Share

204-PAGI

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-23 11:18:56

Kongkorongooooook....

Waktu sudah mendekati pagi di Kampung Sepuh yang dingin hingga menusuk kulit. Para warga yang baru saja tertidur akibat teror yang terjadi di malam hari, akhirnya harus terbangun kembali karena teriakan warga yang berkeliling kampung untuk memberitahukan sesuatu.

“PAKKK, BUUU, KEBAKARAN!!”

“WARUNG SI UJANG KEBAKARAN! ”

Para warga tidak mengetahui apabila warungku kini terbakar, Hanya Mang Rusdi dan Aki Karma yang sudah mengetahuinya lebih dahulu tentang kondisi warung. Itu pun, mereka hanya bisa berdiam diri di dalam rumah dan tidak bisa berbuat apa-apa, meskipun akhirnya bisa tertidur ketika aul yang mendatangi rumah Aki Karma menghilang.

Para warga yang mendengar teriakan tersebut langsung berpikir bahwa mungkin penyebab dari banyaknya makhluk yang datang ke kampung mereka ini, karena warung ku yang terbakar habis.

Mang Darman yang ketiduran dalam keadaan jongkok dengan selimut yang menutupi badannya kini terban

pujangga manik

Mohon maaf sepertinya dalam minggu-minggu ini akan banyak upload 1 bab dahulu, karena ternyata setelah kemarin saya yang sakit, kali ini menimpa istri dan anak... sehingga fokus ke keluarga dahulu tapi tetap saya usahakan untuk tidak bolong masalah upload bab, tiap hari akan terus ada upload terbaru meskipun mungkin hanya satu bab mohon maaf dan terima kasih

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Arriy S
bagus min ceritanya, dr awal... ini cerita fiksi apa kisah nyata ya...? bagus lho, coba dibuat film min
goodnovel comment avatar
Merry Sinaga
Semangat thor.. Ttp sht dan klrga cpt pulih kembali
goodnovel comment avatar
Bias
semoga cepat sembuh Thor ank istrinya juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • WARUNG TENGAH MALAM   205-KOPI

    Aki Karma yang berdiri sambil memegang selendang berwarna merah itu langsung kaget karena tiba-tiba muncul sesososk nenek tua yang berdiri dan tersenyum kepadanya. Dan tampaknya, hanya dia sendiri yang melihat nenek-nenek tersebut. Karena, Aki Karma melihat para warga masih sibuk membersihkan puing-puing warung yang kini terbakar habis. “Nenek siapa ya?” Katanya sambil mencoba bertanya untuk mengetahui siapa sosok yang tiba-tiba muncul di depannya. Nenek-nenek itu hanya bisa tersenyum kepada Aki Karma yang masih kebingungan dengan sosok yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Namun tak lama, ketika dia ingin melihat selendang itu kembali di tangannya, dia semakin kaget karena selendang itu tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Padahal dia tidak menjatuhkannya atau pun menyimpannya kembali, tapi dia pegang dengan kedua tangannya. “Cu, selendangnya nenek ambil dulu ya, suatu saat nanti akan nenek kembalikan lagi ke tempat ini. ” Selendang tersebu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • WARUNG TENGAH MALAM   206-HASIL

    “Hmmmmm, dari logatnya sih Akang mah masih orang sekitaran sini, emang ada masalah apa Kang ampe Akang bawa gegembolan gitu.,” Katanya sambil menunjuk ke arah tas carrier yang aku bawa dan aku simpan di atas motor. “Ya rumit sih Kang, susah untuk dihadapi, jadi ya cara terbaik mungkin menjauhi masalah itu dan menghilang dan dilupakan, ” Kataku sambil menyeruput kopi lagi. Wusss Angin dari samudra luas rupanya sampai ke warung tempat ku beristirahat sementara di pinggir jalan ini, karena tak jauh dari tempatku duduk hanya 200 meter ke arah selatan. Itu sudah terhubung ke samudra selatan yang sangat luas dan membentang seperti tak berujung. “Yah sabenerna mah sih Kang, kalau menurut ku yang tukang warung kecil ini, kalau ada masalah itu harus dihadapi, seberat apapun itu, karena kalau tidak, mau sampai kapan pun Akang pergi, tetap saja tidak akan menyelesaikan masalah. ” “Malah nanti masalah yang ada malah makin numpuk dan numpuk,” Kata tukang w

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • WARUNG TENGAH MALAM   207-TAMPARAN KERAS

