Share

Surat undangan

Penulis: Vyra Fame
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Terimakasih, Nak. Kehadiranmu di keluarga kami seperti malaikat penolong. Terima kasih juga sudah mau menerima anak Ibu apa adanya. Berkat kamu Farhan akhirnya bisa mewujudkan impiannya yaitu bekerja di tempat yang dingin dan pastinya bisa Ibu banggakan. Hanya kasih sayang tulus yang bisa Ibu berikan sebagai bentuk balas jasa atas kebaikanmu dan juga Papamu."

"Ibu? Sofia? Kok kalian pada peluk-pelukan begini kayak teletubies deh. Ada apa?" Tiba-tiba saja suara Mas Farhan terdengar di telingaku. Aku pun menoleh ke arahnya, melepaskan pelukan Ibu dan berjalan menghampiri Mas Farhan. Lantas, aku mencium takzim tangan pria yang bergelar suamiku beberapa hari ini. 

"Sudah pulang, Mas?"

"Belum, Dek, ini cuma bayangannya aja yang pulang."

Aku memukul kecil dada bidang pria tampan di depanku. Dia tertawa dan hal itu membuatku sedikit terpaku. Ah, betapa tampannya paras lelaki yang kucintai ini. Tutur katanya lembut dan sikapnya yang sopan membuatku jatuh cinta padanya. 

"Kok dipukul?"

"Lagian aku nanya serius kamu malah bercanda."

"Ya habisnya Mas nanya juga gak dijawab. Memangnya ada acara apa kok peluk-pelukan? Mas kan juga mau dipeluk." Mas Farhan menaik turunkan alisnya sembari tersenyum menggodaku. 

"Ish, jangan mesum deh. Tuh ada Ibu, kan gak enak kalau didengar sama Ibu."

"Mesum sama istri sendiri boleh kan? Malah agama sangat memperbolehkannya."

"Mas!" Aku mendelik, tapi bukanya takut Mas Farhan justru kembali terhelak. Ish, memang pria satu ini menyebalkan. 

"Yaudah yuk masuk, gak enak kalau dilihat tetangga. Nanti jadi bahan gosip kalau Farhan anaknya Bu Marini suka mesum."

"Halah, tetangga modelan begitu mah ngapain disungkanin." Seketika hatiku darahku kembali mendidih saat mendengar kata tetangga. 

"Yee, jangan begitu lah, kan gak lucu kalau ada kabar viral tentang aku begitu. Memangnya kamu mau jadi konsumsi satu kampung?"

Aku hanya menyengir menjawab ucapan suamiku. Kami berdua pun akhirnya masuk ke rumah dan menutup pintu. Sedangkan ibu mertua sudah berada di dapur. Mungkin saja sedang bikin minum untuk anaknya itu. 

"Kamu sudah pulang, Nak? Gimana kerjamu hari ini? Lancar?" Mas Farhan menghampiri Ibu yang lagi mengaduk minuman di dalam gelas.  Tuh kan, beliau sedang membuat teh hangat untuk suamiku. 

"Iya, Bu, alhamdulillah lancar seperti biasanya. Oh iya ini gajiku bulan ini. Ini buat Ibu. Tapi maaf mungkin tidak sebanyak biasanya karena harus dibagi sama Sofia."

Ibu mertuaku tersenyum lembut. Betapa teduhnya wajah Ibu hingga aku yang melihat pun merasa damai. 

"Tidak apa-apa, Nak, menafkahi Sofia adalah kewajiban barumu. Surgamu memang ada pada Ibu tapi bukan berarti Ibu harus menguasaimu untuk segalanya karena jatuhnya nanti kita zalim sama Sofia. Kamu sudah menikah maka kewajibanmu mutlak ada pada istrimu sekarang. Bahagiakan dia meski dengan kesederhanaan yang kamu punya karena saat kamu ijab qabul kemarin kamu sudah berjanji di hadapan Tuhan, orang tua, juga semua orang kalau kamu akan membahagiakannya."

