Pagi buta aku terbangun untuk bersiap-siap menuju UM atau Universitas Negeri Malang, tahun kemarin aku 5 kali gagal masuk disana. Tahun ini aku akan kembali lagi kesana untuk menujukan kwalitas aku yang sudah ditempa selama 2 minggu belakangan ini, meskipun singkat tapi cukup membuat otak kecilku kembali dari hibernasinya.
Aku melihat banyak sekali calon mahasiswa yang berjuang seperti aku, banyak di antara mereka yang wajahnya tidak asing, sepertinya mereka adalah calon mahasiswa yang gagal di tahun kemaren
Peminat di fakultas yang aku masuki memang cukup banyak, jurusan DKV atau Desain Komunikasi Visual cukup baru di Universitas Negeri Malang ini bahkan menjadi favorit mahasiswa baru, bahkan saat aku melihat di seluruh Indonesia baru ada 3 universitas besar yang memiliki jurusan DKV. 3 kampus yang memiliki jurusan DKV hanya ada di Malang, Yogya dan Solo karena itu membuat kami para mahasiswa yang berminat untuk jurusan DKV sangat kecil peluang masuk untuk jalur beasi
Hari ini adalah hari terakhir aku mengikuti tes di universitas negeri Malang, aku sudah melewati tes tulis, wawancara sampai psikotes. Semua aku lewati dengan selamat tanpa ada kekurangan apapun, meskipun kepalaku sedikit pusing tapi paling tidak aku memiliki beberapa teman baru. Mungkin narasiku barusan tidak nyambung, ya mohon dimaklumi saja kepala masih pusing setelah mengikuti tes. Salah satu teman baru aku bernama Chaca, gadis cantik yang berasal dari Solo.Aku mengenal dia dihari pertama aku ujian, aku berharap dia bisa membantu aku untuk melupakan Cindy seperti Cindy yang bisa membantu aku melupakan Sari.Kami bersama-sama saling bertukar pikiran ketika mengikuti tes yang melelahkan ini. Dihari terakhir aku mencoba mengajak Chaca untuk nongkrong bareng sekaligus menghilangkan stress setelah 3 hari penuh menjalani ujian.“Alhamdullillah Man ini hari terakhir kita ujian,” ucap Chaca dengan senang.“Iya Cha, ayo ngopi sepulang
Menunggu pengumuman adalah pekerjaan yang paling membosankan, dimana kita hanya bisa menunggu kabar tanpa bisa mengirim pesan.Pengumumanya akan keluar 1 bulan setelah tes berlangsung, apabila aku gagal aku bisa ikut lagi sampai maksimal 3x dikampus yang sama. Andai ke 3x aku masih gagal ya emang bodoh sekali aku, aku harus daftar mandiri yang artinya semua biaya ditanggung pribadi. Itu adalah hal yang mustahil aku lakukan, bahkan andai saja Agus aku jual juga tidak memungkinkan untuk membiaya kuliah aku sampai selesai.Devi menyuruh aku untuk daftar di PTS atau di perguruan tinggi swasta sebagai antisipasi andai saja aku gagal masuk PTN, tapi aku menolak saran itu karena yakin aku pasti masuk PTN. Yang penting yakin aja dulu, masalah berhasilnya ntar dipikirkan lagi.Sore hari sepulang kerja Agus melempar tas yang berisi baju tepat disamping aku yang sedang rebahan.“Apa ini Gus?” tanyaku kaget.“Seragam Man,” jawab A
“Selamat pagi Man,”Suara Sari menyapaku pagi ini, entah ada apa tiba-tiba pagi buta ini Sari sudah menghubungi aku.Selama hampir 3 tahun kenal Sari, kejadian ini sama sekali tidak pernah terjadi bahkan tidak pernah aku bayangkan, karena memang Sari adalah cewek yang sangat cuek dan jutek saat sekolah dulu.“Man temenin aku jalan-jalan bisa gak?” tanya Sari dengan lembut.“Maaf belum bisa Sar, aku harus kerja,” jawabku sembari bersiap-siap.“Loh.. bukannya kerjamu malam Man?” tanya Sari.“Pagi aku juga kerja Sar,” ucapku ke Sari.“Kerja dimana?” tanya Sari dengan penasaran.“Di BMI Sar,” jawabku singkat.“Bagian apa Man?” tanya Sari lagi.“Customer servis Sar, maaf ya Sar udahan dulu aku mau berangkat,” ucapku menutup obrolan.“Oohh.. iya Man,” jawab Sari yang nampak kecewa.Setelah putus dengan pacarnya entah kenapa Sari mulai menjadi sosok yang menyenangkan bagi aku, aku bingung antara harus sedih atau senang dengan perpisahan Sari ini, t
Hari ini adalah hari pengumuman aku lulus atau tidaknya masuk UM, aku mencoba mencari tahu mulai dari alamat website sampai informasi langsung terkait pengumumannya.Dari ponsel aku tidak bisa membuka website karena mungkin servernya down gara-gara terlalu banyak calon mahasiswa yang mengakses website tersebut.Aku mencoba menghubungi Chaca tapi ternyata nasibnya juga sama dia tidak bisa membuka website, aku ingin langsung menuju kampus dengan harapan bisa dapat informasi tentang tes ini secara langsung. Tapi aku bingung karena tidak mungkin saat ini aku bisa keluar karena masih terikat jam kerja, beberapa saat kemudian ponselku berbunyi.“Man gimana kamu lulus?” tanya Sari melalui telepon.“Belum tahu Sar, websitenya belum bisa di akses,” jawabku ke Sari.“Yaudah mumpung aku di kampus nanti biar aku saja yang cek,” ucap Sari.“Gak usah Sar, nanti ngerepotin kamu lagi,” jawabku mencoba menolak.
