Share

Bab 6

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ya Allah, Nak. Kenapa kamu baik sekali, Ibu sampai gak bisa membalasnya." Mata Ibu sudah berkaca-kaca. Aku pun jika sekali kedip saja pasti akan keluar air mata keharuan ini. Namun, karena tidak mau merusak make up yang sudah on point di wajahku jadi aku tahan. 

"Aku tidak minta sesuatu yang sulit sama Ibu. Hanya satu pintaku, aku ingin disayang layaknya putri kandung Ibu. Sudah lama aku tidak merasakan kasih sayang seorang Ibu." Beliau pun langsung memelukku dan aku membalasnya. 

"Pasti, Nak, Ibu pasti akan menyayangimu seperti anak kandung Ibu. Sudah lama juga Ibu menginginkan anak perempuan, eh yang keluar si Farhan. Tapi gak apa-apa karena sekarang Ibu sudah dapat anak yaitu kamu."

"Yaudah yuk kita berangkat. Biarkan perhiasan itu ada di tangan Ibu. Biar gak ada lagi yang bisa menghina Ibu di sini. Mulai sekarang aku yang akan menjadi garda terdepan jika ada yang berani menghina Ibu seperti kemarin."

"Makasih ya, Nak." Aku hanya mengangguk sembari tersenyum. Aku dan Ibu pun sama-sama keluar dan menemui Mas Farhan. 

"Yuk, Mas, udah siap nih."

"Ya ampun ini Ibu? Masya Allah cantiknya Ibu aku."

"Ah jangan gombal kamu, Han." Ibu tersipu dan kedua pipinya yang tadi kuberi blush on semakin memerah. 

"Kok gombal sih, Bu? Farhan serius tau. Ya Udah yuk sekarang kita pergi. Kita jalan kaki saja ya rumahnya juga gak jauh dari sini." Aku dan Ibu sama-sama mengangguk menyetujui Mas Farhan. 

Kami bertiga berjalan dengan formasi aku dan Ibu berada di depan sedangkan Mas Farhan berada di belakang. Ketika banyak yang kita temui, tetangga yang tentunya belum aku kenal menyapa, ya tentu saja aku membalas menyapa mereka dengan senyuman. Bahkan, tidak jarang mereka memuji kecantikan Ibu karena mereka biasanya melihat Ibu tidak pernah seperti ini. 

"Assalamualaikum Bu Marini? Masya Allah cantiknya." Ucapan seseorang membuat langkah kami terhenti. Ibu menoleh ke arah wanita paruh baya yang memakai gamis syar'i satu stel dengan hijabnya. 

"Eh Bu Ustazah. Waalaikumsalam. Iya ini Sofia yang mendandani saya."

"Masya Allah kenikmatan yang luar biasa ketika mendapatkan menantu yang sayang sama kita ya, Bu."

"Iya, Bu Ustazah. Saya sangat bersyukur memiliki menantu seperti Sofia."

"Alhamdulillah kalau begitu. Eh, ini pada mau ke rumahnya Bu Dewi?"

"Iya, Bu."

"Yasudah kalau begitu silakan dilanjut. Saya juga mau permisi dulu ya. Assalamualaikum." 

"Waalaikumsalam," jawab kami serempak. 

"Mas sepertinya yang normal di sini cuma Bu ustaz itu tadi ya? Lainnya abnormal semua."

"Huss, banyak juga kok yang normal. Kebetulan aja kamu ketemunya yang abnormal."

"Hust kalian jangan berisik, gak enak didengar sama yang lain." Aku dan Mas Farhan terkikik mendengar omelan Ibu. 

Kami bertiga pun mulai memasuki tenda pernikahan. Kami mengisi buku tamu dan penerima tamu memberikan souvenir pada aku dan juga Ibu. Setelah masuk ke dalam tenda kami bertiga pun turut antri untuk memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai. 

Ternyata di atas panggung sudah ada bu Dewi dengan suaminya dan juga besannya. Ternyata Bu Dewi orang yang ramah tidak seperti Ibu-Ibu yang mengaku saudaranya kemarin yang menghina. Huh ternyata Mas Farhan benar. Kemarin kebetulan aku ketemu yang abnormalnya. Nyatanya masih ada kok yang normal di kampung ini. 

Setelah selesai memberikan ucapan selamat, aku, Mas Farhan, juga Ibu menuju ke stand makanan. Di mana aku dan Mas Farhan mengambil masing-masing satu porsi sate dengan  lontongnya sedangkan Ibu mengambil makanan seperti nasi dan juga lauk rendang sapinya. Tidak kuhiraukan tatapan Bu Maemunah, Bu Salamah, dengan Bu Saras yang menatap sinis ke arah kami sembari sesekali mengobrol sambil melirik kami. Aku sangat yakin mereka bertiga pasti sedang menggunjing aku, Mas Farhan, serta Ibu. 

Bodo amat lah, selama mereka tidak cari ribut ya aku diam saja. Namun, sepertinya mereka memang tidak enak jika tidak membuat keributan. Saat kami bertiga sudah selesai makan dan akan pulang kita mau mengisi kotak amplop terlebih dahulu di tempat yang sudah disediakan tiba-tiba saja ketiga nenek tokek kencur itu mengucapkan kalimat yang membuatku meradang. 

"Wah ada yang mulai pakai perhiasan nih. Jangan-jangan cuma imitasi lagi. Ya ampun, Bu Marini, mau pakai perhiasan kayak apa juga tetap aja gak bisa hilangin status kalau kamu itu miskin." Bu Maemunah bersuara. 

"Iya bener, baru perhiasan begitu saja sudah dipamerin. Lagaknya kayak yang dia sendiri yang punya emas." Kini bu Salamah juga ikut menimpali. 

"Ngasih uang amplopan berapa kalian? Jangan bilang cuma ngasih sepuluh ribu satu amplopnya ya? Kan kalian dua undangan berarti hanya dua puluh ribu yang kalian masukin. Sedangkan kalian makan bertiga. Wah, wah, wah, enak bener ya numpang makan di acara hajatannya adik sepupuku." Bu Saras juga tidak ketinggalan. Dan kini saatnya aku yang berbicara. 

"Memangnya penting ya kalian tau berapa besaran amplop yang kami berikan? Nanti aku kasih tau kalian kejang-kejang?"

"Halah, mana mungkin kita kejang-kejang. Paling banter juga gedenya mentok lima puluh ribu. Itu pun kalian kayaknya juga boleh ngutang kan? Pasti ngutang sama temen nya suami kamu sesama tukang parkir. Iya kan?"

"Hahaha iya lho, Bu Saras. Mana mungkin mereka isi amplop yang bisa bikin kita kejang-kejang. Memang mereka itu tujang halu palingan. Imajinasinya ketinggian."

"Terserahlah kalian mau ngomong apa. Oke kalau mau liat aku buka amplop ini di sini."

"Dek." Mas Farhan menggeleng padaku. Namun, aku sudah terlanjur kesal pada ketiga nenek tokek kencur itu. 

"Gak apa-apa, Mas. Biarkan sesekali kita melawan biar gak diinjak terus." Aku pun mulai menyobek dua amplop yang ada di tanganku. Yang satu memang milik ibu mertua yang tadi beliau titipkan padaku. 

Aku menyobek satu amplop milik Ibu mertua terlebih dahulu. Dapat dipastikan ketiga tokek kencur itu terbelalak melihat tiga lembar uang berwarna merah ada di dalamnya. 

"Sudah lihat? Ini isi amplop milik Ibu mertuaku. Eits jangan kejang dulu, masih ada satu amplop lagi. Punyaku dan Mas Farhan. Perhatikan baik-baik ya."

Aku mulai membuka lagi satu amplop yang masih tersegel. Setelah sobek sempurna aku pun mengeluarkan tujuh lembar uang merah dari dalam amplop tersebut. Kalau ditotal uang amplopku, Mas Farhan, serta Ibu maka berjumlah satu juta pas. 

"Gimana? Masih mau hina kami cuma numpang makan enak di sini? Bahkan, kurasa uang amplopan kalian tidak ada seujung kukunya dari uang amplopan kami. Dengan uang ini kalau di resto, kami sudah bisa makan dengan menu yang lebih enak dari yang ada di sini. Ingat ya kalian, sekali lagi kalian berani menghina Ibu mertuaku dan suamiku kalian akan berhadapan denganku. Camkan itu!"

Related chapters

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Kesedihan ibu mertua

    BAB 7"Gimana? Masih mau hina kami cuma numpang makan enak di sini? Bahkan, kurasa uang amplopan kalian tidak ada seujung kukunya dari uang amplopan kami. Dengan uang ini kalau di resto, kami sudah bisa makan dengan menu yang lebih enak dari yang ada di sini. Ingat ya kalian, sekali lagi kalian berani menghina Ibu mertuaku dan suamiku kalian akan berhadapan denganku. Camkan itu!""Halah, kamu pikir kita-kita takut sama ancamanmu itu?" Bu Saras berucap dengan lantang. Bahkan, sudah banyak pasang mata yang menatap ke arah kami. Hah, kalau sudah begini haruskah aku masih diam saja? Oh tentu tidak. Aku akan menjunjung tinggi harga diri keluargaku. "Dan kalian pikir kita peduli? Tentu tidak, mungkin dulu kalian bisa menghina Ibu mertua dan suamiku seenak jidat kalian, tapi setelah adanya aku di kehidupan mereka. Maka kalian tidak akan lagi bisa menghina.""Halah, baru ngasih duit segitu saja sombongnya bukan kepalang. Palingan juga hasil duit ngutang.""Iya nih, duit ngutang aja belagunya

    Last Updated : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Rencana papanya Sofia

    BAB 8DrrtttDdrrtttPonsel di atas meja di dapur bergetar. Aku yang sedang memasak untuk makan siang nanti pun menghentikan aksiku dan mematikan kompor sejenak. Kuambil ponsel tersebut dan melihat ternyata yang menelpon adalah Papa. Aku menggeser tombol berearna hijau ke atas. "Ya, Pa, assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Sayangku. Sepertinya ada yang muali melupakan Papa nih. Hemm jadi sedih deh.""Kok Papa ngomong begitu sih? Mana mungkin aku lupa sama Papa. Kan baru tiga hari juga aku ninggalin Papa ke rumah Mas Farhan.""Yah, namanya saja tidak pernah pisah dengan kamu, Nak. Ngomong-ngomong gimna kabarmu? Apakah di sana kamu bahagia?""Ahamdulillah, Pa. Aku sangat-sangat baik. Aku bahagia kok di sini. Ibu mertua dan suamiku sangat sayang sama aku.""Syukurlah kalau begitu. Berarti tidak sia-sia Papa merestui hubunganmu dengan Farhan. Awalnya Papa khawatir kalau dia hanya memanfaatkanmu saja. Yah, kamu paham lah maksud Papa. Tapi kalau dia memperlakukanmu dengan baik maka Papa san

    Last Updated : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ternyata anak bu Saras adalah ....

    BAB 9"Ya ampun pantesan saja bisa nyumbang uang sampe sejuta, ternyata gebetannya om-om senang kayak begini toh."Suara Bu Saras yang cukup memekakkan telinga hampir saja membuatku terlonjak. Astaga, kenapa dunia sempit sekali. Di mana-mana ketemu sama titisan jin tomang kayak dia. Huft …."Siapa dia, Ma?" tanya seorang wanita yang kutaksir usianya tidak jauh berbeda denganku. Mungkin dia anaknya Bu Saras kali. "Itu lho, yang Mama ceritain ke kamu kalau dia menantunya si Marini yang sombongnya sampai ke langit ke tujuh.""Oh dia toh, huh biasa aja tuh mukanya. Cantik juga cantikan aku, tapi panteslah mungkin dia perawatan dapat biaya dari sugar daddynya itu." Ucapan wanita yang ternyata anak dari Bu Saras itu membuat mataku melotot. "Apa dia bilang? Papaku sugar daddy? Itu artinya aku sugar babbynya Papa gitu? Huh, sialan memang! Dikiranya aku wanita murahan apa? Hanya demi harta aku rela menjual diri ke om-om senang." Aku menggerutu dalam hati. "Maksud kamu apa ya ngomong begitu?

    Last Updated : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Fitnah keji tetangga

    BAB 10"Hahahaha, tetangga barumu pada aneh begitu, Sof. Heran Papa. Kok ya ada orang yang julidnya kayak begitu. Astaghfirullahaladzim.""Jangankan Papa yang baru ketemu dan lihat. Lha Sofia sendiri saja kadang masih suka heran. Kok ada ya orang gak tau malu begitu. Ya Allah bukannya Sofia mau sombong, Pa. Apa sih yang Sofia gak punya. Mau beli apa tinggal tunjuk. Tapi kayaknya gak pernah deh Sofia melihat orang hanya dari apa yang dia punya.""Jangan, Nak, jangan sampai seperti itu. Tetaplah rendah hati karena yang seperti itu hanya sesaat saja.""Iya, Pa, Sofia sangat paham. Tapi terkadang Sofia juga suka kesel sama orang model begitu. Ibarat baru punya duit selembar tapi sombongnya ngalahin orang yang lunya duit lima lembar.""Yasudah biarkan saja. Yang penting bukan kamu dan keluargamu yang begitu.""Iya, Papa benar. Oh iya habis ini Papa mau kemana?""Emm mau ke rumah Om Roni. Biasalah beliau ngajakin Papa mancing di kolam ikan yang ada di pemancingan gak jauh dari rumahnya. Bol

    Last Updated : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Mau kulaporkan polisi?

    BAB 11"Mbak Siti! Jangan mau kalau dibelanjain duit dia. Kata Bu Saras dia ini jual diri sama Om-Om. Sudah pasti itu duitnya haram." Aku pun menoleh ke arah mereka ketika mendengar ucapan salah satunya. Kuakui aku memang terkejut atas ucapan mereka padaku. Apa maksudnya coba? "Maaf, maksud Ibu-Ibu ini apa ya? Siapa yang pale uang haram?""Ya kamu lah, siapa lagi memangnya?" Degh. Apa katanya? Aku? "Aku? Memangnya aku kenapa?""Ck, pake pura-pura bego lagi. Ya kamu itu kan berduit karena pake uang haram." Seketika ingatanku kembali pada saat aku ketemuan sama Papa dan gak sengaja bertemu dengan Bu Saras juga Lusi, anaknya. Apakah mereka berdua yang menyebarkan fitnahan seperti itu? Keterlaluan! Huh, aku gak akan memaafkan mereka berdua. "Oooo uang haram ya, kalau boleh tau nama Ibu-Ibu ini siapa?""Aku Warsih, dan ini Marta. Kenapa memangnya? Kamu gak terima kita bilang begitu? Mau mengingat-ingat nama kita gitu?" ucap wanita yang bernama Warsih itu padaku dengan raut wajahnya ya

    Last Updated : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Tetangga baru yang rumahnya besar