    Pak Ardi sangat berkorban besar kali ini, dia seperti tidak kenal lelah untuk membantuku dan membantu warga untuk ikut andil dalam penyelesaian masalah yang terjadi di Kampung Sepuh, bahkan dia mengawal sendiri kasus yang menimpa Ibu, meskipun tanpa aku minta. Pak Ardi dengan cekatan menyelesaikan masalah tersebut satu persatu, solusi-solusi yang dia kemukakan pasti membuat warga menyetujuinya, karena dia pasti akan mensupport penuh atas apa yang dia katakan. Entah berapa dana yang harus Pak Ardi keluarkan sekarang, mengingat beberapa kerugian yang disebabkan oleh banyaknya makhluk yang datang ke kampung dan membuat kampung berantakan, banyak yang mengakibatkan barang-barang milik warga yang disimpan diluar rumah rusak dan menghilang. Bahkan hampir semua ternak milik Mang Rusdi pun tak luput dari serangan makhluk tersebut, ternak yang mungkin ditaksir seharga puluhan juga itu lenyap dalam semalam saja, tapi Pak Ardi sepertinya tidak khawatir akan hal tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-26
  • WARUNG TENGAH MALAM   208-PENANGKAL

    Keheningan dan kesunyian di dalam Kampung Sepuh kini mendadak berubah hanya dengan satu malam saja. Setelah para warga semua berdiskusi dengan semua pendapat mereka yang mereka utarakan satu persatu di dalam saung Aki Karma yang seringkali dijadikan tempat berkumpul para warga. Akhirnya para warga sepakat membagi tugas seperti apa yang dibicarakan oleh Pak Ardi ketika tadi siang. Sebagian para warga yang mempunyai kendaraan kini menyebar ke segala tempat untuk mencariku, dan hingga malam tiba mereka belum terlihat kembali pulang ke Kampung Sepuh. Sedangkan sisanya kini mengatur tim untuk menjaga kampung pada malam hari, di mana biasanya itu menjadi tugasku dengan menjaga warung setiap malam untuk bisa melayani para makhluk gunung yang turun ke arah kampung. Di malam yang dingin ini, terlihat Mang Rusdi dan Pak Ardi sedang duduk di sebelah warung yang kini sudah rata dengan tanah, ditemani dengan api unggun yang sengaja mereka buat untuk menghangatkan badan. R

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-27
  • WARUNG TENGAH MALAM   209-SIA SIA

    Deg deg deg deg Suara detak jantung Mang Darman tiba-tiba berdetak sangat kencang ketika dia mendengar suara yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Sebuah suara yang membuat bulu kuduknya berdiri seketika, apalagi dengan suara tertawa yang terdengar sangat jelas olehnya. Mang Darman yang awalnya yakin bahwa benda-benda yang dia bawa bisa menangkal para makhluk yang datang ke Kampung Sepuh. Namun kini, apa yang dia bawa ternyata sia-sia, karena baru saja dia ditinggalkan oleh ke empat orang yang ikut berjaga dengannya, tiba-tiba muncul suara yang membuatnya sangat ketakutan. Raut wajah Mang Darman yang tadinya percaya diri tiba-tiba berubah secara drastis, badannya bergetar hebat meskipun dia memakai jaket tebal untuk menghangatkan badan pada malam itu, bahkan seketika muncul keringat-keringat dingin yang muncul di wajahnya. Hihihi Hihihi HiHIHIHI “Kunaon Kang, naha ngadadak jadi patung kitu? (kenapa Kang, kenapa me

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • WARUNG TENGAH MALAM   210-DALAM GANG

    Malam sudah semakin larut di Kampung Sepuh, bintang-bintang dan bulan kini menyinari kampung yang tampak berbeda dari malam-malam sebelumnya. Suasana tampak berubah, keheningan yang biasanya menemani malam para warga kampung ketika menemani mereka yang tertidur lelap di rumahnya masing-masing, kini harus membuat mereka terjaga. Terutama bagi beberapa orang yang kini sedang menjaga kampung dari kemunculan para makhluk yang datang secara tiba-tiba, sesaat setelah warung yang aku jaga terbakar hebat hingga tidak bersisa sama sekali. Banyak pasang mata yang masih belum terpejam dan senantiasa mengawasi gerak-gerik sesuatu yang terjadi di luar rumah-rumah mereka, mereka yang tidak menjaga kampung diluar rumah pada malam ini, sengaja membiarkan tubuhnya tetap terjaga di dalam rumah. Meskipun Mang Dadang dan Mang Uha sudah mengikat beberapa bambu kuning sebagai penangkal para makhluk yang mungkin saja akan muncul di dalam rumah. Namun tetap saja, para warga yang tid

