Setelah aksi kebut-kebutan karna harus menghindari pria bertopeng yang tadi hampir mencelakakan Aera, kini mereka sudah berkumpul dikamar Boem Jin.
Beruntung mama dan papa Aera sedang pulang ke Seoul karna harus mengurus beberapa hal penting terkait pekerjaan papanya. Jadi, Aera tidak perlu membuat mamanya cemas atas kejadian hari ini.
“Ra, kamu beneran gak kenapa-kenapa kan?” tanya Boem Jin setelah menstabilkan nafasnya.
“Hmm aku gak papa.” Jawab Aera yang masih sedikit ngos-ngosan.
“Syukurlah,” Boem Jinpun bangkit dan keluar dari kamarnya berniat untuk mengambilkan Aera dan semua orang yang ada didalam kamarnya minuman dingin.
“Kotak yang tadi orang itu lempar dimana?” tanya Aaron ke Aera.
“Oh, ini,” Aera menyerahkan kotak yang ia dapatkan dari pria bertopeng tadi untuk dibuka oleh Aaron.
Dengan sangat hati-hati, Aaron mencoba membuka kotak yang berukuran kecil yang dipasan
Sebuah kamar berukuran sedang yang telah dirubah fungsinya tidak hanya menjadi kamar istirahat untuk sang empunya, kini juga beralih fungsi ganda menjadi ruang kerja yang penuh dengan tempelan kertas serta foto-foto orang yang tengah ia selidiki.Dia adalah Alex, sahabat karib dari Aaron yang kini sedang tinggal bersama Aaron dan tengah disibukkan dengan mencari pelaku pembunuhan berantai yang mengancam kekasih Aaron.Alex tengah memandang gemerlap lampu gedung-gedung pencakar langit yang ada dikota Jakarta.Otaknya berkelana memikirkan keganjalan dari vidio yang ia tonton didalam sebuah flashdisk yang kemarin Aera ambil dari pria bertopeng di taman gajah.‘Kenapa pria bertopeng itu mau menunjukkan vidio rekaman saat James membunuh Gabriel?’‘Kenapa James terbunuh setelah Gabriel mati? Masalahnya, rentan waktu kematian mereka tidaklah jauh, melainkan jarak waktunya yang tidak lama setelah kematian Gabriel.’‘Dan
Dalam sebuah ruangan bernuansa hitam, hanya ada satu buah meja lebar ditengah ruangan dan dua kursi yang bersebrangan.Robert Snape sudah terduduk seorang diri didalam ruang interogasi kantor kepolisian Jakarta Pusat dengan keadaan tangan yang terpasang borgol dan duduk dengan santai seperti tidak habis melakukan kejahatan.Sedangkan, Alex dan yang lainnya masih setia memantau diruang audio yang bersebelahan dengan ruang interogasi (panic room) sambil menunggu detektif Aldi memasuki panic room tersebut.“Waah dia beneran psiko professional nih, mukanya santai banget pengen aku balurin make cabe rasanya.” Omel Aera yang merasa sangat geram.“Sssstt, sabar dong sayang, kita serahin aja sama detektif Aldi ya.” Ucap Aaron berusaha menenangkan kekasihnya yang suasana hatinya sudah memburuk.Setelah menunggu beberapa saat, detektif Aldi memasuki ruangan dengan beberapa berkas dan sebuah laptop yang ia bawa.
Keesokan harinya, setelah Alex memutuskan untuk menyerahkan bukti latar belakang James dan Dimas kepada detektif Aldi, Alex mencoba memberitahu lebih dulu kepada sahabatnya, Aaron terkait hal ini.“Good morning,” sapa Aaron dimeja makan. Alex dan Reynald kini tengah sarapan sambil asik membaca berita terbaru di Amerika dari gadget mereka masing-masing.“Morning,” jawab Alex tanpa menoleh ke arah Aaron karna masih fokus dengan kunyahannya dan bacaannya.“Good morning Mr. Aaron.” Jawab Reynald ramah karna ia meletakkan ponselnya dan menatap Aaron ketika menjawab sapaannya.Aaronpun tersenyum kepada Reynald karna menjawab sapaannya dengan ramah.“Hari ini kemana Lex?” tanya Aaron sambil mengoles selai coklat ke rotinya.“Nemuin detektif Aldi,” jawab Alex santai.“Hah, ngapain?” tanya Aaron yang langsung menghentikan pergerakan tangannya karna mendengar jawaban sahaba
Suara notifikasi email masuk ke komputer detektif Aldi, membuat detektif Aldi yang tadinya tengah fokus memperlajari kasus Robert Snape, kini langsung mengalihkan perhatiannya ke komputer dan langsung membuka email yang dikirimkan oleh Pandu.Pandu memang selalu cepat dalam mengerjakan tugas yang dirinya berikan, sehingga untuk tugas seperti ini, hanya butuh waktu kurang dari dua puluh empat jam untuk mendapatkannya.Detektif Aldi membaca dokumen latar belakang Dimas dengan sangat cermat dan teliti tanpa ada satu hal yang terlewati.Betapa terkejutnya detektif Aldi ketika ia membaca dokumen yang menerangkan informasi bahwa Dimas pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa selama enam bulan saat usianya masih menduduki kelas enam sekolah dasar.Awalnya, Dimas di diagnosa memiliki gejala psikopat. Gejala psikopat Dimas semakin parah setiap harinya, Dimas sering membunuh hewan-hewan peliharaan yang diberikan oleh papanya, Dimas juga sering membunuh hewan liar atau he