    BAB 12"Siap Tuan Putri. Makasih ya Sayangku."Cup. Wajahku menghangat seketika, aku tersenyum tersipu lalu meninggalkan Mas Farhan ke dapur. Kalau lama-lama ada di dekat Mas Farhan bisa gawat. Nanti yang ada gak jadi bikin adonan pisang goreng malah jadinya bikin adonan bayi mungil. Eh ….***Malam ini seperti biasa aku, Mas Farhan, juga Ibu mertua makan malam di depan tivi. Sudah menjadi kebiasaan semenjak aku tinggal di rumah ini kalau makan bersama dan di depan televisi sembari lesehan adalah hukumnya wajib. "Gimana, Bu, makanan yang Sofia bawa, enak gak?" tanyaku pada Ibu yang baru saja menghabiskan satu piring nasi beserta lauknya. "Enak banget, sudah lama Ibu gak makan kayak begini. Terakhir kali waktu Farhan masih berusia sepuluh tahun waktu Ayahnya belum berpulang." Senyum indah terukir di wajah tua Ibu. Namun, masih jelas tersirat tatapan sendu saat Ibu mengucap nama almarhum Ayah mertua. Aku mengerti, beliau pasti sangat merindukan separuh jiwanya itu. Aku sangat salut

    Last Updated : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Balsan menohok untuk Hilda

    BAB 13***"Dek."Aku yang sedang menscrool sosmedku menoleh ke arah Mas Farhan.""Kenapa, Mas? Mau minta jatah? Mulai malam ini dan seminggu ke depan libur dulu ya soalnya aku lagi dapet.""Ish, engak kok. Memangnya siapa yang mau minta itu? Pikiran kamu ngeres aja deh." Mas Farhan menjawil hidungku. "Ya terus apa dong? Biasanya kan begitu." Aku tersenyum melihat Mas Farhan yang menggaruk kepaanya yang aku yakin tidaklah gatal. "Tadi orang HRD di kantor Papa kamu manggil, Mas.""Kenapa? Apa ada masalah?" tnyaku pura-pura, padahal aku sudah tau kemana arah pembicaraan Mas Farhan. "Katanya mulai besok aku dipanggil untuk bekerja di kantor Papa kamu sebagai staff keuangan. Mas bingung deh bagaimana bisa tahu mereka kalau Mas ini kuliah di jurusan akuntansi. Apa Papa yang kasih tau ya?""Aku juga gak tau, Mas, mungkin saja mereka memang cari-cari tahu. Ya … namanya juga orang atasan jadi bisa saja meminta orang untuk mencari tahu tentang Mas kan. Tapi kan bagus dong kalau kamu diminta

    Last Updated : 2024-10-29
  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ternyata sama saja

    BAB 14Kutinggalkan Mbak Hilda yang masih terbengong atas ucapanku barusan. Mungkin saja dia kaget dengan perkataanku yang sedikit lancang? Hah, bodo amat lah. Orang sombong memang harus di sombongin balik biar gak semena-mena. Saat aku berjalan sedikit menjauh tiba-tiba kudengar suara Mbak Hilda tengah mengumpat. Aku yakin dia sedang mencaciku. Mungkin saja dia baru tersadar atas apa yang aku lakukan dan aku katakan padanya. Akan tetapi, aku memilih nasa bodoh karena aku harus bergegas pulang sebab tadi Ibu mengajakku ke rumah saudaranya. ***"Sudah pulang, Nak? Beli apa di tempat Mbak Siti?" tanya Ibu saat mendapatiku masuk ke dalam rumah. "Oh ini lho, Bu, aku beli pembalut. Kebetulan stok pembalutku sedang habis. Kita jadi ke rumah saudara Ibu?"Tadi saat aku pulang dari rumah Mbak Hilda aku memang mampir ke warung Mbak Siti untuk membeli pembalut karena stok pembalut sudah habis. "Jadi, Nak, kamu jadi ikut?""Jadi dong, Bu, kan semenjam nikah aku bekum kenalan sama saudara Ibu