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01
  • WARUNG TENGAH MALAM   211-OBOR

    Kampung Sepuh pada dasarnya terdiri dari jalanan yang membentang lurus ketika kita masuk dari gapura selamat datang, dan warung adalah bangunan terakhir yang berada di kampung ketika kita menyusuri jalanan tersebut hingga akhirnya jalanan tersebut akan terputus dengan sendirinya dan berakhir dengan jalanan setapak menuju Gunung Sepuh. Sedangkan di kiri dan kanan jalanan utama itu, terdapat rumah rumah warga yang saing berdempetan satu sama lain, dengan gang-gang yang masih berupa tanah yang mungkin saja becek dan berdebu apabila kita melewatinya. Untuk rumah-rumah yang berada di jalur kiri jalan, apabila kita melihatnya dari arah warung menuju ke gapura selamat datang. Itu bisa menembus ke arah persawahan yang luas tempat dimana persawahan tersebut menjadi pembatas dan jalan pintas apabila kita akan ke Kampung Parigi dengan berjalan kaki melewati persawahan yang membentang dan membelah kedua kampung. Sedangkan untuk rumah-rumah yang berada di jalur kanan jala

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • WARUNG TENGAH MALAM   212-TERSENYUM

    “Punteun Kang! ” Seseorang dengan memakai baju jaket tebal berwarna kuning cerah dengan obor yang dia bawa sebagai penerang jalan mengucap kata punteun atau permisi kepada Mang Darman yang berdiri di depan gang. “Eh iya kang silahkan,” kata Mang Darman yang memberikan jalan kepada orang yang membawa obor tersebut. Tidak ada hal yang aneh tentang orang-orang yang lewat ini, mereka dengan santainya melewati Mang Darman yang masih tidak percaya akan apa yang dia lihat sekarang. Dan Mang Darman pun hanya bisa mengangguk dan tersenyum kepada orang-orang yang melintasinya dengan perasaan yang tidak percaya. Karena, baru kali ini dia melihat banyak sekali orang yang melintas di jalanan Kampung Sepuh dengan membawa obor sebagai penerang jalan. “Mereka ini siapa, aku baru lihat mereka, ” Pikir Mang Darman sambil merasa keheranan melihat mereka yang lewat begitu saja. Orang-orang ini muncul dan berjalan secara berbondong-bondong, dengan pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-03

Bab terbaru

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 4 - AKHIR CERITA

    Waktu semakin malam, aku dan Iman kini berjalan melewati rumah-rumah di Kampung Sepuh menuju warung. Sekarang para warga bisa berjalan dengan santainya pada malam hari, bahkan tanpa bantuan senter sekalipun, karena baru beberapa bulan yang lalu jalanan Kampung Sepuh dipasangin lampu jalan bertenaga surya untuk penerangan. Ya siapa lagi kalau ada andil Pak Ardi di dalamnya, Pak Ardi benar-benar ingin merubah Kampung Sepuh agar bisa disamakan dengan kampung-kampung yang ada di sekitarnya. Sehingga apapun yang dia lakukan agar Kampung Sepuh bisa terlihat lebih modern dan bisa diterima oleh masyarakat yang masih menganggap Kampung Sepuh itu adalah Kampung Keramat. Ketika aku sampai, rupanya Ujang sudah duduk di depan warung. dengan aura yang kini tampak berbeda dari yang aku temui di siang hari. Aku yang baru sampai dipersilakan untuk duduk dan bersila, dan akupun secara tidak sadar mengikuti apa yang dia perintahkan. “Aku akan menunjukan A Sidik sesuatu.