Mataku mengembun mendengar ucapan Ibu. Aku sungguh beruntung mendapatkan Ibu mertua yang sangat menyayangiku. Terima kasih, Bu, aku berjanji akan membantu Mas Farhan untuk berbakti padamu. 

"Terima kasih, Bu, doakan aku agar bisa membahagiakan kalian semua. Doakan aku juga agar bisa selalu menjadi manusia yang selalu rendah hati."

"Amiin, Ibu selalu mendoakan kebaikan untukmu dan keluarga kita. Yasudah itu teh hangatnya diminum, lalu mandi karena hari sudah semakin gelap. Ibu mau istirahat di kamar dulu sembari menunggu waktu maghrib tiba." Ibu mertua pun berjalan meninggalkan kami berdua di ruang makan. Ah, lebih tepatnya dapur yang ada sebuah meja untuk tempat makanan yang sudah matang. 

"Oh iya ini buat kamu, Dek." Mas Farhan menyerahkan dua amplop berwarna coklat dan masing-masing diberikan pada Ibu juga padaku. Aku bergeming menatap amplop itu. Kening Mas Fathan tampak berkerut. 

"Kenapa? Kok diam saja? Ini uang nafkah pertama dariku untuk kamu. Kebetulan hari ini waktunya gajian. Tapi … maaf ya kalau aku hanya bisa kasih kamu sedikit karena hanya itu kemampuanku. Kamu kan tahu pekerjaanku hanya tukang parkir di kantor Papamu." Mas Farhan menatapku sendu. Aku pun tersenyum menerima amplop darinya. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa merasakan mendapat nafkah dari seorang suami. Semoga berkah, amiin. 

"Tidak apa-apa, Mas. Aku memilihmu bukan karena apa yang kamu punya seperti harta atau tahta. Tapi aku memilihmu karena apa adanya dirimu dengan segala sikap dan perilakumu yang membuatku jatuh cinta. Emm … kenapa kamu berikan uang gajimu sama aku semua, Mas? Untuk bayar kuliah kamu gimana?"

"Soal itu kamu tenang saja, aku sudah menyisihkannya dari uang tips yang para staff berikan setiap aku membantu mereka memarkirkan kendaraan. Terkadang meski tidak membantu mereka tiba-tiba saja ada yang memintaku untuk membelikan makanan atau minuman nanti uang kembaliannya mereka berikan padaku. Jadi, uang gaji itu sudah jadi hak kamu. Untuk Ibu aku sudah membaginya sendiri."

"Terima kasih ya, Mas, uang ini akan aku pergunakan dengan sebaik-baiknya. Yasudah kamu mandi dulu sana. Bau asem tau gak." Aku berpura-pura menutup hidungku, berusaha menggodanya sedikit. 

"Bau asem gini tapi kamu juga suka dan cinta kan?" 

"Ish apaan sih. Dah ah sana mandi keburu maghrib."

"Kamu gak mau mandi bareng sama aku?" Mas Farhan menaik turunkan alisnya sembari tersenyum penuh arti padaku. Ah … kurasa wajahku sudah memerah karena tentu saja aku malu. Meskipun pada malam pertama suamiku sudah melihat semuanya dan aku sudah memberikannya tapi tetap saja perasaan malu itu ada. 

"Halah, gitu aja malu, toh aku sudah lihat semua punyamu. Sampe ada tahi lalat di perut juga aku tahu."

Pluk. 

Aku melemparkan kain lap pada suamiku. Huh, rese banget sih dia. 

"Apaan sih, Mas. Udah deh buruan mandi sana. Godain aku terus awas aja gak aku kasih jatah nanti malam."

"Yeee ngancemnya begitu. Eh tapi memangnya nanti malam kamu mau kasih aku jatah? Wah, mau dong mau."

"Iya, jatah ngeronda alias tidur di luar. Hahahaha." Aku pun meninggalkan Mas Farhan menuju kamar untuk mengambilkannya handuk. 