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ending

    Sofia melajukan mobilnya menuju rumah Pak RT. Meski begitu Sofia tetap memerintahkan bawahannya untuk bersiap di kantor polisi dan menunggu telepon darinya. Dia akan memberikan salah satu kesempatan untuk yang terakhir kalinya. Kalau saja Bu Saras tetap tidak mengaku maka dengan sangat terpaksa Sofia akan memenjarakannya."Ingat, kamu harus bersiap di sana. Begitu aku telepon kamu ke sini sama polisi," titah Sofia penuh ketegasan.Tanpa menunggu jawaban, Sofia langsung memutuskan sambungan telepon dan fokus menyetir.BrakBrakTerdengar suara langkah berderap yang kian mendekat saat Sofia memukul pintu dengan keras. "Siapa, sih gak sabaran ...." Mata Bu Saras membelalak dan terdiam saat melihat Sofia yang datang. "Pantesan gak sabaran."Sofia menyunggingkan senyum seringai. "Justru karena aku terlalu sabar makanya baru ke sini. Ayo, ikut!"Bu Saras menahan tangannya yang ditarik oleh Sofia. "Heh, dasar gak sopan! Datang-datang malah tarik orang.""Masih mending Bu Saras aku tarik.

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Bu Saras dilaporkan juga

    "Halah gak usah pura-pura, Bu Saras. Aku tahu kalau Bu Saras yang bikin mertuaku pingsan."Antara terkejut, tetapi senang Bu Saras berkata, "Jadi si Marini cuma pingsan?"Tentu saja Bu Saras senang mengetahui kenyataan kalau Bu Marini hanya pingsan dan bukannya meninggal. Artinya dia bukanlah seorang pembunuh dan tidak akan dipenjara. "Maksud perkataan Bu Saras apa?"Sofia tersenyum samar, dia berhasil menjebak Bu Saras. Memancingnya untuk mengaku kalau yang membuat Bu Marini pingsan adalah dirinya. Sofia tidak punya bukti, karena itu dia harus membuat bukti.Degh"Ya ... ya maksudnya ke-kenapa kamu sampai besar-besarkan masalah ini kalau mertuamu itu cuma pingsan? Emang apa lagi?" jawab Bu Saras terbata-bata. Bahkan keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahinya. Mulutnya mungkin bisa berbohong, tetapi tidak dengan gerak-geriknya yang jelas menunjukkan kecemasan."Beneran?" Mata Sofia memicing, tetapi Bu Saras tetap bungkam. "Padahal aku punya bukti CCTV loh.""Mana mungkin! Ta

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Penangkapan lusi

    "Ibu kenapa–""Aku gak bisa cerita, Mas. Pokoknya kamu nyusul ke rumah sakit sekarang," potong Sofia sebelum suaminya selesai bicara. Setelah itu langsung mematikan sambungan telepon. Tanpa berpikir, Farhan langsung izin untuk pulang cepat dan menuju rumah sakit. Meski tidak bisa berpikir jernih, Farhan berusaha fokus berkendara. Salah-salah dia justru ikut dirawat di rumah sakit. Setelah sampai, Farhan menghampiri gegas Sofia yang sedang duduk dengan raut cemas di depan ruang UGD. "Mas!" Sofia bangkit dan memeluk sang suami saat melihatnya. "Bagaimana keadaan ibu? Kenapa dia bisa pingsan?" cecar Farhan yang langsung memberondong Sofia dengan pertanyaan begitu mereka bertemu. Sofia menggeleng. "Aku juga nggak tahu Mas. Sebab waktu aku pulang Ibu udah pingsan."Mendengar hal itu, Farhan makin khawatir dengan kondisi sang ibu. Pasalnya selama ini, Bu Marini tidak pernah menunjukkan tanda-tanda penyakit kronis. Bahkan Beliau juga tidak pernah mengeluh sakit. "Mau ke mana?" tanya

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ibu kenapa?

