Mama Aera terlihat terburu-buru dan berlari menuju UGD dari area parkiran rumah sakit. Saat dikabarkan oleh Boem Jin kalau Aera harus dirawat di UGD semalaman, mama dan papa Aera langsung bergegas menghampiri anak satu-satunya itu dengan perasaan yang was-was dan khawatir.
Mama dan papa Aera belum tau permasalahan yang sebenarnya, jadi Boem Jin dan yang lain berniat akan menceritakannya saat mereka sudah sampai di rumah sakit.
“Boem Jin-aaa…. Gimana keadaan Aera?” Tanya mama Aera dengan ter-engah-engah saat sudah sampai di UGD.
“O! Imo, geuneun gwaenchanh-a.” Jawab Boem Jin yang masih setia menunggu Aera dengan Aaron dan Dimas.
“Kenapa Aera bisa sampe kaya gini?” Kini papa Aera yang buka suara dan bertanya ke tiga laki-laki yang menjaga anak sulungnya itu.
Semua orang yang ditanya seperti itu dengan papanya Aera saling berpandangan dan bingung harus memulai dari mana.
“Ada apa Aaron?” Ta
Orang tua James yang sudah diceritakan detail kejadiannya membuat mama James masih terbaring diranjang berukuran king size didalam kamarnya.Sedangkan papa James ikut dengan detektif Aldi serta dua rekannya menuju apartemen James untuk melihat situasi dan kondisi tempat tinggal putranya. Jasad tubuh James sudah dibawa ke rumah sakit bhayangkara, dan akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait pembunuhan yang terjadi.“Disini jasad James ditemukan oleh teman-temannya pak,” Jelas detektif Aldi.“Ba… bagaimana bisa ini?...” Ucap papa James yang tak percaya dengan kondisi kamar mandi didalam kamar putranya itu, “apa ini?” Tanyanya lagi sambil menuju ke alat besar yang ada dipojok kamar mandi.“Itu alat yang digunakan pelaku untuk memotong tubuh korban. James diikat dengan kawat panjang yang terhubung dengan alat ini, dan ketika alat ini dihidupkan, kawat itu akan tegulung dan otomatis akan memotong apa saja
Aera kini sudah dipulangkan dari rumah sakit dan kembali beristirahat di rumahnya. Keadaannyapun sudah semakin pulih setelah tiga hari menjalani rawat inap.Sekarang, Aera beserta keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga sambil menonton TV. Semua orang terlihat sangat menikmati acara komedi yang sedang mereka tonton, kecuali Aera.Fikirannya yang sedang tidak bersama dirinya kini terus bergelayut memikirkan kejadian kematian Gabriel dan James. Kedua temannya telah meninggal dengan keadaan yang menjanggal dan tragis.Bahkan, kedua orang tuanya tidak tau kejadian sebenernya yang selama ini ia tutupi. Target utama Aera pun sudah tidak ada lagi karna James tiba-tiba harus kehilangan nyawanya dengan cara yang mengenaskan seperti kemarin.‘Apa yang harus aku lakukan?’ Kata hati Aera, ‘apa aku bilang aja ya sama papa dan mama buat minta bantuan’ fikirnya lagi. Aera terus berperang dengan fikirannya hingga panggilan Boem Jin yang sej
“Penjelasan Boem Jin masuk akal menurut papa. Jadi, mau kalian sekarang gimana?”“Aera gak tenang pa kalo kasus penculikan Aera sampe kematian Gabriel dan James gak ada titik terang siapa pelakunya.”“Sayang… mama tau kamu khawatir dan pengen mecahin kasus ini. Cuma, mama khawatir sama keadaan kamu nanti. Kamu kemarin diculik berminggu-minggu, bahkan kamu masih belum bisa lupa sama setiap kejadian yang kamu alami disana. Mama takut psikis kamu gak kuat sayang kalo penyelidikan ini terus kamu lanjutin.” Ucap mama yang sangat khawatir dengan putri satu-satunya itu.“Eomma al-a, tapi ma aku tetep pengen menyelesaikan kasus ini sampe tuntas. Aku mau orang yang ada dibalik semua ini bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya. Ini bukan kejahatan yang main-main ma, bantuin Aera.. hmm?” Aera sudah terlihat sangat frustasi dengan keadaan yang membingungkan dirinya serta orang-orang terdekatnya. Aera merasa ingin meng