"Nih handuknya, buruan sana mandi ah. Sebentar lagi masuk waktu maghrib."

"Oke deh, Tuan Putri. Demi jatah malam nanti apa pun akan hamba akan lakukan." Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah absurd suamiku ini. 

***

Tok

Tok

Tok

Selepas magrib dan aku baru saja melaksanakan ibadahku sedangkan Mas Fathan dan Ibu sedang sholat di mushola terdekat. Terdengar suara pintu diketuk. Aku pun bergegas membuka mukena dan berjalan menuju pintu utama. Setelah membuka pintu aku dibuat terheran dengan keberadaan seorang wanita yang ada di hadapanku ini. 

"Maaf siapa ya?" 

"Kamu gak tau siapa saya? Benar saja kata orang kalau menantu barunya si Marini itu sombong. Ternyata ini toh orangnya."

"Maaf Ibu siapa ya? Kenapa tiba-tiba bicara begitu? Saya gak kenal sama Ibu."

"Nih ada undangan pernikahan keponakan saya. Kalau bukan karena amanat kakak saya juga malas sekali saya datang ke gubuk kalian. Suruh Ibu mertuamu datang juga. Dan ingat, bawa amplop jangan maunya makan gratis tapi amplopnya kosong atau hanya ngasih uang lima ribu saja!" Aku menerima dua buah surat undangan yang bertuliskan nama Ibu mertua dan suamiku. Setelahnya seseibu yang tidak kuketahui namanya itu pun berlalu dari hadapanku. 

Huft, sabar Sofia … ingat, mungkin ini ujian dari Tuhan untuk menaikkan derajat dirimu. 

Bab terkait

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Datang aja deh, dan bungkam mulut mereka

    WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKUBAB 4"Huft, sabar Sofia … ingat, mungkin ini ujian dari Tuhan untuk menaikkan derajat dirimu. Aku pun meletakkan kertas undangan dari si ibu-ibu gila tadi. Oh astaga, Tuhan … iya sih punya suami dan mertua yang baiknya kebangetan tapi kok ya ganti punya tetangga yang hampir semuanya kayak jelmaan iblis, astaghfirullahaladzim. Sembari menunggu Mas Farhan dan Ibu pulang dari mushola aku pun menuju ke dapur. Berniat untuk menata sayur dan lauk yang aku masak siang tadi ke atas meja. Meski aku adalah seorang anak orang berduit tapi memasak adalah kegemaranku. Bahkan, dari hobiku memasak ini aku sampai punya restoran aneka seafood dan juga toko roti. Hal itu tentu saja Mas Farhan dan ibu mertuaku tidak mengetahuinya sebab memang aku belum kasih tahu. Hahahaha. Setelah di meja tertata aneka menu dan juga nasinya yang sudah aku masukkan ke dalam bakul baru lalu terdengar suara Ibu dan Mas Farhan masuk ke dalam rumah. Aku bergegas menemui mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ketulusan Sofia pada bu Marini

    "Oh tentu tidak Sayangku. Aku gak akan seperti itu. Kamu tenang aja. Pokoknya aku akan bungkam yang sudah menghina keluarga kita dengan caraku, aku jamin mereka bakal klakep.""Ah kamu ada-ada saja deh. Sudahlah biarin saja mereka mau bilang apa. Kita dan mereka itu berbeda, kalau misal kita balas mereka yang ada kira sama saja dong dengan mereka?" Aku yang posisinya sudah rebahan di sebelah Mas Farhan pun mendongak dan menatapnya lekat. "Sesekali orang model begitu itu memang perlu dibales, Mas, masa iya kita diam saja ketika diinjak? Allah itu memberikan kita insting dan kekuatan untuk pertahanan diri. Lha kita manusia punya perasaan kok.""Iya Mas tau, tapi nanti gak akan ada habisnya dong kalau balas membalas begitu?""Hemm gak tau deh, Mas, aku sih besok yang jelas tetap bakal nemani kamu buat hadirin undangan itu dan aku akan diam saja gak akan cari keributan. Tapi kalau sampai mereka yang memulainya duluan ya berarti bukan salahku dong kalau pada akhirnya aku ikutan ribut?"Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Bab 6