    "Lho Mama mau ke mana?" tanya Lusi saat melihat mamanya sudah seperti bersiap untuk pergi. "Mau ke rumah si Marini. Mau buat perhitungan sama tuh menantunya, enak saja main pecat anak orang tanpa alasan yang jelas.""Tapi, Ma ...." Lusi mencoba mencekal lengan mamanya. Meski detik berikutnya sang mama menghentakkan tangannya dan cekalan Lusi langsung terlepas. "Sudah, jangan halangi Mama, Lusi! Kamu terlalu baik, makanya si Sofia seenaknya sama kamu. Udah, biar mama aja yang urus," ujar Bu Saras dengan mata memerah dan rahang mengeras. Perempuan paruh baya itu sangat marah. "Aku ikut, Ma.""kamu di sini aja. Tunggu beres. Kalau mama yang turun tangan dijamin masalah beres."Meski Bu Laras melarang Lusi, nyatanya sang anak tetap membuntutinya secara diam-diam. Lusi mau melihat secara langsung bagaimana Sofia diberi pelajaran oleh mamanya. Pokoknya Lusi mau mensyukuri setiap kejatuhan Sofia. Sesampainya di tujuan, rupanya Sofia dan Farhan masih belum pulang. Mereka masih di kantor

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Pelakor tidak perlu cantik, yang penting gatal

    "Tutup mulutmu!" "Ups maaf aku sengaja, hahaha!" Sofia tergelak sembari memegang perutnya karena tidak tahan sebab menahan kegelian melihat wajah shock di depannya. Namun, menurut Lusi tawa Sofia seperti ejekan baginya. "Katakan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lusi sembari menatap Sinis Sofia. "Lho kan aku sudah bilang barusan kalau aku ke sini karena menggantikan suamiku bertemu dengan mantan pacarnya yang tidak tahu malu dan tidak tahu diri ini." Sofia memandang remeh pada Lusi. "Tutup mulutmu Sofia! Aku ke sini tidak untuk bertemu denganmu tapi dengan Farhan. Katakan di mana dia!""Ups, sabar dulu dong nafsu amat sih sama laki orang." Sofia sengaja mengeraskan suaranya sehingga membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menoleh ke arah mereka. "Pelankan suaramu, Sofia!" Lusi menatap Sofia penuh amarah bahkan wajahnya saja sudah memerah. "Lho, kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan? Mana Lusi yang pandai merayu suami orang saat di chat? Kenapa tiba-tiba sekarang melempe

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Surat pemecatan Lusi

    BAB 36[Baiklah, kalau kamu serius dengan ucapanmu silahkan temui aku di cafe wash-wush besok pas jam makan siang.][Baiklah, aku udah gak sabar buat ketemuan sama kamu deh. Sampai jumpa besok ya, Sayangku]Sofia sampai menggelengkan kepalanya membaca isi pesan dari Lusi. Ia tidak habis pikir kenapa bisa ada manusia tidak tahu diri dan tidak tahu malu seperti Lusi. Dulu saja dihina, dicaci, bahkan, dicampakkan. Lantas? Kenapa sekarang dia seolah-olah mau membahas masa lalu seakan masih peduli? Cih! "Yasudah lebih baik kita tidur sekarang. Gak usah kamu pikirkan si Lusi karena sampai kapan pun aku gak kan pernah mau lagi berpaling padanya. Ya kali aku katarak secara kamu dan dia saja cantikan kamu ke mana-mana. Kamu juga bisa menerimaku dan Ibuku apa adanya. Masa iya mau aku tukar sama koreng cicak begitu." Sofia tergelak mendengar Farhan mengatakan koreng cicak untuk Lusi. "Kok ketawa sih, Sayang." Farhan menjawil hidung istrinya. "Habis kamu lucu masa iya dikata koreng cicak.""Lh

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Dasar kutil onta!