Alex dan Reynald kini tengah mempelajari kasus James yang baru saja terjadi. Terdapat beberapa keganjalan dari file rekaman kamera pengintai yang Boem Jin letakkan di dalam rumah James.“Kamu bisa liat potongan rekaman ini?” Tanya Alex ke Reynald.“Iya Sir, potongan vidionya terlalu jelas. Maybe, pelaku melakukannya dengan waktu yang sangat terburu-buru sehingga dia meninggalkan hasil yang bisa terlihat seperti ini.” Jawab Reynald menanggapi apa yang ditanyakan oleh Sirnya itu.“Yah, bisa jadi seperti itu.” Jawab Alex sambil menyudut rokoknya.“Jadi, mau dimulai dari mana Sir penyelidikan kita?” Tanya Reynald lagi ke Sirnya yang sedang melihat kearah luar jendela apartemen sahabatnya, Aaron.“Saya ngerasa dalang dari semua ini adalah orang yang kenal dekat dengan mereka, baik Gabriel, James, Aaron, Aera dan Dimas.”“Kenapa anda bisa berfikir seperti itu Sir?""Karna dar
Pukul tujuh malam, Aaron jadi mengantarkan Reynald ke bandara untuk mengejar penerbangannya ke Amrik jam sembilan.Hanya Aaron seorang yang mengantarkan anak buah sahabatnya itu, sedangkan Alex sedang mengerjakan sesuatu diapartemen Aaron.Selama perjalanan, Aaron merasa seperti ada yang mengikuti mobilnya. Iapun mencoba melihat siapa yang mengikutinya dari spion kiri dan kanan.“Mobil siapa sih itu,” ucapnya bergumam pada diri sendiri. Aaron pun mencoba menambah kecepatan mobilnya untuk melihat mobil yang ia curigai benar mengikutinya atau hanya perasaannya.Setelah menambah kecepatan, mobil sedan berwarna hitam yang ada dibelakang mobilnya pun ikut menambah kecepatannya seakan-akan tidak ingin kehilangan jejak mobil Aaron.Karna yakin ada yang tidak beres, Aaron mencoba melihat plat mobil sedan yang mengikutinya dan langsung menghubungi Alex.Tuut tuutt tuuutttDengan kecepatan yang sudah melewati batas wajar Aaron terus
KIM AREA POVDua minggu telah berlalu, bahkan Alex dan Reynald belum memberikan informasi apapun terkait perkembangan kasus ini. Entah karna ada yang mereka sembunyikan, atau memang belum ada kemajuan.Entahlah, yang jelas mereka semua menyuruhku untuk bisa lebih fokus dengan kuliahku dan juga diriku sendiri. Mereka takut kalau aku bisa stress hingga jatuh sakit jika terus-terusan ikut campur dalam proses penyelidikan. Jadi, karna kufikir mereka benara, akhirnya akupun mengikuti saran dan perintah mereka.Hari ini aku mencoba untuk kembali ke rutinitasku seperti sebelumnya, aku mencoba meyakini diriku bahwa mulai hari ini semua akan baik-baik saja.Meski aku sudah kehilangan dua orang temanku, meski aku sudah pernah mencurigai James sebagai dalang dari penculikanku serta pelaku dari kematian sahabatku, Gabriel, aku tetap merasa sangat sedih dan bersalah atas kematiannya yang sangat mengenaskan. Bahkan jauh mengenaskan dari k
Ketika melihat isi kota box yang sudah kubuka, akupun sangat kaget dengan isinya hingga kotak itu ku lempar dan aku terjatuh ke bawah.Mataku mulai berlinang air mata karna aku mulai merasakan takut yang dulu pernah ku rasakan, ‘ada apa ini?’‘kenapa aku mendapatkan teror seperti ini lagi?’Ucup dan Mala yang memang tengah bersamaku untuk unboxing kotak itu langsung menghampiriku dan membantuku untuk bangun. Mala masih setia memegangi tanganku agar aku gak terjatuh lagi, dan Ucup mencoba melihat isi dari kotak itu.Mahasiswa lain yang memang sudah ada didalam lab seketika mengerubungi kami dan ingin melihat apa yang tengah terjadi.“What the f*cking hell is this?” Ucap Ucup saat melihat kedalam kotak box nya.“I… I don’t know.” Jawabku dengan suara yang tercekat ditenggorokan. Air matakupun lolos begitu saja dari pelupuk mata, hingga Mala yang tau jika badanku mulai bergetar ketaku
AUTHOR POV Semua yang melihat isi kotak itu terkejut tak terkecuali termasuk detektif Aldi dan Alex.“Siapa yang menerima pakt ini Ra?” Tanya Alex setelah melihat isinya.“Mala, Lex.” Jawabku Aera sambil menunjuk dan melihat kearah Mala.Alex, Aaron dan detektif Aldi mengikuti arah tanganku. Mala pun menganggukkan kepala dan tersenyum kepada semua lelaki yang melihatnya. Lalu, detektif Aldi langsung mendekati Mala dan mengajukan beberapa pertanyaan.“Selamat siang Mala, saya detektif Aldi yang bertanggung jawab atas kasus ini.”“Iya pak, saya Mala teman sekelas Aera.”“Saya membutuhkan beberapa keterangan dari Anda sebagai saksi,” Ucap detektif Aldi yang sudah mengeluarkan buku note dan pena yang selalu ia bawa.“Iya pak, saya bersedia.”“Apa Anda bisa menjelaskan ciri-ciri orang yang mengantar?”&ld
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe