Seorang lelaki masih asik menikmati sebotol vodka di tangan. Menenggaknya hingga habis lalu kembali memesan botol berikutnya.
Suara dentuman house music dan cahaya lampu disco membuat dirinya yang mulai teler ikut menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik.Di tengah usahanya untuk mencoba menikmati asiknya irama disco, siluet bayangan seorang pelacur murahan yang telah berani mempermainkan dirinya terus saja teringat dalam ingatannya."Brengsek!" Venus menggeram. Dia membanting botol Vodka ke meja bar hingga menarik perhatian beberapa pengunjung Club lain."Kenapa Bos? Kok marah-marah?" tanya Kevin sang bartender Club."Nggak apa-apa!" jawab Venus acuh. Dia kembali menenggak minumannya."Tumben udah satu bulan nggak booking barang koleksi Mami Talita. Banyak barang baru loh Bos, bening-bening, mulus, bodynya kayak gitar spanyol," beritahu Kevin, lelaki itu terkekeh pelan.Venus tersenyum kecut."Gue lagi puasa," sahutnya dengan suara lantang lalu dia tertawa.Kevin jadi geleng-geleng kepala. Venus tampaknya sudah mabuk berat. Bahkan lelaki itu sudah tak kuat menopang berat kepalanya sendiri yang kini terkulai lemah di atas meja bar."Liat aja Amanda, gue pasti bakal temuin lo! Gue bakal bunuh lo! AMANDA BRENGSEK! CEWEK SIALAN! PELACUR MURAHAN!"Kevin masih memperhatikan Venus yang terus saja meracau sendiri. Tidak jelas.Entah siapa Amanda yang dimaksud Venus itu, Kevin sama sekali tidak perduli.Dan kalau sudah begini, cuma Hanni yang bisa Kevin hubungi untuk membawa Venus pulang.Masih di lokasi yang sama dan waktu yang sama, seorang wanita berpakaian minim terlihat asik meneguk alkohol di tangan. Dirinya duduk di salah satu bangku kosong di dalam Club yang jaraknya cukup jauh dari meja Bar, tempat di mana Venus kini berada.Tatapannya tak lepas dari sosok Venus yang terlihat mabuk berat.Sebuah senyuman sinis terukir dari wajah sensualnya.Selang beberapa detik, seorang lelaki paruh baya datang di sisi wanita itu."Hai Sonia sayang..." sapa lelaki itu sembari membelai pipi wanita bernama Sonia itu."Hai, Om..." ucap Sonia dengan senyuman manis.Sonia memeluk lelaki itu.Tatapannya masih tertuju ke arah Venus.Sebuah senyuman miring terbit tatkala dilihatnya keadaan Venus yang terlihat menyedihkan.*****Pagi harinya Venus terbangun dengan kepalanya yang berat dan sakit.Dia menemukan dirinya sudah berada di kamar apartemennya dalam kondisi tubuh tanpa busana!Shit!Venus buru-buru bangkit dari ranjangnya dan mengambil pakaian di lemari. Lalu keluar dari kamarnya.Dia memang tidak terlalu kaget mendapati keadaannya yang seperti ini bahkan hampir setiap hari.Sejak beberapa hari yang lalu.Sejak hari di mana semua ingatan masa lalunya kembali.Dan kejadian mengenaskan yang sudah dia alami akibat perbuatan seorang pelacur brengsek bernama Amanda membuat pikiran Venus semakin frustasi!Kejadian malam itu benar-benar membuatnya hampir gila!Cuma gara-gara pelacur sialan yang bahkan Venus sendiri tidak tahu di mana rimbanya wanita itu sekarang. Dan hebatnya, bukan hanya Venus saja yang sudah berhasil ditipu oleh Amanda, tapi Roger pun ikut terkena sasaran.