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 3 - SUASANA MALAM

    Obrolan yang sangat panjang di depan warung tersebut membuatku terkesima, oleh cerita-cerita Ujang yang dia dapatkan dari pengalamannya sendiri ataupun dari para warga yang mengalami kejadian-kejadian diluar nalar yang terjadi di Kampung Sepuh ini.Setelah perjanjian yang mengikat mereka terputus, para warga mulai beradaptasi kembali dengan suasana malam. Dan sekarang mereka sudah terbiasa dengan malam hari di Kampung Sepuh yang kini sedang aku kunjungi.Disana pula aku mendapatkan beberapa cerita yang tidak aku tulis dalam cerita, cerita-cerita yang menyeramkan terutama ketika menyangkut Ujang pada masa kecil dengan mitos-mitos dan pantangan-pantangan yang ada di sekitar mereka.Pulau Jawa bagian selatan masih penuh misteri, dengan landscape pegunungan yang membentang hingga ke Pantai Selatan. Membuatnya banyak mitos dan kejadian-kejadian yang diluar nalar, yang sering kali bersinggungan dengan manusia yang hidup di dalamnya.Dan bagiku, itu adalah penga

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 2 - TAWARAN

    Sebuah warung kecil, yang awalnya aku tuangkan dalam Kata-kata yang menjadi cerita hingga saat ini. Kini aku lihat sendiri bentuknya, sebuah warung yang dulunya hanya berada dalam imajinasiku sendiri. Kini, aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri.Bekas-bekas runtuhnya warung yang aku ceritakan masih tersisa, dengan banyaknya genteng-genteng yang rusak karena hangus terbakar disusun dan disimpan di rumah Ujang. Warung itu tampak baru, karena setelah kejadian yang menimpa Ujang. Pak Ardi dan para warga sepakat membangun kembali warung tersebut.Warung yang kini aku lihat ini, adalah salah satu point utama dalam ceritaku. Dimana, banyak kejadian yang silih berganti muncul dan harus di hadapi oleh Ujang dan warga Kampung Sepuh.“Kang!” Kataku sambil berdiri dan menyapa Ujang yang mendekatiku.Ujang hanya tersenyum, sifatnya yang agak pendiam terlihat jelas olehku. Ujang tidak setampan atau setinggi orang-orang yang menjadi karakter utama di da

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 1 - AKU (PENULIS)

    “Dik, rumah orang tua kamu dimana sih, aku dah nungguin di Alf*mart deket rumah kamu. ” Sebuah text W* tiba-tiba muncul di HP ku pada pagi itu. Dan ketika aku baca, ternyata Iman sudah sampai di Ciwidey tempat dimana orang tua ku tinggal. Hari ini adalah hari minggu di akhir Februari. Dan pada hari ini, aku sengaja mengosongkan jadwalku untuk berkunjung ke Kampung Sepuh bersama dengan Iman, anak dari Mang Rusdi yang kini bekerja di tempat yang sama denganku. Aku berkunjung ke Kampung Sepuh, semata-mata untuk bersilaturahmi kepada semua warga yang ada disana. Karena sudah memberiku izin untuk membuat cerita tentang mereka, termasuk dengan segala yang terjadi di dalamnya. Iman dan Mang Rusdi adalah dua orang yang namanya sama dengan cerita yang aku buat. Sedangkan sisanya, aku sengaja memberi nama baru. Dan itu sudah sesuai dengan kesepakatan mereka ketika aku membuat cerita ini. “Ok, tunggu nanti aku kesana, beli aja makanan ama minuman buat ol

  • WARUNG TENGAH MALAM   267-TUTUP

    Kini,Semuanya kembali normal, Tidak semua orang tahu akan cerita ini. Bahkan hanya beberapa orang yang aku percaya yang mengetahui tentang apa yang terjadi tentang pertarunganku dan Kala pada saat itu.Karena apabila aku bercerita kepada semua orang, pasti banyak orang yang tidak percaya. Karena menganggap itu hanyalah fantasi dan ilusi semata dari seseorang yang kehilangan kakinya di Gunung Sepuh.Namun, berbeda dengan Mang Rusdi dan Mang Darman. Yang kini sering kali menghabiskan waktunya untuk menemaniku di dalam warung, bahkan istri Mang Rusdi sering kali membantuku di rumah untuk sekedar membersihkan rumah dan memastikan aku bisa makan dengan lahap di hari itu.Karena mereka sadar, aku kini hanya sendirian di Kampung Sepuh. Sudah tidak ada lagi orang tua yang menjadi panutanku saat ini. Sehingga mereka secara sukarela membantuku dan menganggapku sebagai bagian dari keluarga mereka yang tidak boleh mereka abaikan.“Mang, nongkrong wae di