    "Ya Allah, Nak. Kenapa kamu baik sekali, Ibu sampai gak bisa membalasnya." Mata Ibu sudah berkaca-kaca. Aku pun jika sekali kedip saja pasti akan keluar air mata keharuan ini. Namun, karena tidak mau merusak make up yang sudah on point di wajahku jadi aku tahan. "Aku tidak minta sesuatu yang sulit sama Ibu. Hanya satu pintaku, aku ingin disayang layaknya putri kandung Ibu. Sudah lama aku tidak merasakan kasih sayang seorang Ibu." Beliau pun langsung memelukku dan aku membalasnya. "Pasti, Nak, Ibu pasti akan menyayangimu seperti anak kandung Ibu. Sudah lama juga Ibu menginginkan anak perempuan, eh yang keluar si Farhan. Tapi gak apa-apa karena sekarang Ibu sudah dapat anak yaitu kamu.""Yaudah yuk kita berangkat. Biarkan perhiasan itu ada di tangan Ibu. Biar gak ada lagi yang bisa menghina Ibu di sini. Mulai sekarang aku yang akan menjadi garda terdepan jika ada yang berani menghina Ibu seperti kemarin.""Makasih ya, Nak." Aku hanya mengangguk sembari tersenyum. Aku dan Ibu pun sama-

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Kesedihan ibu mertua

    BAB 7"Gimana? Masih mau hina kami cuma numpang makan enak di sini? Bahkan, kurasa uang amplopan kalian tidak ada seujung kukunya dari uang amplopan kami. Dengan uang ini kalau di resto, kami sudah bisa makan dengan menu yang lebih enak dari yang ada di sini. Ingat ya kalian, sekali lagi kalian berani menghina Ibu mertuaku dan suamiku kalian akan berhadapan denganku. Camkan itu!""Halah, kamu pikir kita-kita takut sama ancamanmu itu?" Bu Saras berucap dengan lantang. Bahkan, sudah banyak pasang mata yang menatap ke arah kami. Hah, kalau sudah begini haruskah aku masih diam saja? Oh tentu tidak. Aku akan menjunjung tinggi harga diri keluargaku. "Dan kalian pikir kita peduli? Tentu tidak, mungkin dulu kalian bisa menghina Ibu mertua dan suamiku seenak jidat kalian, tapi setelah adanya aku di kehidupan mereka. Maka kalian tidak akan lagi bisa menghina.""Halah, baru ngasih duit segitu saja sombongnya bukan kepalang. Palingan juga hasil duit ngutang.""Iya nih, duit ngutang aja belagunya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Rencana papanya Sofia

    BAB 8DrrtttDdrrtttPonsel di atas meja di dapur bergetar. Aku yang sedang memasak untuk makan siang nanti pun menghentikan aksiku dan mematikan kompor sejenak. Kuambil ponsel tersebut dan melihat ternyata yang menelpon adalah Papa. Aku menggeser tombol berearna hijau ke atas. "Ya, Pa, assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Sayangku. Sepertinya ada yang muali melupakan Papa nih. Hemm jadi sedih deh.""Kok Papa ngomong begitu sih? Mana mungkin aku lupa sama Papa. Kan baru tiga hari juga aku ninggalin Papa ke rumah Mas Farhan.""Yah, namanya saja tidak pernah pisah dengan kamu, Nak. Ngomong-ngomong gimna kabarmu? Apakah di sana kamu bahagia?""Ahamdulillah, Pa. Aku sangat-sangat baik. Aku bahagia kok di sini. Ibu mertua dan suamiku sangat sayang sama aku.""Syukurlah kalau begitu. Berarti tidak sia-sia Papa merestui hubunganmu dengan Farhan. Awalnya Papa khawatir kalau dia hanya memanfaatkanmu saja. Yah, kamu paham lah maksud Papa. Tapi kalau dia memperlakukanmu dengan baik maka Papa san

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ternyata anak bu Saras adalah ....