*"Serius Bos, gue booking dia dari Mami Talitha seperti biasa. Namanya Amanda Gracia. Kata Mami Talitha, dia emang anak baru di Club," jelas Roger saat Venus mengkonfirmasi soal Amanda pada sang asisten."Tapi, kenapa Mami Talitha bisa nggak kenal sama tuh cewek? Hah? Lo jangan coba-coba tipu gue ya Roger? Lo tau siapa gue? Lo mau cari mati? Hah?" Ancam Venus geram."Slow, santai, Bos. Lo tau kan, gue kerja sama lo bukan setahun dua tahun, tapi udah lima tahun kita sama-sama, jadi mana mungkin gue berani mengkhianati lo, Bos. Oke, gue akan cari perempuan itu sampai dapat. Lo tenang aja!"*Itulah sebagian isi percakapan antara Venus dan Roger sewaktu Venus mencari keberadaan Amanda di Club malam Mami Talitha, yang merupakan Germo langganan Venus.Sialnya, setelah mendapati konfirmasi dari Mami Talitha, ternyata, Amanda yang mendatangi Venus malam itu bukanlah Amanda anak buah Mami Talitha. Mereka orang yang berbeda. Dan Mami Talitha sama sekali tidak tahu menahu soal siapa wanita bernama Amanda yang Venus maksudkan itu.*"Makanya lo jangan kebanyakan mabok, Nus. Masa bedain muka cewek aja sampe nggak bisa? Ini Amanda, anak gue, yang malem itu lo booking," ucap Mami Talitha saat itu.Kepala Venus menggeleng. "Bukan, Mi. Ini bukan cewek yang datengin gue ke hotel malam itu." Akunya kekeuh. Tatapan Venus tertuju pada sosok Amanda di sisi Mami Talitha. "Gue tanya sekali lagi, lo nggak pernah datengin gue ke hotel malem itu kan? Nggak usah bohong! Gue punya bukti CCTV hotel!"Wanita bernama Amanda itu terdiam dan menunduk. Seperti orang ketakutan.Hingga akhirnya, dia pun bicara juga."Mi, maafin Manda ya? Malam itu, Manda memang nggak datengin Pak Venus ke hotel, karena ada hal penting yang harus Manda urus di luar.""Apa?" Mami Talitha tampak terkejut."Maaf Mi, sebenernya Manda mau bilang dari kemarin-kemarin, tapi pas liat Mami nggak marah sama Manda, makanya Manda diem aja jadinya," jawab Amanda takut-takut.*Dan dari semua kejadian itu, Venus dan Roger pun bisa mengambil kesimpulan bahwa wanita yang mengaku bernama Amanda dan menyamar sebagai pelacur yang sudah dibooking Venus malam itu adalah orang yang memang sengaja ingin menjebak Venus.Sialnya, sampai detik ini, Venus belum berhasil menemukan di mana keberadaan wanita brengsek itu!"Gue Kan udah bilang, lo nggak perlu ngelakuin ini semua ke gue, Han!" omel Venus pada Hanni yang terlihat sedang menyiapkan sarapan di dapur saat Venus menghampirinya."Lo nggak usah kepedean! Gue bukain baju lo karena semalem lo itu muntah! Mana banyak banget lagi!" balas Hanni sama jengkel.Hanni benar-benar kesal melihat tingkah Venus yang semakin hari semakin tidak karuan.Hanni dan Venus, adalah sepasang manusia yang menjalin hubungan sebatas persahabatan. Tidak lebih dari itu. Meski terkadang apa yang terlihat justru mengatakan sebaliknya.Hanni yang bisa dengan leluasa keluar masuk apartemen Venus bahkan sampai menginap berhari-hari di sana. Sementara Venus sendiri seringkali menghajar para lelaki brengsek yang sudah berani melecehkan Hanni.Jika dilihat dengan mata telanjang, mungkin orang akan mengira mereka itu berpacaran, tapi pada kenyataannya, sejauh ini mereka masih bertahan dengan hubungan persahabatan itu.Hanni dan Venus adalah dua anak manusia yang dipertemukan karena memiliki banyak kesamaan dalam hidup