AUTHOR POV
Semua yang melihat isi kotak itu terkejut tak terkecuali termasuk detektif Aldi dan Alex.
“Siapa yang menerima pakt ini Ra?” Tanya Alex setelah melihat isinya.
“Mala, Lex.” Jawabku Aera sambil menunjuk dan melihat kearah Mala.
Alex, Aaron dan detektif Aldi mengikuti arah tanganku. Mala pun menganggukkan kepala dan tersenyum kepada semua lelaki yang melihatnya. Lalu, detektif Aldi langsung mendekati Mala dan mengajukan beberapa pertanyaan.
“Selamat siang Mala, saya detektif Aldi yang bertanggung jawab atas kasus ini.”
“Iya pak, saya Mala teman sekelas Aera.”
“Saya membutuhkan beberapa keterangan dari Anda sebagai saksi,” Ucap detektif Aldi yang sudah mengeluarkan buku note dan pena yang selalu ia bawa.
“Iya pak, saya bersedia.”
“Apa Anda bisa menjelaskan ciri-ciri orang yang mengantar?”
&ld
Setelah seminggu Reynald kembali ke Amerika untuk membawa sample-sample yang ia dan Alex kumpulkan di TKP untuk diperiksa hasilnya oleh tim lab perusahaan Alex, hari ini Reynald dijadwalkan kembali ke Indonesia dengan membawa hasil yang telah ia dapatkan.Reynald dijemput langsung oleh Alex di bandara internasional Soekarno Hatta tanpa ditemani sahabatnya Aaron.Jadwal pesawat yang ditumpangi oleh Reynald akan landing pada pukul 17.15 WIB, sedangkan Alex sudah menunggu kedatangan Reynald dibandara dari pukul 16.35 WIB.Sengaja Alex berangkat lebih cepat karna takut akan terjebak macetnya kota Jakarta saat dijam pulang kantor seperti saat ini.Setelah menunggu cukup lama disebuah cafe yang ada di bandara, Reynald datang dengan membawa satu koper berukuran sedang.Kacamata hitam, kaos hitam polos, yang dipadukan dengan jaket kulit berwarna coklat serta celana jeans dan topi berwana hitam yang Reynald kenakan, membuat Reynald terlihat berkharisma keti
18.00 WIB Kini Alex, Reynald dan Aaron tengah berada di kantor kepolisian Jakarta Pusat untuk menemui detektif Aldi.Mereka akan memberikan hasil dari penyelidikan yang Alex dan timnya lakukan.“Selamat pagi Aaron.” Sapa detektif Aldi sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Aaron, Alex dan Reynald secara bergantian.Aaron pun menyambut uluran tangannya detektif Aldi, “selamat pagi pak.” Lalu dilanjutkan dengan Alex dan Reynald yang menyambut jabat tangannya detektif Aldi.“Jadi, apa yang membawa kalian kesini di jam segini?” tanya detektif Aldi.“Ah, saya mau menyerahkan ini,” ucap Alex sambil menyodorkan sebuah map coklat diatas meja.“Apa ini?” tanya detektif Aldi yang penasaran sambil mengambil map yang Alex sodorkan dan membukanya.“Kau bisa melihatnya sendiri,” ucap Alex singkat dan merekapun memberikan
Aera dan Boem Jin sudah siap untuk berangkat menuju ke taman gajah.“Udah siap?” tanya Boem Jin memastikan Aera siap menemui orang yang mereka sendiri pun tidak tau itu siapa.“Udah,” jawab Aera dengan gugup.“Oke, pokoknya inget ya apa aja yang tadi udah aku jelasin. Kalo dia berusaha mendekati kamu, jangan keliatan takut. Dia malah seneng kalo kamu ketakutan. Kalo dia nyentuh kamu, usahain kamu tahan dia untuk stay dideket kamu beberapa saat. Supaya aku bisa masukin ini ke kantong jaket atau hoodie yang dia pake dengan rempt kontrol ini. Oke? Ucap Boem Jin menjelaskan ulang apa yang sudah ia jelaskan sebelumnya.“Hufft siap!” Jawab Aera mantap.Akhirnya merekapun menuju ke garasi mobil dan bersiap berangkat. Boem Jin membiarkan Aera yang menyetir supaya tidak terlihat jika dia pergi menemui laki-laki misterius itu bersama orang lain.Ketika mobil Aera sudah mau keluar dari gerbang rumahnya, tiba-ti
Setelah aksi kebut-kebutan karna harus menghindari pria bertopeng yang tadi hampir mencelakakan Aera, kini mereka sudah berkumpul dikamar Boem Jin.Beruntung mama dan papa Aera sedang pulang ke Seoul karna harus mengurus beberapa hal penting terkait pekerjaan papanya. Jadi, Aera tidak perlu membuat mamanya cemas atas kejadian hari ini.“Ra, kamu beneran gak kenapa-kenapa kan?” tanya Boem Jin setelah menstabilkan nafasnya.“Hmm aku gak papa.” Jawab Aera yang masih sedikit ngos-ngosan.“Syukurlah,” Boem Jinpun bangkit dan keluar dari kamarnya berniat untuk mengambilkan Aera dan semua orang yang ada didalam kamarnya minuman dingin.“Kotak yang tadi orang itu lempar dimana?” tanya Aaron ke Aera.“Oh, ini,” Aera menyerahkan kotak yang ia dapatkan dari pria bertopeng tadi untuk dibuka oleh Aaron.Dengan sangat hati-hati, Aaron mencoba membuka kotak yang berukuran kecil yang dipasan
