapi hati seolah menemukan jawabanya sendiri.“Ayolah.. sudah malam, lupakan hari ini, yakin bahwa Sari masih milikmu esok pagi,” gumanku memotivasi hati.Pagi hari aku tak mendengar suara ayam, aku hanya mendengar hatiku yang masih bertanya-tanya.“Hallo selamat pagi sayang,” sapaku menggunakan pesan singkat, seolah tidak terjadi apa-apa.Hampir 15 menit mataku tertuju kepada ponsel, biasanya jam 5 pagi Sari sudah bangun. Sudah hampir jam 6 tetapi belum ada respon sama sekali, laporan pesanku sudah dibaca oleh Sari, jadi tidak mungkin ada alasan d