mereka.Sama-sama suka Clubbing. Sama-sama penganut seks bebas. Dan sama-sama pengkonsumsi Narkoba, pada awalnya. Namun ketika satu tahun lalu mereka pernah digerebek sewaktu pesta narkoba di apartemen pribadi Hanni, sejak saat itulah mereka kapok dan memutuskan untuk berhenti menggunakan barang haram itu."Tapi lo taukan kondisi gue sekarang! Harusnya lo nggak perlu melakukan ini Han," ada keputusasaan di dalam suara Venus. Lelaki itu terduduk di kursi meja makan sambil sesekali meremas kepalanya yang sakit.Hanni menyodorkan obat anti pengar pada Venus. Dia sedang terburu-buru dan malas menanggapi ocehan Venus. "Minum dulu obatnya, makan, terus lo bisa istirahat lagi. Gue mau berangkat ke kampus," kata Hanni. Dia membuka celemeknya lalu pergi.Venus menatap kepergian Hanni.Makasih, Han...Gumam Venus, dalam hati.Tak dipungkiri, keberadaan Hanni di sisinya selama ini cukup mengambil peran penting dalam hidup Venus. Terlebih, hanya Hanni lah yang selama ini selalu ada untuknya di saat Venus merasa kesepian.Awalnya, sebelum semua ingatannya kembali, Venus berpikir dia menyukai Hanni, tapi, semua berbeda saat kini dia sudah mengingat semua tentang masa lalunya bersama Suci.Venus kini tau hatinya sudah menjadi milik siapa, dan yang jelas, wanita itu bukanlah Hanni.Setelah meminum obat yang diberikan Hanni lalu makan, Venus pun kembali ke kamar untuk tidur.Saat itu, dia mendapati sebuah panggilan masuk di ponselnya setibanya dia di kamar.Daddy Calling...Ternyata itu telepon dari sang Papa.Venus mengangkat telepon itu malas-malasan."Hallo Pa, ada apa?" tanya Venus sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang."Kamu benar-benar keterlaluan ya, Venus!"Venus meringis mendengar bentakan kencang sang Papa di seberang sampai-sampai dia langsung menjauhkan ponsel di tangannya dari telinga."Kenapa sih Pa?" tanya Venus acuh tak acuh."Mamamu bilang, kalau kamu sudah memperlakukan Suci dengan tidak baik saat dia sudah berniat baik memberimu surprise ulang tahun? Benar begitu?"Venus terdiam, tak sama sekali mampu menyangkalnya karena memang dia sudah bersalah."Pokoknya Papa dan Mama nggak mau dengar alasan apa pun! Kamu harus temui Suci secepatnya dan minta maaf! Jangan sakiti perasaan Suci lagi, mengerti?" omel sang Papa lagi."Iya, Pa," jawab Venus pelan sebelum akhirnya Adhiguna memutus sambungan teleponnya.Venus mengesah berat setelah melempar asal ponselnya ke atas tempat tidur.Lelaki itu memejamkan mata sejenak sambil memijat pangkal hidungnya.Tubuhnya terasa lelah.Sangat lelah!Mungkin efek karena terlalu lama dia tidak lagi merasakan hangatnya pelukan wanita setelah insiden yang terjadi antara dirinya dengan pelacur bernama Amanda itu.Kebutuhan biologisnya yang sulit terbendung membuat Venus seringkali sulit fokus pada pekerjaannya. Tidak bisa melihat perempuan dengan pakaian terbuka sedikit, birahinya langsung memuncak!Sialnya, kejadian satu bulan lalu pasca dirinya tidur bersama pelacur bernama Amanda itu membuatnya kehilangan naluri kelelakiannya. Kehilangan gairah seksnya.Dan itulah alasan kenapa sampai detik ini Venus tetap memilih untuk meneruskan rencana gilanya dengan menyewa Mars demi menggantikan dirinya sebagai suami Suci. Setidaknya, sampai Suci bisa hamil dan memberikan cucu untuk kedua orang tuanya.Venus sudah menjadi penyebab Suci kehilangan penglihatannya, kini, dia jelas tak mau Suci menjadi korban atas keegoisan dan kebodohannya, jika dia sampai harus menyentuh Suci.Venus sadar dirinya tak akan bisa mewujudkan hal itu dengan keadaannya sekarang.Biarlah, dia yang akan menanggung beban rasa sakit dan bersalah ini, sendirian...Mungkin, inilah yang disebut sebagai hukum karma yang berlaku, untuknya!