    BAB 35[Sekarang kenapa kamu terlihat sangat tampan? Kenapa gak dari dulu saja kamu tampak tampan, Mas? Kamu pasti masih mencintaiku kan, Mas? Secara kita dulu berhubungan lumayan lama. Dua tahun berpacaran itu bukan waktu yang sebentar kan, Mas? Bukan mudah juga kan kamu melupakanku? Karena sekarang kamu sudah mapan maka aku mau untuk kamu jadikan pasangan. Gimana? Bahkan jadi yang kedua pun aku gak masalah asalkan cinta dan kasihmu lebih utama untukku]Mata Sofia tidak bisa menutup karena saking terkejutnya. Apakah suaminya menyimpan rahasia darinya? Ah, sepertinya tidak. Sofia tidak percaya jika suaminya seperti itu. Sofia melihat foto profil yang ada di nomor tersebut dan matanya kembali membulat saat tahu kalau yang mengiriminya pesan barusan di nomor sang suami ternyata Lusi. "Dasar upil ayam betina, seenaknya saja dia dulu mencampakkan Mas Farhan dan sekarang dia ingin minta kembali setelah tahu suamiku sudah mapan. Cuih, definisi ulat gak tau diri.""Kamu kenapa, Dek? Kok ng

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Pesan dari siapa?

    BAB 34"Maksud kamu korupsi?" Farhan mengangguk. Sedangkan mata Sofia membeliak. "Siapa?" tanya Sofia yang penasaran karena ia sendiri belum pernah sidak dadakan. "Dia …." Farhan menjeda ucapannya. Ia menatap Sofia lekat. Seperti ada kekhawatiran dari sorot matanya. "Mas, kenapa? Kok diam? Siapa yang sudah ambil uang perusahaan? Dan berapa total kerugian kita?""Pak Lek Wiro, Sof, dia kerjasama dengan Pak Aldi.""Pak Aldi kepala HRD?" Farhan mengangguk. "Keduanya kerjasama untuk meminta bayaran pada calon karyawan yang mau masuk ke perusahaan kamu.""Kita, Mas, itu perusahaan kita karena kita yang akan membesarkannya lagi nanti." Farhan tersenyum sekilas lalu ia mengelus kepala Sofia. "Makasih ya sudah mempercayaiku. Oh iya balik lagi soal Pak Lek Wiro. Ternyata dia dan Pak Aldi juga memotong gaji karyawan yang masuk sebesar tiga ratus ribu setiap bulannya. Jika satu orang tiga ratus maka kamu bisa membayangkannya sendiri bukan berapa yang akan mereka terima setiap bulannya kare

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Siapa pelaku kecurangan?

    BAB 33"Lho, aku salah ya? Yaudah deh kalau begitu aku minta maaf ya, Bulek. Gimana? Boleh kan? Aku sudah minta maaf lho, persis seperti apa yang Bulek katakan barusan atas hinaan Bulek terhadapku dan juga Ibu mertuaku." Sofia tersenyum manis. Namun, bagi Bulek Lilis dan juga Pakle Wiro hal itu adalah penghinaan bagi mereka. "Kurang ajar kamu ya Sofia! Seumur hidup gak pernah ada yang berani kurang ajar padaku seperti itu!" "Oups, kalau begitu aku berarti pemecah rekor dong ya. Rekor karena bisa berlaku kurang ajar padamu, Bulek.""Mbak Marini! Ajarkan menantumu ini sikap sopan santun! Percuna pendidikan tinggi dan katanya pemilik perusahaan tapi tata krama dan adab saja dia tidak punya!""Hei!" tunjuk Sofia pada wajah sang Bulek. "Jangan pernah mengacungkan jarimu di depan wajah Ibu mertuaku! Beliau sudah sangat-sangat baik dalam mengajariku! Tapi aku begini karena ingin memberimu pelajaran. Bulek pikir aku akan diam saja dan memaafkan begitu saja perbuatan Bulek yang kurang ajar p

DMCA.com Protection Status