    BAB 9"Ya ampun pantesan saja bisa nyumbang uang sampe sejuta, ternyata gebetannya om-om senang kayak begini toh."Suara Bu Saras yang cukup memekakkan telinga hampir saja membuatku terlonjak. Astaga, kenapa dunia sempit sekali. Di mana-mana ketemu sama titisan jin tomang kayak dia. Huft …."Siapa dia, Ma?" tanya seorang wanita yang kutaksir usianya tidak jauh berbeda denganku. Mungkin dia anaknya Bu Saras kali. "Itu lho, yang Mama ceritain ke kamu kalau dia menantunya si Marini yang sombongnya sampai ke langit ke tujuh.""Oh dia toh, huh biasa aja tuh mukanya. Cantik juga cantikan aku, tapi panteslah mungkin dia perawatan dapat biaya dari sugar daddynya itu." Ucapan wanita yang ternyata anak dari Bu Saras itu membuat mataku melotot. "Apa dia bilang? Papaku sugar daddy? Itu artinya aku sugar babbynya Papa gitu? Huh, sialan memang! Dikiranya aku wanita murahan apa? Hanya demi harta aku rela menjual diri ke om-om senang." Aku menggerutu dalam hati. "Maksud kamu apa ya ngomong begitu?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Fitnah keji tetangga

    BAB 10"Hahahaha, tetangga barumu pada aneh begitu, Sof. Heran Papa. Kok ya ada orang yang julidnya kayak begitu. Astaghfirullahaladzim.""Jangankan Papa yang baru ketemu dan lihat. Lha Sofia sendiri saja kadang masih suka heran. Kok ada ya orang gak tau malu begitu. Ya Allah bukannya Sofia mau sombong, Pa. Apa sih yang Sofia gak punya. Mau beli apa tinggal tunjuk. Tapi kayaknya gak pernah deh Sofia melihat orang hanya dari apa yang dia punya.""Jangan, Nak, jangan sampai seperti itu. Tetaplah rendah hati karena yang seperti itu hanya sesaat saja.""Iya, Pa, Sofia sangat paham. Tapi terkadang Sofia juga suka kesel sama orang model begitu. Ibarat baru punya duit selembar tapi sombongnya ngalahin orang yang lunya duit lima lembar.""Yasudah biarkan saja. Yang penting bukan kamu dan keluargamu yang begitu.""Iya, Papa benar. Oh iya habis ini Papa mau kemana?""Emm mau ke rumah Om Roni. Biasalah beliau ngajakin Papa mancing di kolam ikan yang ada di pemancingan gak jauh dari rumahnya. Bol

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Mau kulaporkan polisi?

    BAB 11"Mbak Siti! Jangan mau kalau dibelanjain duit dia. Kata Bu Saras dia ini jual diri sama Om-Om. Sudah pasti itu duitnya haram." Aku pun menoleh ke arah mereka ketika mendengar ucapan salah satunya. Kuakui aku memang terkejut atas ucapan mereka padaku. Apa maksudnya coba? "Maaf, maksud Ibu-Ibu ini apa ya? Siapa yang pale uang haram?""Ya kamu lah, siapa lagi memangnya?" Degh. Apa katanya? Aku? "Aku? Memangnya aku kenapa?""Ck, pake pura-pura bego lagi. Ya kamu itu kan berduit karena pake uang haram." Seketika ingatanku kembali pada saat aku ketemuan sama Papa dan gak sengaja bertemu dengan Bu Saras juga Lusi, anaknya. Apakah mereka berdua yang menyebarkan fitnahan seperti itu? Keterlaluan! Huh, aku gak akan memaafkan mereka berdua. "Oooo uang haram ya, kalau boleh tau nama Ibu-Ibu ini siapa?""Aku Warsih, dan ini Marta. Kenapa memangnya? Kamu gak terima kita bilang begitu? Mau mengingat-ingat nama kita gitu?" ucap wanita yang bernama Warsih itu padaku dengan raut wajahnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ending