*****Siapa yang masih penasaran?Vote dan koment ya...Salam Herofah...Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus t
Masa Setelah Prolog...Ini kali pertama Mars bertatap muka secara langsung dengan seorang konglomerat bernama Raja Venus Diningrat. Satu-satunya lelaki aneh yang pernah Mars kenal seumur hidupnya.Sosok Venus di mata Mars adalah seorang lelaki yang begitu gagah. Dengan kulitnya yang putih bersinar, bentuk tubuh yang atletis serta wajah yang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dari tatapan mata Venus, Mars sama sekali tak melihat adanya pancaran kebahagiaan di sana.Sorot mata itu memang terkesan dingin dan angkuh, tapi menyedihkan."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibay
Suci tahu, kini Venus sudah tertidur di sisinya.Jika boleh jujur, Suci jelas merasa gugup. Namun entah mengapa, rasa gugup itu perlahan kian menghilang tergantikan oleh rasa kecewa.Suci tak memungkiri ada sejumput harapan di sudut hatinya bahwa malam ini dirinya dan Venus bisa melewati malam pertama mereka layaknya pengantin baru kebanyakan. Bukannya justru tidur dengan saling memunggungi satu sama lain.Bukankah Suci sudah berjanji akan menjadi seorang istri yang baik untuk Venus?Jadi apa salahnya jika dia yang memulai lebih dulu? Toh hubungan mereka sudah halal.Mungkin hanya sekedar pelukan saja tidak mengapa bagi Suci. Setidaknya, dia ingin merasakan bagaimana hangatnya dekapan sang suami. Suci hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah siap untuk benar-benar menyerahkan diri seutuhnya pada Venus.Seandainya memang Venus yang belum siap, Suci akan menunggu.Tapi untuk malam ini, Suci ingin sekali merasakan pelukan Venus.Itu saja.Perlahan tapi pasti, Suci pun menggeser tubuhn
Malam kian larut.Tapi Venus masih asik berkutat dengan lamunannya di dalam mobil yang dia parkir di tepi danau.Dering ponselnya terus saja berbunyi tapi tak juga dia hiraukan.Tatapannya terus tertuju lurus ke depan. Ke hamparan danau luas dihadapannya. Dia mencengkram kuat setir mobilnya dengan ke dua tangan. Menunduk dalam tangis penyesalan.Salivanya tertelan dan rasanya sangat pahit. Sepahit nasibnya saat ini.Satu titik air mata lelaki itu terjatuh.Venus buru-buru menyekanya seraya meraup wajah kasar, lalu dia membuka pintu mobilnya. Hawa dingin angin malam seketika menerpa tubuhnya kala itu.Lelaki itu berjalan ke tepi danau dan terduduk sendirian di sana. Dia duduk di atas rerumputan. Hamparan langit biru yang menggelap seolah menjadi pelindung kegelisahannya.Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya?Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling indah bagi dirinya bersama Suci?Sesuatu yang bahkan telah menjadi impian Venus sejak lama.