Sebuah kamar berukuran sedang yang telah dirubah fungsinya tidak hanya menjadi kamar istirahat untuk sang empunya, kini juga beralih fungsi ganda menjadi ruang kerja yang penuh dengan tempelan kertas serta foto-foto orang yang tengah ia selidiki.Dia adalah Alex, sahabat karib dari Aaron yang kini sedang tinggal bersama Aaron dan tengah disibukkan dengan mencari pelaku pembunuhan berantai yang mengancam kekasih Aaron.Alex tengah memandang gemerlap lampu gedung-gedung pencakar langit yang ada dikota Jakarta.Otaknya berkelana memikirkan keganjalan dari vidio yang ia tonton didalam sebuah flashdisk yang kemarin Aera ambil dari pria bertopeng di taman gajah.‘Kenapa pria bertopeng itu mau menunjukkan vidio rekaman saat James membunuh Gabriel?’‘Kenapa James terbunuh setelah Gabriel mati? Masalahnya, rentan waktu kematian mereka tidaklah jauh, melainkan jarak waktunya yang tidak lama setelah kematian Gabriel.’‘Dan
Dalam sebuah ruangan bernuansa hitam, hanya ada satu buah meja lebar ditengah ruangan dan dua kursi yang bersebrangan.Robert Snape sudah terduduk seorang diri didalam ruang interogasi kantor kepolisian Jakarta Pusat dengan keadaan tangan yang terpasang borgol dan duduk dengan santai seperti tidak habis melakukan kejahatan.Sedangkan, Alex dan yang lainnya masih setia memantau diruang audio yang bersebelahan dengan ruang interogasi (panic room) sambil menunggu detektif Aldi memasuki panic room tersebut.“Waah dia beneran psiko professional nih, mukanya santai banget pengen aku balurin make cabe rasanya.” Omel Aera yang merasa sangat geram.“Sssstt, sabar dong sayang, kita serahin aja sama detektif Aldi ya.” Ucap Aaron berusaha menenangkan kekasihnya yang suasana hatinya sudah memburuk.Setelah menunggu beberapa saat, detektif Aldi memasuki ruangan dengan beberapa berkas dan sebuah laptop yang ia bawa.
Keesokan harinya, setelah Alex memutuskan untuk menyerahkan bukti latar belakang James dan Dimas kepada detektif Aldi, Alex mencoba memberitahu lebih dulu kepada sahabatnya, Aaron terkait hal ini.“Good morning,” sapa Aaron dimeja makan. Alex dan Reynald kini tengah sarapan sambil asik membaca berita terbaru di Amerika dari gadget mereka masing-masing.“Morning,” jawab Alex tanpa menoleh ke arah Aaron karna masih fokus dengan kunyahannya dan bacaannya.“Good morning Mr. Aaron.” Jawab Reynald ramah karna ia meletakkan ponselnya dan menatap Aaron ketika menjawab sapaannya.Aaronpun tersenyum kepada Reynald karna menjawab sapaannya dengan ramah.“Hari ini kemana Lex?” tanya Aaron sambil mengoles selai coklat ke rotinya.“Nemuin detektif Aldi,” jawab Alex santai.“Hah, ngapain?” tanya Aaron yang langsung menghentikan pergerakan tangannya karna mendengar jawaban sahaba
Suara notifikasi email masuk ke komputer detektif Aldi, membuat detektif Aldi yang tadinya tengah fokus memperlajari kasus Robert Snape, kini langsung mengalihkan perhatiannya ke komputer dan langsung membuka email yang dikirimkan oleh Pandu.Pandu memang selalu cepat dalam mengerjakan tugas yang dirinya berikan, sehingga untuk tugas seperti ini, hanya butuh waktu kurang dari dua puluh empat jam untuk mendapatkannya.Detektif Aldi membaca dokumen latar belakang Dimas dengan sangat cermat dan teliti tanpa ada satu hal yang terlewati.Betapa terkejutnya detektif Aldi ketika ia membaca dokumen yang menerangkan informasi bahwa Dimas pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa selama enam bulan saat usianya masih menduduki kelas enam sekolah dasar.Awalnya, Dimas di diagnosa memiliki gejala psikopat. Gejala psikopat Dimas semakin parah setiap harinya, Dimas sering membunuh hewan-hewan peliharaan yang diberikan oleh papanya, Dimas juga sering membunuh hewan liar atau he