Universitas Brawijaya adalah salah satu kampus favorit di Kota Malang, aku punya rencana andai saja aku tidak diterima di Universitas Negeri Malang aku akan mencoba untuk daftar di UB.Sari banyak menceritakan tentang UB, bahwa untuk biaya masuknya meskipun mahal tapi masih bisa di angsur setiap semester dan disana akan nada beasiswa untuk anak berprestasi.Aku heran kenapa semua beasiswa harus berprestasi atau kalau tidak hanya diperuntukan untuk orang yang tidak mampu, kenapa tidak ada beasiswa yang diperuntukan untuk orang yang bersungguh-sungguh. Jujur sebenarnya aku sangat bersungguh-sungguh, tapi karena nilai matematika aku yang selalu hancur membuat aku terkesan tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam bersaing. Andai ada tes menggunakan kemampuan main futsal, menggambar atau basket aku yakin bisa lolos dengan mudah.Pusing sekali kepalaku ini setiap selesai ujian, harusnya aku seperti Agus saja yang tidak terlalu banyak memikirkan ini itu.Pagi hari saa
“Aku suka kamu,” ucap Sari dengan senyum manisnya.Kalimat itu yang seolah-olah menghipnotis aku, benarkah Sari mengucapkan kalimat itu dengan sadar? Apakah ini mimpi? Ini adalah kalimat yang harusnya aku yang mengucapkan, bukan malah Sari.“Aaa.. akku.. juga Sar..,” ucapku dengan terbata-bata.“Aku seneng banget kamu ajak ketempat ini, tempat ini baguuusss banget Man, terimakasih yaaahh,” ucap Sari memotong kalimat aku yang belum selesai.Aku hanya bisa terdiam, mendengar ucapan Sari. Ternyata itu yang dimaksud oleh Sari adalah tempatnya bukan aku, untung saja lidahku keluh untuk membalas kalimatnya tadi sehingga aku tidak merasa malu.“Ooo.. oh.. iya Sar, aku juga senang kalau kamu seneng,” jawabku dengan sedikit lesu.“Maakkkaasssiihh banget, aku suka tempat ini,” ucap Sari dengan senang.“Heheh.. iya,” jawabku singkat.“Kok muka kamu lesu Man?” tanya Sari t
“Selamat pagi sayang,”Itu adalah kalimat yang semakin akrab dengan pagiku, entah yang memulai duluan itu aku atau Sari yang jelas kalimat itu adalah kalimat awal menandakan pagiku.“Jangan lupa makan ya sayang,”Itu adalah kalimat yang sangat populer di ponsel ku, nyaris hampir setiap hari dan 3 kali sehari kalimat itu keluar dari kami.“Selamat tidur ya sayang,”Itu adalah kalimat yang selalu kami tunggu di malam hari sebagai penutup aktivitas kami selama sehari ini.Sebenarnya aku juga tidak akan pernah lupa terhadap pagiku, makanku bahkan malamku. Dulu kalimat itu adalah kalimat yang bagiku tidak penting, bahkan terkesan bodoh. Mana ada orang yang lupa makan? Sebodoh apa orang itu sampai lupa makan. Terus orang mana yang tidak tahu bahwa apabila matahari terbit adalah pagi dan matahari tenggelam adalah malam. Jujur aku baru kali ini merasakan perhatian seperti ini, semua kalimat yang sederhana bisa membuat aku mer
Seharian ini aku hanya duduk diteras kos Sari, aku tidak melakukan apa-apa kecuali cemas dengan kondisi Sari. Tidak terasa waktu sudah hampir gelap harusnya ini adalah waktuku untuk bekerja lagi tapi mana mungkin aku meninggalkan Sari seorang diri. Tapi kalau aku tidak kerja aku merasa tidak enak sama Pak Sholeh karena akhir-akhir ini aku sering tidak masuk.Aku mencoba untuk meminta izin masuk kedalam kos Sari supaya aku bisa melihat kondisi Sari, aku ditemani masuk oleh panjaga kos. Aku mengetuk pintu Sari beberapa kali, sampai akhirnya Sari membuka pintu dengan kondisi badan yang masih terlihat lemas.“Loooohhh… dari tadi belum pulang yang?” tanya Sari.“Belum yang, aku masih nunggu diteras dari tadi,” jawabku sembari melihat kondisi Sari.“Pulang aja yang gak papa aku udah baikan,” suruh Sari kepadaku.“Hmmm beneran gak papa?” tanyaku memastikan.“Iya gak papa,” ucap Sari