  • WARUNG TENGAH MALAM   266-HANCUR

    Dua minggu kemudian.Warung yang sudah hancur akibat aku bakar, kini kembali berdiri. Lengkap dengan etalase yang sudah diperbaiki dan barang-barang yang dagangan yang mengisi penuh etalase dan rak-rak dagangan di warungku ini.Dan suasana sore hari yang penuh dengan hilir mudik warga kampung yang pulang dari sawah dan ladang terlihat olehku yang kini menjaga lagi warung yang sudah aku buat kembali bersama para warga dengan bantuan modal dari Pak Ardi.Aku seperti biasa kini sedang duduk dan bercengkrama dengan Mang Rusdi dan Mang Darman yang baru pulang dari berkeliling kampung untuk berdagang. Canda dan tawa menghiasi obrolan-obrolan tersebut karena sesekali Mang Darman berceloteh dan bercanda atas apa yang dia lakukan.Mereka berdua sudah mengetahui kejadian yang menimpaku di tempat itu, bahkan pertarungan ku dengan Kala di Gunung Sepuh. Dan itu membuat mereka tercengang karena mereka tidak mengetahui bahwa ada makhluk yang seperti itu di Gunung Sepuh.

  • WARUNG TENGAH MALAM   265-SELAMAT

    Aku kembali berdiri, di tengah-tengah hamparan rerumputan yang luas. Dengan salah satu pohon besar yang ada di puncak yang terlihat olehku dari kejauhan. Rerumputan itu kini tampak lebih hijau dari sebelumnya, dan tidak terlihat lagi ilalang-ilalang yang tinggi menjulang hingga menutupi badanku saat itu. Panas yang terik, dengan angin segar yang berhembus dari pegunungan membuatku merasakan suatu perasaan yang sangat lega. Entah mengapa. Hatiku kini terasa sangat tenang ketika berada di tempat ini. Aku pun berjalan, melewati rerumputan tersebut dengan kakiku yang tidak memakai alas kaki sama sekali. Mencoba untuk berjalan dan duduk kembali di pohon besar yang berdiri di tengah-tengah rerumputan di atas sana. Jalanan yang kulalui sangat begitu mulus, tidak ada serangga-serangga yang menggigit kakiku, tidak ada jalanan yang becek bercampur lumpur. Juga tidak ada lagi lubang yang membuatku terperosok. Semuanya sangatlah berbeda, aku seper

  • WARUNG TENGAH MALAM   264-DETAK JANTUNG

    Pandangan ku tiba-tiba gelap, aku sudah tidak bisa merasakan apapun lagi. Aku yang sudah pasrah kini hanya bisa membiarkan tubuhku yang tertutup oleh tanah yang menimpaku seketika dari atas sana. Dan para warga yang menyaksikan hal itu secara langsung tiba-tiba panik dan langsung berteriak memanggilku. “UJANGGGGGGGG!!!” Mang Rusdi yang pertama berlari ke arah tanah longsoran tersebut dan memindahkan batu, ranting-ranting dan tanah untuk mencariku dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan Aki Karma, Mang Dadang, dan Mang Uha serta warga-warga yang lainnya yang membantu memindahkan semua material longsor yang menutupi tubuhku, dan berharap aku masih bisa bertahan dengan tubuh yang tertutup oleh longsoran tanah tersebut. Sedangkan Pak Ardi, dia langsung menelpon anaknya dan Pak Caca untuk segera meminta bantuan. Karena kini situasinya sangat berbeda, Pak Ardi membutuhkan lebih banyak orang agar bisa lebih cepat menyelamatkan aku yang berada di d

  • WARUNG TENGAH MALAM   263-MUNCUL

    Mereka semua berlari masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh yang masih terlihat gelap dan menyeramkan, dengan aura mistis yang kental dan terasa oleh semua warga Kampung Sepuh pada pagi itu.Meskipun waktu itu adalah waktu di mana pagi akan menjelang, namun tetap saja. aura-aura mistis yang terasa oleh para warga yang sedang berlari ke dalam sangatlah terasa.Apalagi dari mereka semua, hampir sebagian besar belum pernah keluar pada dalam gelap semasa hidupnya, mereka sudah terbuai oleh bantal dan selimut tebal dari mereka lahir hingga saat ini, dan mereka mematuhi larangan untuk keluar rumah hingga pagi tiba. Sehingga mereka tidak mengetahui rasanya masuk ke dalam hutan pada saat-saat seperti ini.“JANGGGG, UJANGGGG!!!!!”Mang Rusdi berteriak-teriak sambil berlari. Senternya di arahkan ke segala arah, mencoba mencariku di dalam gelapnya hutan Gunung Sepuh yang luas tersebut. Para warga lainnya juga melakukan hal yang sama, mereka berlari sambil men

DMCA.com Protection Status