    Sofia melajukan mobilnya menuju rumah Pak RT. Meski begitu Sofia tetap memerintahkan bawahannya untuk bersiap di kantor polisi dan menunggu telepon darinya. Dia akan memberikan salah satu kesempatan untuk yang terakhir kalinya. Kalau saja Bu Saras tetap tidak mengaku maka dengan sangat terpaksa Sofia akan memenjarakannya."Ingat, kamu harus bersiap di sana. Begitu aku telepon kamu ke sini sama polisi," titah Sofia penuh ketegasan.Tanpa menunggu jawaban, Sofia langsung memutuskan sambungan telepon dan fokus menyetir.BrakBrakTerdengar suara langkah berderap yang kian mendekat saat Sofia memukul pintu dengan keras. "Siapa, sih gak sabaran ...." Mata Bu Saras membelalak dan terdiam saat melihat Sofia yang datang. "Pantesan gak sabaran."Sofia menyunggingkan senyum seringai. "Justru karena aku terlalu sabar makanya baru ke sini. Ayo, ikut!"Bu Saras menahan tangannya yang ditarik oleh Sofia. "Heh, dasar gak sopan! Datang-datang malah tarik orang.""Masih mending Bu Saras aku tarik.

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Bu Saras dilaporkan juga

    "Halah gak usah pura-pura, Bu Saras. Aku tahu kalau Bu Saras yang bikin mertuaku pingsan."Antara terkejut, tetapi senang Bu Saras berkata, "Jadi si Marini cuma pingsan?"Tentu saja Bu Saras senang mengetahui kenyataan kalau Bu Marini hanya pingsan dan bukannya meninggal. Artinya dia bukanlah seorang pembunuh dan tidak akan dipenjara. "Maksud perkataan Bu Saras apa?"Sofia tersenyum samar, dia berhasil menjebak Bu Saras. Memancingnya untuk mengaku kalau yang membuat Bu Marini pingsan adalah dirinya. Sofia tidak punya bukti, karena itu dia harus membuat bukti.Degh"Ya ... ya maksudnya ke-kenapa kamu sampai besar-besarkan masalah ini kalau mertuamu itu cuma pingsan? Emang apa lagi?" jawab Bu Saras terbata-bata. Bahkan keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahinya. Mulutnya mungkin bisa berbohong, tetapi tidak dengan gerak-geriknya yang jelas menunjukkan kecemasan."Beneran?" Mata Sofia memicing, tetapi Bu Saras tetap bungkam. "Padahal aku punya bukti CCTV loh.""Mana mungkin! Ta

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Penangkapan lusi

    "Ibu kenapa–""Aku gak bisa cerita, Mas. Pokoknya kamu nyusul ke rumah sakit sekarang," potong Sofia sebelum suaminya selesai bicara. Setelah itu langsung mematikan sambungan telepon. Tanpa berpikir, Farhan langsung izin untuk pulang cepat dan menuju rumah sakit. Meski tidak bisa berpikir jernih, Farhan berusaha fokus berkendara. Salah-salah dia justru ikut dirawat di rumah sakit. Setelah sampai, Farhan menghampiri gegas Sofia yang sedang duduk dengan raut cemas di depan ruang UGD. "Mas!" Sofia bangkit dan memeluk sang suami saat melihatnya. "Bagaimana keadaan ibu? Kenapa dia bisa pingsan?" cecar Farhan yang langsung memberondong Sofia dengan pertanyaan begitu mereka bertemu. Sofia menggeleng. "Aku juga nggak tahu Mas. Sebab waktu aku pulang Ibu udah pingsan."Mendengar hal itu, Farhan makin khawatir dengan kondisi sang ibu. Pasalnya selama ini, Bu Marini tidak pernah menunjukkan tanda-tanda penyakit kronis. Bahkan Beliau juga tidak pernah mengeluh sakit. "Mau ke mana?" tanya

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ibu kenapa?