"Nih!"Venus menerima sebungkus kecil bubuk putih dari seorang teman yang dikenalnya di jalanan."Apaan nih bang?" tanya Venus bingung."Lo bilang, lo mau jadi orang yang lebih percaya dirikan? Jadi pemberani, jadi lelaki sejati?" ucap Lelaki dihadapan Venus yang kini berprofesi sebagai bandar narkoba.Venus mengangguk."Pake itu, gue jamin semua keinginan lo bakal terwujud dalam sekejap mata," lelaki itu menyeringai licik.Venus kelihatan tertarik meski belum percaya sepenuhnya. "Ah, masa sih bang?" tanya Venus sambil terus meneliti barang haram di tangannya."Makanya di coba dulu! Entar kalo udah ngerasain efeknya, baru lo boleh komentar. Untuk yang pertama ini gue kasih gratis ke lo, kalo emang nggak terbukti ampuh, lo boleh balikin ke gue,"Dan itulah, hari pertama dimana Venus mulai terlibat dalam pergaulan bebas.Berawal dari penggunaan narkoba itulah Venus perlahan menjelma menjadi sosok lelaki sejati versi dirinya sendiri.Dan sejak saat itu, Venus yang masih terus berusaha dal
"Kamu dari mana saja Hanni? Sudah dua hari tidak pulang!" tanya sebuah suara dari arah ruang tamu ketika Hanni masuk sambil berjalan mengendap-endap seperti maling ke dalam rumahnya sendiri.Hanni terkekeh pelan. "Eh Papa," ucapnya dengan cengiran lebar. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat mendapati aksinya yang dipergoki Raditya, sang Ayah."Biasalah Pah ada tugas kampus numpuk, makanya kemarin Hanni nginep di rumah temen," ucap Hanni beralasan."Kamu tidak usah membohongi Papa Hanni! Dengan pakaian serapi ini, mana mungkin kamu hanya pergi mengerjakan tugas? Hah?" Raditya mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan beberapa gambar Hanni yang tertangkap sedang bersama seorang lelaki di apartemen elit."Kamu masih berhubungan dengan lelaki ini?" tanya Raditya dengan tatapan sinis. "Dia bahkan sudah menikah dengan wanita lain, dan kamu pun menghadiri acara pernikahannya kan malam ini? Tapi, kenapa kamu masih saja berhubungan dengannya?"Hanni berdecak, "Pa, hubungan Hanni dan
Operasi transplantasi Jantung Hita berhasil.Dokter Jihan mengatakan kalau Hita akan pulih total dalam jangka satu sampai dua bulan ke depan. Tentunya dengan beberapa persyaratan yang harus Hita jalani.Selain menjaga pola makan sehat, Hita di wajibkan menjaga pola hidup sehat dan tidak diperbolehkan melakukan aktifitas berat terlebih dahulu. Check up rutin akan terus di jadwalkan oleh Dokter Jihan hingga enam bulan pertama pasca operasi.Saat ini, Hita masih dalam pengawasan tim medis hingga 24 jam ke depan karena operasi baru saja dilakukan. Saat itu, Hita sudah dipindah ke ruang ICU.Selang-selang infus dan bantuan pernapasan masih terpasang di tubuhnya.Pagi-pagi buta, Mars sudah berangkat ke rumah sakit sebelum Suci terbangun dari tidur. Lelaki itu masuk ke dalam ruangan ICU setelah tim medis memberinya izin untuk membesuk. Itu pun hanya diperbolehkan sebentar saja."Kak..." sapa Hita mencoba tersenyum meski wajahnya terasa kaku. Sekujur tubuhnya nyeri efek operasi karena obat bi
Seharian ini kegiatan Mars dan Suci cukup padat.Mereka puas menikmati suasana pantai berhias pasir putih yang membentang dari ujung ke ujung.Berselfie ria dengan berbagai spot menarik.Hampir semua aktivitas di Maldives terasa menyenangkan jika dilakukan bersama sang pasangan tercinta.Itulah yang dirasakan Suci saat ini. Perhatian Mars dengan segala keromantisan lelaki itu membuat hati Suci kian meleleh.Meski pun kegiatan mereka hanya berlayar di perairan biru dengan perahu atau sekedar berjalan-jalan santai di pantai, namun bagi Suci tak ada pengalaman yang lebih indah dari hari ini. Suci sangat menikmati kebersamaannya dengan sang Suami.Ada sejumlah pulau cantik di Maldives, seperti Pulau Male, Pulau Hulhumale, Pulau Biyadhoo, Pulau Finalhohi, Pulau Maafushi, dan masih banyak lagi. Setiap pulau memiliki daya tarik tersendiri. Seperti halnya pulau yang sesorean tadi berhasil di eksplor oleh Mars dan Suci.Menjelang waktu maghrib, perahu layar mereka pun beranjak dari tepi pantai
Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te
SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s
Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta
Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi
Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet
Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,
"Aku ke sini, karena ingin bertanggung jawab atas perbuatanku padamu, juga pada Adrian," ucap Venus begitu dirinya dan Jasmine kini sudah berada di teras kediaman Yuda, ayah Jasmine.Masih memasang wajah angkuh, bahkan dalam ketidakberdayaannya sekarang, Jasmine masih saja merasa gengsi jika harus kembali bergantung dengan Venus, karena yang dia tahu, hidup Venus pun sekarang susah setelah lelaki itu dibuang dari keluarga Diningrat."Aku memiliki sedikit tabungan, mungkin bisa digunakan untuk biaya pernikahan kita, Jasmine," ucap Venus lagi meski sampai detik ini, Jasmine tetap saja membisu."Ini amanat dari almarhum Papaku, beliau ingin aku membawa dirimu dan Adrian pulang ke desa, tinggal bersamaku di rumahnya, mengurus perkebunan dan peternakan yang Papa berikan padaku," tambah Venus lagi."Apa kamu bersedia Jasmine?" tanya Venus kemudian dengan segala harapan bahwa dengan hidup bersama Jasmine, Venus bisa melupakan perasaannya terhadap Suci yang semakin hari semakin membuatnya ter
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN...Waktu berlalu begitu cepat.Musim berganti, meninggalkan banyak cerita, manis dan pahit.Cerita tentang kehilangan, kesedihan dan penyesalan. Juga, cerita tentang kebahagiaan atas berkumpulnya kembali keluarga yang telah lama terpisahkan.Suci dengan Dandi, kakak kandungnya, serta Venus dengan Raditya yang merupakan Ayah kandungnya, meski, Raditya akhirnya berpulang tak lama setelah pertemuannya dengan sang anak.Raditya wafat dalam tenang setelah dirinya menceritakan semua kisah masa lalu rumit yang dia alami dahulu, yakni mengenai alasan mengapa dia bisa dengan tega memberikan Venus pada keluarga Diningrat.Pada akhirnya, semua rahasia terungkap, termasuk siapa sebenarnya orang tua kandung Hanni yang juga tak luput dari cerita Raditya pada Venus.Kini, hidup Venus tenang di desa.Meski, dirinya masih saja terngiang-ngiang akan amanat yang diberikan Raditya sebelum sang Ayah berpulang, agar Venus lekas menyelesaikan masalah masa lalunya dengan wanita bernam
Seorang wanita dengan pakaian lusuhnya tampak memasuki sebuah mobil mewah yang dia parkirkan di lahan parkir sepi.Mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang lebih bagus dan seksi, wanita itu membersihkan noda di wajahnya dan bermake up layaknya wanita kelas atas.Dengan pulasan make up tebal dan lipstik merah menyalanya, wanita itu tersenyum tipis saat ingatannya kembali teringat pada aksi sandiwaranya saat dia berusaha menarik simpatik lelaki bernama Dandi di kantor polisi tadi.Berkat air mata palsu dan ketidak berdayaannya, Hanni berhasil membuat Dandi percaya dengan apa yang dia katakan, lalu membebaskannya dari tahanan dan tak sampai di situ, bahkan Dandi berjanji, akan segera menghubungi Hanni jika dirinya mendapat kabar mengenai keberadaan Venus saat ini.Malam itu, Hanni melajukan kendaraan mewah milik seorang lelaki paruh baya yang sudah berhasil dia tipu setelah dia memasang badan di hadapan lelaki bodoh haus belaian itu.Seperti halnya yang sudah dia lakukan di Swiss d