Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.
Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus tetap melanjutkan rencana konyolnya itu di karenakan dirinya yang tak ingin membuat Suci terlibat ke dalam penderitaan baru akibat ulahnya untuk yang ke sekian kali.Venus sadar semua ini tidak mudah untuk dia lalui, tapi demi kebaikan Suci, Venus harus melakukannya.Dengan mengusung tema pernikahan classic romance, pernikahan Venus dan Suci tampak menakjubkan.Suci yang tampak cantik dengan gaun brokat berdetail flower berkilauan bersanding di pelaminan dengan Venus yang mengenakan kemeja hitam berpadu dengan jas putih dan dasi kupu-kupu. Mereka terlihat begitu serasi.Hari itu Venus memang tak banyak bicara, dia lebih banyak diam saat sedang bersama Suci. Venus hanya tak ingin Suci curiga jika kenyataannya, malam nanti wanita itu harus bersanding dengan lelaki lain di kamar pengantinnya.Setelah seharian penuh acara resepsi digelar di sebuah aula hotel terelit dan termegah di Jakarta, malam harinya segenap keluarga besar Venus mengadakan acara barbeque di kediaman utama keluarga Diningrat.Sebuah rumah mewah bak istana di negeri dongeng yang nantinya akan menjadi tempat tinggal baru bagi Suci dan Venus. Sebuah rumah yang menjadi saksi tentang bagaimana kehidupan masa kecil Suci dan Venus dahulu.Malam ini, Suci tampil dengan busana formal yakni sebuah kebaya merah menyala. Suci turun bersama Venus setelah selesai di make over.Sebelah tangan Suci melingkar di pergelangan tangan Venus. Wajahnya yang cantik bak bidadari terlihat berbinar dan berseri-seri. Senyum di wajahnya terus terkembang. Bagi Suci, ini adalah hari paling istimewa dalam hidupnya."Duh, pengantin baru ini bener-bener bikin gemes deh, yang ceweknya cuantik, yang lelakinya guanteng, kita selfie dulu dong..." seru Tante Mika dengan penuh antusias.Beberapa keluarga tampak mendekat hendak berselfie ria dengan pasangan pengantin baru itu. Beberapa pose mereka coba.Puas berfoto, Suci dan Venus dibimbing Liliana untuk sekedar berbincang-bincang dengan para anggota keluarga lain yang sebelumnya memang belum mengenal Suci di karenakan kebanyakan dari mereka tinggal di luar negeri.Saat sedang asik bercakap dengan para kerabat jauh itu, tiba-tiba saja Venus meminta izin untuk mengangkat telepon.Roger yang meneleponnya.Venus pun berjalan menjauhi kerumunan manusia di taman rumah itu dan mencari tempat yang lebih sepi."Halo Roger, bagaimana? Sudah dapat kabar dari Mars?" tanya Venus memulai percakapan."Sudah Bos. Mars bilang sekarang dia sedang di daerah puncak, mengantar teman. Nanti malam dia pasti akan datang ke kediaman Diningrat seperti yang sudah di sepakati sebelumnya," jawab Roger dari seberang.Venus mendesah lega. "Baiklah kalau begitu, gue tunggu kedatangan dia di rumah malam ini.""Eh tapi Bos, bagaimana nanti dengan keluarga Bos sendiri? Apa mereka nggak akan curiga?" suara Roger terdengar khawatir."Mereka tahu kalau besok pagi-pagi sekali gue akan bertolak ke Maldives, lagi pula mereka semua orang-orang sibuk, malam ini setelah acara barbeque selesai mereka pasti langsung pulang semua dan masalah orang tua gue, malam ini juga mereka sudah harus kembali ke Swiss, karena lusa adalah jadwal operasi pertama Mama. Gue pastikan, sebelum Mars datang, rumah ini pasti sudah sepi," tutur Venus dengan yakinnya.Roger hanya ber-oh dengan sedikit perasaan lega yang hinggap di hatinya. Benar juga apa yang dikatakan oleh Tuan Venus."Lalu, bagaimana sama lo sendiri? Apa lo udah bersiap untuk mendampingi Mars dan Suci ke Maldives besok?"Roger tersenyum semringah. "Oh, kalau masalah itu sih jangan di tanya Bos, gue semangat banget malah buat pergi ke sana, hitung-hitung refreshing. Apalagi kalau gue di kasih izin bawa pasangan, pasti saya akan lebih senang lagi, Bos," ungkap Roger dengan seringai mesumnya.Venus tertawa hambar. "Lo pikir, gue mengirim lo ke sana untuk enak-enakan tidur dengan perempuan? Tugas lo di sana itu mengawasi Mars dan Suci! Gue nggak mau Mars cari-cari kesempatan untuk mengambil hati Suci!" ungkap Venus dengan gertakan keras di kedua rahangnya."Iya Bos, maaf. Gue kan cuma bercanda tadi, hehehe..." Roger terkekeh meski dalam hati dia keki setengah mati.Ya kali gue harus terus jadi obat nyamuk liatin Mars sama Suci mesra-mesraan!Lagian, si Venus ini emang udah nggak waras kayaknya! Jelas-jelas dia yang udah nyemplungin Suci ke kandang buaya, bisa-bisanya dia suruh orang untuk jagain buaya supaya nggak memakan Suci! Apes banget gue!Nggak ngerti deh, sama pikiran nih orang! Hadeh...Keluh Roger membatin.Sambungan telepon itu akhirnya terputus ketika Venus mendengar suara teriakan dari arah taman yang memanggil namanya. Itu suara sang Mama, Liliana.Venus pun bergegas ke taman untuk kembali berkumpul dengan para kerabatnya.*****Perkiraan Venus memang tidak pernah meleset.Mendekati pukul dua belas malam suasana kediaman Diningrat sudah terlihat sepi. Hanya ada para pekerja yang sedang membenahi rumah itu. Seluruh keluarga telah kembali ke kediaman masing-masing dikarenakan kesibukan mereka yang telah menanti di esok hari.Suci sudah berganti pakaian dengan pakaian tidur ketika dirinya diminta turun oleh Liliana dan Adhiguna.Saat itu Liliana hendak izin pamit untuk kembali terbang ke Swiss malam itu juga."Kamu jangan marah dong sayang, lusa jadwal operasi Mama yang pertama, sebenarnya sih Mama juga berat untuk ninggalin kamu di sini. Tapikan, besok juga kamu sama Venus mau bulan madu dan malam ini adalah malam pertama kalian, nggak mungkinkan kamu bakal sama Mama terus, iyakan Pa?" Liliana tertawa di akhir kalimatnya."Iya Suci. Semoga kalian bisa menikmati masa liburan kalian di Maldives ya? Papa dan Mama udah nggak sabar menunggu kabar baik dari kalian," tambah Adhiguna. Lelaki berkepala setengah botak itu melirik jahil ke arah sang anak yang sejak tadi hanya diam di sisi istrinya.Dalam sekejap, pipi Suci merona. Dia tertunduk malu, menyembunyikan senyumnya yang manis."Venus, ingat pesan Mama dan Papa, tolong jaga Suci baik-baik, oke? Awas kalau sampai terjadi sesuatu hal yang membuat Suci sedih, Mama nggak akan segan-segan untuk menghukum kamu," tegas Liliana setengah bercanda.Venus mencebik. Namun dia tetap diam."Oh ya Venus, nanti tolong kamu hubungi Dokter Sam di Amerika ya, tanyakan apa Donor mata untuk Suci sudah di dapat? Soalnya kemarin, dia sempat calling Papa tapi berhubung Papa sedang sibuk, jadi Papa tidak angkat. Waktu Papa telepon balik nomornya sudah tidak aktif," tutur Adhiguna.Venus mengangguk. "Baik Pa," jawabnya acuh."Mama dan Papa hati-hati di jalan ya, langsung kabari Suci kalau sudah sampai di Swiss," ucap Suci dengan linangan air matanya.Liliana memeluk Suci. Cukup lama mereka larut dalam momen haru, hingga akhirnya kedua orang tua itu pun pamit dari hadapan Suci dan Venus.Venus memang tidak mengantar sebab Liliana yang melarangnya. Liliana dan Adhiguna cukup tahu diri untuk tidak merusak momen berharga sepasang pengantin baru itu.Ketika mobil yang dikendarai Liliana dan Adhiguna sudah menghilang dari pandangan, Venus langsung beranjak dari teras dan masuk ke dalam tanpa sedikit pun memperdulikan Suci yang saat itu tampak kesulitan berjalan."Mas... Mas Venus..." panggil Suci yang terus meraba dengan tongkat di tangannya. Rumah ini sangat luas dan Suci belum hafal seluk beluknya."Mas... Mas Venus..." panggil Suci lagi, namun tak kunjung ada jawaban.Hingga akhirnya, Bi Lia datang menghampiri Suci dan membantunya berjalan menuju kamar pengantinnya."Mas Venus mana Bi?" tanya Suci ketika dia sudah di dudukkan oleh Bi Lia di sisi ranjang tempat tidurnya."Hmm, tadi sih Bibi liat Tuan sedang di ruang keluarga, Non.""Tadi kenapa Bibi nggak ajak aku ke situ aja?"Bi Lia terlihat gelisah. Dia bingung harus menjawab apa. Sebab, tadi Venus sendiri yang memerintahkannya untuk membawa Suci ke dalam kamar.Bukan rahasia lagi, bahwa setelah ini lelaki bernama Venus itu akan pergi meninggalkan pengantin wanitanya dengan seorang lelaki lain yang akan menggantikan posisinya di rumah ini.Seluruh pembantu dan pekerja rumah tangga termasuk para security sudah diberitahu masalah ini termasuk Bi Lia. Mulut mereka sudah dikunci oleh lembaran rupiah agar tidak ada satu pun yang mengadukannya pada Tuan dan Nyonya besar, yaitu Liliana dan Adhiguna.Selain itu, mereka juga diharuskan menandatangani berkas di atas hitam dan putih agar mereka tidak bisa berkutik dengan semua perjanjian yang sudah dibuat.Bi Lia adalah orang terakhir yang mengetahui hal itu karena sebelumnya dia memang tidak tinggal di kediaman utama keluarga Diningrat, melainkan tinggal bersama Suci.Wanita paruh baya itu sangat syok ketika tahu rencana Tuannya terhadap Suci, gadis yatim piatu yang selama ini diurus olehnya.Bahkan Bi Lia sempat menentang hal itu, tapi ancaman Venus yang akan memecat dirinya jika dia sampai buka mulut, membuat Bi Lia mundur perlahan.Apalah daya, dia hanya seorang pegawai kecil yang masih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di kampung, terlebih kini suaminya sudah tak bisa berbuat apa-apa setelah divonis terkena serangan stroke lima bulan yang lalu. Jadilah Bi Lia menjelma sebagai tulang punggung keluarga."Mungkin sebentar lagi Tuan Venus akan datang menyusul Non Suci ke sini," jawab Bi Lia mencari alasan. "Saya pamit dulu ya, Non. Kalau ada apa-apa panggil saya saja.""Iya, Bi. Terima kasih."Sepeninggal Bi Lia, Suci terdiam sesaat di tempatnya berada. Dia meraba seprai di kamar itu. Licin dan sangat halus. Pasti seprai ini berbahan sutra yang harganya sangat mahal.Lalu, tangan Suci menyentuh sesuatu di atas seprai, seperti taburan bunga.Saat dia mencium aromanya lebih dalam, harum bunga mawar terhirup oleh indra penciumannya. Ternyata, banyak sekali taburan kelopak bunga mawar di atas tempat tidur itu. Pantas kamar ini sangat wangi.Entah seperti apa indahnya suasana di dalam kamar pengantinnya itu, Suci hanya bisa menerka dalam bayangan.Malam ini, adalah malam yang mungkin tak akan pernah Suci lupakan seumur hidupnya.Di mana dirinya akan menyerahkan diri sepenuhnya pada sang suami tercinta.Malam ini, Suci akan melakukan yang terbaik agar Venus tak kecewa padanya.*****Hayo lohh...Penasaran???Kuy di vote dan koment yang buanyak...Salam herofah...Masa Setelah Prolog...Ini kali pertama Mars bertatap muka secara langsung dengan seorang konglomerat bernama Raja Venus Diningrat. Satu-satunya lelaki aneh yang pernah Mars kenal seumur hidupnya.Sosok Venus di mata Mars adalah seorang lelaki yang begitu gagah. Dengan kulitnya yang putih bersinar, bentuk tubuh yang atletis serta wajah yang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dari tatapan mata Venus, Mars sama sekali tak melihat adanya pancaran kebahagiaan di sana.Sorot mata itu memang terkesan dingin dan angkuh, tapi menyedihkan."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibay
Suci tahu, kini Venus sudah tertidur di sisinya.Jika boleh jujur, Suci jelas merasa gugup. Namun entah mengapa, rasa gugup itu perlahan kian menghilang tergantikan oleh rasa kecewa.Suci tak memungkiri ada sejumput harapan di sudut hatinya bahwa malam ini dirinya dan Venus bisa melewati malam pertama mereka layaknya pengantin baru kebanyakan. Bukannya justru tidur dengan saling memunggungi satu sama lain.Bukankah Suci sudah berjanji akan menjadi seorang istri yang baik untuk Venus?Jadi apa salahnya jika dia yang memulai lebih dulu? Toh hubungan mereka sudah halal.Mungkin hanya sekedar pelukan saja tidak mengapa bagi Suci. Setidaknya, dia ingin merasakan bagaimana hangatnya dekapan sang suami. Suci hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah siap untuk benar-benar menyerahkan diri seutuhnya pada Venus.Seandainya memang Venus yang belum siap, Suci akan menunggu.Tapi untuk malam ini, Suci ingin sekali merasakan pelukan Venus.Itu saja.Perlahan tapi pasti, Suci pun menggeser tubuhn
Malam kian larut.Tapi Venus masih asik berkutat dengan lamunannya di dalam mobil yang dia parkir di tepi danau.Dering ponselnya terus saja berbunyi tapi tak juga dia hiraukan.Tatapannya terus tertuju lurus ke depan. Ke hamparan danau luas dihadapannya. Dia mencengkram kuat setir mobilnya dengan ke dua tangan. Menunduk dalam tangis penyesalan.Salivanya tertelan dan rasanya sangat pahit. Sepahit nasibnya saat ini.Satu titik air mata lelaki itu terjatuh.Venus buru-buru menyekanya seraya meraup wajah kasar, lalu dia membuka pintu mobilnya. Hawa dingin angin malam seketika menerpa tubuhnya kala itu.Lelaki itu berjalan ke tepi danau dan terduduk sendirian di sana. Dia duduk di atas rerumputan. Hamparan langit biru yang menggelap seolah menjadi pelindung kegelisahannya.Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya?Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling indah bagi dirinya bersama Suci?Sesuatu yang bahkan telah menjadi impian Venus sejak lama.
"Nih!"Venus menerima sebungkus kecil bubuk putih dari seorang teman yang dikenalnya di jalanan."Apaan nih bang?" tanya Venus bingung."Lo bilang, lo mau jadi orang yang lebih percaya dirikan? Jadi pemberani, jadi lelaki sejati?" ucap Lelaki dihadapan Venus yang kini berprofesi sebagai bandar narkoba.Venus mengangguk."Pake itu, gue jamin semua keinginan lo bakal terwujud dalam sekejap mata," lelaki itu menyeringai licik.Venus kelihatan tertarik meski belum percaya sepenuhnya. "Ah, masa sih bang?" tanya Venus sambil terus meneliti barang haram di tangannya."Makanya di coba dulu! Entar kalo udah ngerasain efeknya, baru lo boleh komentar. Untuk yang pertama ini gue kasih gratis ke lo, kalo emang nggak terbukti ampuh, lo boleh balikin ke gue,"Dan itulah, hari pertama dimana Venus mulai terlibat dalam pergaulan bebas.Berawal dari penggunaan narkoba itulah Venus perlahan menjelma menjadi sosok lelaki sejati versi dirinya sendiri.Dan sejak saat itu, Venus yang masih terus berusaha dal