    "Lho Mama mau ke mana?" tanya Lusi saat melihat mamanya sudah seperti bersiap untuk pergi. "Mau ke rumah si Marini. Mau buat perhitungan sama tuh menantunya, enak saja main pecat anak orang tanpa alasan yang jelas.""Tapi, Ma ...." Lusi mencoba mencekal lengan mamanya. Meski detik berikutnya sang mama menghentakkan tangannya dan cekalan Lusi langsung terlepas. "Sudah, jangan halangi Mama, Lusi! Kamu terlalu baik, makanya si Sofia seenaknya sama kamu. Udah, biar mama aja yang urus," ujar Bu Saras dengan mata memerah dan rahang mengeras. Perempuan paruh baya itu sangat marah. "Aku ikut, Ma.""kamu di sini aja. Tunggu beres. Kalau mama yang turun tangan dijamin masalah beres."Meski Bu Laras melarang Lusi, nyatanya sang anak tetap membuntutinya secara diam-diam. Lusi mau melihat secara langsung bagaimana Sofia diberi pelajaran oleh mamanya. Pokoknya Lusi mau mensyukuri setiap kejatuhan Sofia. Sesampainya di tujuan, rupanya Sofia dan Farhan masih belum pulang. Mereka masih di kantor

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Pelakor tidak perlu cantik, yang penting gatal

    "Tutup mulutmu!" "Ups maaf aku sengaja, hahaha!" Sofia tergelak sembari memegang perutnya karena tidak tahan sebab menahan kegelian melihat wajah shock di depannya. Namun, menurut Lusi tawa Sofia seperti ejekan baginya. "Katakan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lusi sembari menatap Sinis Sofia. "Lho kan aku sudah bilang barusan kalau aku ke sini karena menggantikan suamiku bertemu dengan mantan pacarnya yang tidak tahu malu dan tidak tahu diri ini." Sofia memandang remeh pada Lusi. "Tutup mulutmu Sofia! Aku ke sini tidak untuk bertemu denganmu tapi dengan Farhan. Katakan di mana dia!""Ups, sabar dulu dong nafsu amat sih sama laki orang." Sofia sengaja mengeraskan suaranya sehingga membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menoleh ke arah mereka. "Pelankan suaramu, Sofia!" Lusi menatap Sofia penuh amarah bahkan wajahnya saja sudah memerah. "Lho, kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan? Mana Lusi yang pandai merayu suami orang saat di chat? Kenapa tiba-tiba sekarang melempe

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Surat pemecatan Lusi

    BAB 36[Baiklah, kalau kamu serius dengan ucapanmu silahkan temui aku di cafe wash-wush besok pas jam makan siang.][Baiklah, aku udah gak sabar buat ketemuan sama kamu deh. Sampai jumpa besok ya, Sayangku]Sofia sampai menggelengkan kepalanya membaca isi pesan dari Lusi. Ia tidak habis pikir kenapa bisa ada manusia tidak tahu diri dan tidak tahu malu seperti Lusi. Dulu saja dihina, dicaci, bahkan, dicampakkan. Lantas? Kenapa sekarang dia seolah-olah mau membahas masa lalu seakan masih peduli? Cih! "Yasudah lebih baik kita tidur sekarang. Gak usah kamu pikirkan si Lusi karena sampai kapan pun aku gak kan pernah mau lagi berpaling padanya. Ya kali aku katarak secara kamu dan dia saja cantikan kamu ke mana-mana. Kamu juga bisa menerimaku dan Ibuku apa adanya. Masa iya mau aku tukar sama koreng cicak begitu." Sofia tergelak mendengar Farhan mengatakan koreng cicak untuk Lusi. "Kok ketawa sih, Sayang." Farhan menjawil hidung istrinya. "Habis kamu lucu masa iya dikata koreng cicak.""Lh

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Dasar kutil onta!