Setelah mendapat penjelasan dari dokter yang menangani detektif Pandu, detektif Aldi langsung bergegas pergi meninggalkan Rumah Sakit untuk menemui pimpinan terkait pembebasan Robert Snape.Sesampainya di kantor kepolisian pusat, detektif Aldi langsung masuk keruang pimpinannya dengan emosi yang sedang berusaha ia tahan.“Selamat sore Pak,” hormat detektif Aldi kepada Jendral Arief.“Sore, Aldi. Saya dengar, detektif Pandu mengalami insiden sore ini?” tanya Jendral Arief langsung mengkonfirmasi ke detektif Aldi terkait penyerangan yang diterima salah satu bawahannya sore ini.“Betul Pak, detektif Pandu diserang saat sedang berusaha mencari latar belakang seseorang yang diduga dalang dari insiden ini. Karna ada informasi yang tidak bisa diakses jika menggunakan id kantor, akhirnya, detektif Pandu meminta izin kepada saya untuk melanjutkan pencariannya dengan menggunakan id pribadi komputernya dikediaman rumahnya. Kejadian peny
Empat jam sudah berlalu dengan sangat lama, tetapi proses operasi didalam ruangan operasi belum juga usai.Aaron dan Alex sudah berada di depan ruangan operasi bersama detektif Aldi dan detektif Doni. Dengan setia, mereka menunggu proses pemasangan jari tangan detektif Pandu sampai selesai.Setelah menunggu lebih dari empat jam, tim dokter yang menangani detektif Pandu akhirnya keluar dari ruangan dan menghampiri detektif Aldi dan yang lain.“Dok, bagaimana operasinya?” tanya detektif Aldi yang langsung mencecar pertanyaan itu ketika melihat tim dokter keluar ruangan.“Alhamdulillah, operasinya berjalan dengan lancar. Sekarang, kita harus menunggu pasien siuman dan akan kita cek kembali perkembangannya. Nanti tim fisioterapi juga akan membantu agar detektif Pandu bisa menggunakan jari tangannya kembali seperti sedia kala.” Jelas dokter yang bertanggung jawab dalam proses operasi detektif Pandu.“Alhamdulillah, sy
Drrtt drrrtt drrt drrrtttAera mem-pause film drakor yang tengah ia tonton bersama Boem Jin dikamarnya saat ia merasakan getaran ponselnya yang ia letakkan secara asal diatas kasur.“Kenapa di pause?” tanya Boem Jin yang kini tengah asik menikmati drakor bersama sahabatnya itu.“Wait, Aaron nelpon.” Jawab Aera sambil menunjukkan layar ponselnya kea rah Boem Jin.Boem Jin yang melihat nama Aaron dengan emoticon hati dilayar ponsel sahabatnya itu hanya bisa menghela nafas dan mengambil minuman bersoda yang sudah mereka siapkan dari awal mereka memulai menonton.“Hallo.” Sapa Aera saat ia sudah mengangkat panggilan dari kekasihnya itu.“Belum tidur?” tanya Aaron saat mendengar suara kekasihnya yang masih nampak segar, padahal sekarang sudah pukul 12 malam.“Lagi nonton drakor sama Boem Jin, hehe. Ada apa sayang? Udah malem kok tumben nelfon?”“Hmm gak papa, kangen a
Keesokan harinya, setelah matahari sudah terbit, Boem Jin segera mengambil ponselnya dan mencari nomor Aaron di penyimpanan kontak.Ia ingin segera mengabari kekasih sahabatnya itu terkait apa yang ia lihat semalam.Setelah menemukan nama Aaron diponselnya, Boem Jin langsung menekan tombol panggil dan menempelkan ponselnya ke telinga kananya.Tak membutuhkan waktu lama, orang yang ia tunggu pun menyapanya dengan suara sedikit serak khas orang bangun tidur.“Halo?” Sapa Aaron dengan mata yang masih terpejam.“Aaron, ini aku, Boem Jin.”“O, iya kenapa Jin?”“Aku send beberapa foto dan potongan rekaman vidio CCTV ke kamu, kamu bisa buka dulu.”Aaron yang mendengar perintah Boem Jin dengan nadanya yang sedikit serius itupun langsung membuka pesan whatsapp yang masuk kedalam ponselnya, satu persatu ia buka foto yang sudah masuk ke WA nya itu.Alis Aaron pun mengernyit tatkala ia