"Kamu dari mana saja Hanni? Sudah dua hari tidak pulang!" tanya sebuah suara dari arah ruang tamu ketika Hanni masuk sambil berjalan mengendap-endap seperti maling ke dalam rumahnya sendiri.Hanni terkekeh pelan. "Eh Papa," ucapnya dengan cengiran lebar. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat mendapati aksinya yang dipergoki Raditya, sang Ayah."Biasalah Pah ada tugas kampus numpuk, makanya kemarin Hanni nginep di rumah temen," ucap Hanni beralasan."Kamu tidak usah membohongi Papa Hanni! Dengan pakaian serapi ini, mana mungkin kamu hanya pergi mengerjakan tugas? Hah?" Raditya mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan beberapa gambar Hanni yang tertangkap sedang bersama seorang lelaki di apartemen elit."Kamu masih berhubungan dengan lelaki ini?" tanya Raditya dengan tatapan sinis. "Dia bahkan sudah menikah dengan wanita lain, dan kamu pun menghadiri acara pernikahannya kan malam ini? Tapi, kenapa kamu masih saja berhubungan dengannya?"Hanni berdecak, "Pa, hubungan Hanni dan
Operasi transplantasi Jantung Hita berhasil.Dokter Jihan mengatakan kalau Hita akan pulih total dalam jangka satu sampai dua bulan ke depan. Tentunya dengan beberapa persyaratan yang harus Hita jalani.Selain menjaga pola makan sehat, Hita di wajibkan menjaga pola hidup sehat dan tidak diperbolehkan melakukan aktifitas berat terlebih dahulu. Check up rutin akan terus di jadwalkan oleh Dokter Jihan hingga enam bulan pertama pasca operasi.Saat ini, Hita masih dalam pengawasan tim medis hingga 24 jam ke depan karena operasi baru saja dilakukan. Saat itu, Hita sudah dipindah ke ruang ICU.Selang-selang infus dan bantuan pernapasan masih terpasang di tubuhnya.Pagi-pagi buta, Mars sudah berangkat ke rumah sakit sebelum Suci terbangun dari tidur. Lelaki itu masuk ke dalam ruangan ICU setelah tim medis memberinya izin untuk membesuk. Itu pun hanya diperbolehkan sebentar saja."Kak..." sapa Hita mencoba tersenyum meski wajahnya terasa kaku. Sekujur tubuhnya nyeri efek operasi karena obat bi
Seharian ini kegiatan Mars dan Suci cukup padat.Mereka puas menikmati suasana pantai berhias pasir putih yang membentang dari ujung ke ujung.Berselfie ria dengan berbagai spot menarik.Hampir semua aktivitas di Maldives terasa menyenangkan jika dilakukan bersama sang pasangan tercinta.Itulah yang dirasakan Suci saat ini. Perhatian Mars dengan segala keromantisan lelaki itu membuat hati Suci kian meleleh.Meski pun kegiatan mereka hanya berlayar di perairan biru dengan perahu atau sekedar berjalan-jalan santai di pantai, namun bagi Suci tak ada pengalaman yang lebih indah dari hari ini. Suci sangat menikmati kebersamaannya dengan sang Suami.Ada sejumlah pulau cantik di Maldives, seperti Pulau Male, Pulau Hulhumale, Pulau Biyadhoo, Pulau Finalhohi, Pulau Maafushi, dan masih banyak lagi. Setiap pulau memiliki daya tarik tersendiri. Seperti halnya pulau yang sesorean tadi berhasil di eksplor oleh Mars dan Suci.Menjelang waktu maghrib, perahu layar mereka pun beranjak dari tepi pantai
Liliana baru saja memasuki ruang therapy mental di salah satu rumah sakit terkemuka di Swiss.Seperti biasa, Adhiguna tak pernah absen menemani sang istri tercinta untuk menjalani pengobatan penyakit langka yang di derita Liliana.Adhiguna menunggu dengan sabar di ruang rawat inap sang istri sambil mengecek gawainya.Dia tampak menghubungi seseorang."Halo, Bi Lia?""Ya Tuan, ada apa?" sahut suara Bi Lia di seberang."Venus dan Suci sedang apa?" tanya Adhiguna.Cukup lama Bi Lia tidak menyahut. Hingga Adhiguna mengulang pertanyaannya."Ada apa Bi? Semua baik-baik sajakan?" cecar Adhiguna, hati lelaki paruh baya itu mendadak resah."Ng...ng... Se-sebenarnya, saya tidak ikut pergi ke Maldives, Tuan. Sebab, Tuan Venus yang melarang saya untuk ikut. Tuan Venus bilang, dia sudah meminta Roger, asisten pribadinya untuk menemani mereka di sana," jawab Bi Lia, suaranya terdengar takut.Adhiguna sungguh terkejut. Kedua bola mata lelaki itu melotot marah."Kenapa kamu tidak lapor pada saya? Say
Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te
SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s
Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta
Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi
Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet
Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,
"Aku ke sini, karena ingin bertanggung jawab atas perbuatanku padamu, juga pada Adrian," ucap Venus begitu dirinya dan Jasmine kini sudah berada di teras kediaman Yuda, ayah Jasmine.Masih memasang wajah angkuh, bahkan dalam ketidakberdayaannya sekarang, Jasmine masih saja merasa gengsi jika harus kembali bergantung dengan Venus, karena yang dia tahu, hidup Venus pun sekarang susah setelah lelaki itu dibuang dari keluarga Diningrat."Aku memiliki sedikit tabungan, mungkin bisa digunakan untuk biaya pernikahan kita, Jasmine," ucap Venus lagi meski sampai detik ini, Jasmine tetap saja membisu."Ini amanat dari almarhum Papaku, beliau ingin aku membawa dirimu dan Adrian pulang ke desa, tinggal bersamaku di rumahnya, mengurus perkebunan dan peternakan yang Papa berikan padaku," tambah Venus lagi."Apa kamu bersedia Jasmine?" tanya Venus kemudian dengan segala harapan bahwa dengan hidup bersama Jasmine, Venus bisa melupakan perasaannya terhadap Suci yang semakin hari semakin membuatnya ter
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN...Waktu berlalu begitu cepat.Musim berganti, meninggalkan banyak cerita, manis dan pahit.Cerita tentang kehilangan, kesedihan dan penyesalan. Juga, cerita tentang kebahagiaan atas berkumpulnya kembali keluarga yang telah lama terpisahkan.Suci dengan Dandi, kakak kandungnya, serta Venus dengan Raditya yang merupakan Ayah kandungnya, meski, Raditya akhirnya berpulang tak lama setelah pertemuannya dengan sang anak.Raditya wafat dalam tenang setelah dirinya menceritakan semua kisah masa lalu rumit yang dia alami dahulu, yakni mengenai alasan mengapa dia bisa dengan tega memberikan Venus pada keluarga Diningrat.Pada akhirnya, semua rahasia terungkap, termasuk siapa sebenarnya orang tua kandung Hanni yang juga tak luput dari cerita Raditya pada Venus.Kini, hidup Venus tenang di desa.Meski, dirinya masih saja terngiang-ngiang akan amanat yang diberikan Raditya sebelum sang Ayah berpulang, agar Venus lekas menyelesaikan masalah masa lalunya dengan wanita bernam
Seorang wanita dengan pakaian lusuhnya tampak memasuki sebuah mobil mewah yang dia parkirkan di lahan parkir sepi.Mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang lebih bagus dan seksi, wanita itu membersihkan noda di wajahnya dan bermake up layaknya wanita kelas atas.Dengan pulasan make up tebal dan lipstik merah menyalanya, wanita itu tersenyum tipis saat ingatannya kembali teringat pada aksi sandiwaranya saat dia berusaha menarik simpatik lelaki bernama Dandi di kantor polisi tadi.Berkat air mata palsu dan ketidak berdayaannya, Hanni berhasil membuat Dandi percaya dengan apa yang dia katakan, lalu membebaskannya dari tahanan dan tak sampai di situ, bahkan Dandi berjanji, akan segera menghubungi Hanni jika dirinya mendapat kabar mengenai keberadaan Venus saat ini.Malam itu, Hanni melajukan kendaraan mewah milik seorang lelaki paruh baya yang sudah berhasil dia tipu setelah dia memasang badan di hadapan lelaki bodoh haus belaian itu.Seperti halnya yang sudah dia lakukan di Swiss d