    BAB 35[Sekarang kenapa kamu terlihat sangat tampan? Kenapa gak dari dulu saja kamu tampak tampan, Mas? Kamu pasti masih mencintaiku kan, Mas? Secara kita dulu berhubungan lumayan lama. Dua tahun berpacaran itu bukan waktu yang sebentar kan, Mas? Bukan mudah juga kan kamu melupakanku? Karena sekarang kamu sudah mapan maka aku mau untuk kamu jadikan pasangan. Gimana? Bahkan jadi yang kedua pun aku gak masalah asalkan cinta dan kasihmu lebih utama untukku]Mata Sofia tidak bisa menutup karena saking terkejutnya. Apakah suaminya menyimpan rahasia darinya? Ah, sepertinya tidak. Sofia tidak percaya jika suaminya seperti itu. Sofia melihat foto profil yang ada di nomor tersebut dan matanya kembali membulat saat tahu kalau yang mengiriminya pesan barusan di nomor sang suami ternyata Lusi. "Dasar upil ayam betina, seenaknya saja dia dulu mencampakkan Mas Farhan dan sekarang dia ingin minta kembali setelah tahu suamiku sudah mapan. Cuih, definisi ulat gak tau diri.""Kamu kenapa, Dek? Kok ng

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Pesan dari siapa?

    BAB 34"Maksud kamu korupsi?" Farhan mengangguk. Sedangkan mata Sofia membeliak. "Siapa?" tanya Sofia yang penasaran karena ia sendiri belum pernah sidak dadakan. "Dia …." Farhan menjeda ucapannya. Ia menatap Sofia lekat. Seperti ada kekhawatiran dari sorot matanya. "Mas, kenapa? Kok diam? Siapa yang sudah ambil uang perusahaan? Dan berapa total kerugian kita?""Pak Lek Wiro, Sof, dia kerjasama dengan Pak Aldi.""Pak Aldi kepala HRD?" Farhan mengangguk. "Keduanya kerjasama untuk meminta bayaran pada calon karyawan yang mau masuk ke perusahaan kamu.""Kita, Mas, itu perusahaan kita karena kita yang akan membesarkannya lagi nanti." Farhan tersenyum sekilas lalu ia mengelus kepala Sofia. "Makasih ya sudah mempercayaiku. Oh iya balik lagi soal Pak Lek Wiro. Ternyata dia dan Pak Aldi juga memotong gaji karyawan yang masuk sebesar tiga ratus ribu setiap bulannya. Jika satu orang tiga ratus maka kamu bisa membayangkannya sendiri bukan berapa yang akan mereka terima setiap bulannya kare

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Siapa pelaku kecurangan?

    BAB 33"Lho, aku salah ya? Yaudah deh kalau begitu aku minta maaf ya, Bulek. Gimana? Boleh kan? Aku sudah minta maaf lho, persis seperti apa yang Bulek katakan barusan atas hinaan Bulek terhadapku dan juga Ibu mertuaku." Sofia tersenyum manis. Namun, bagi Bulek Lilis dan juga Pakle Wiro hal itu adalah penghinaan bagi mereka. "Kurang ajar kamu ya Sofia! Seumur hidup gak pernah ada yang berani kurang ajar padaku seperti itu!" "Oups, kalau begitu aku berarti pemecah rekor dong ya. Rekor karena bisa berlaku kurang ajar padamu, Bulek.""Mbak Marini! Ajarkan menantumu ini sikap sopan santun! Percuna pendidikan tinggi dan katanya pemilik perusahaan tapi tata krama dan adab saja dia tidak punya!""Hei!" tunjuk Sofia pada wajah sang Bulek. "Jangan pernah mengacungkan jarimu di depan wajah Ibu mertuaku! Beliau sudah sangat-sangat baik dalam mengajariku! Tapi aku begini karena ingin memberimu pelajaran. Bulek pikir aku akan diam saja dan memaafkan begitu saja perbuatan Bulek yang kurang ajar p

DMCA.com Protection Status