"Emang ada perjanjiannya, Bu?" tanya Bu Ambar yang membuat Bu Nuri dan Fatih saling pandang. Keduanya lantas menggeleng menjawab pertanyaan Bu Ambar. "Ya kalau gak ada perjanjiannya ngapain takut? Meski ada perjanjiannya juga kalau masalah hutang piutang tetap gak bisa diusut, Bu. Jadi, ngapain Ibu takut kalau dia nagih tinggal jawab aja kan Ibu gak pernah minta.""Eh, bener juga ya apa kata Bu Ambar. Wah kok saya malah baru tau.""Yah, Bu Nuri mah punya ponsel pintar digunakan sebagaimana mestinya dong. Kita kan bisa googling tuh di web untuk informasi yang kita butuhkan.""Apa, Bu? Guling? Guling web apa itu artinya?" Fatih menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gat mendengar jawaban sang Ibu yang terkesan kudet banget. "Astaga Bu Nuri. Bukan guling wrb tapi gugling web. Alias cari informasi di web gitu atau di mbah google. Di sana biasanya banyak informasi apa saja ada sesuai yang kita butuhkan. Saya yakin Mas Fatih pasti tau kan caranya? Nah itu kan bisa dipakai acuan. Saya yakin
TokTokTokPintu rumah kontrakan Kinan dan Andra terdengar diketuk. Kinan dan Andra yang baru saja pulang dari berjalan-jalan pagi karena kebetulan ada acara car free day di dekat rumah mereka membuat Kinan ingin jajan di sana mendadak menoleh ke arah pintu yang terdengar tadi. "Siapa ya, Mas?""Gak tau, Dek.""Yaudah biar aku buka aja, Mas. Kamu kalau mau mandi ya mandi aja gak apa-apa." Andra tersenyum sembari mengelus kepala Kinan. Kinan pun bergegas menuju ke pintu dan membukakannya. Dan ternyata yang datang je rumahnya adalah Bu Eli dengan membawa sebuah mangkuk di tangannya. "Eh, Bu Eli, ada apa ya?""Mbak Kinan ini tadi malam kan saya ada acara arisan keluarga di rumah saya. Nah kebetulan masih ada sisa, ini masih bagus juga sudah saya panaskan. Nih buat Mbak Kinan soalnya saya yakin pasti Mbak Kinan belum pernah makan makanan yang enak ini deh.""Oh terima kasih ya, Bu. Nanti mangkunya akan saya antarkan setelah saya cuci." Kinan mengirim mangkuk berisi sayur yang masih ter
Yah, maklum lah namanya juga orang miskin kan. Cuma penjual ayam geprek pinggiran aja. Paling juga berapa sih ya kan duitnya." Telinga Kinan mendengar ucapan Bu Eli pada teman-temannya itu. Ia merasa panas dan geram. Kinan pun bergegas mendekati dan ….Byur. Kinan menyiramkan kuah soto basi yang ada di dalam mangkok yang dikasih Bu Eli tadi setengah. Sedangkan yang setengahnya lagi sengaja ia sisihkan agar teman-temannya Bu Eli tahu kalau makanan yang ia kasih sudah tidak layak konsumsi. "Apa-apaan kamu Kinan! Dasar kurang ajar!" "Kenapa?! Gak terima! Siapa suruh kamu kasih aku makanan basi ha! Kamu pikir aku tong sampah apa?! Timbang kuah soto basi aja belagunya bukan main. Sok berkoar-koar yang paling dermawan. Cih!""Sialan kamu ya! Brengsek! Kamu memang tong sampah soalnya kamu itu miskin tau gak!""Mbak Kinan kenapa siram Bu Eli pakai itu? Seharusnya terima kasih dong kalau sudah dikasih makanan. Bu Eli itu kan orangnya dermawan jadi gak mungkinlah dia begitu.""Yakin? Kamu bu
"Kinan sialan! Awas aja kamu ya!" "Huh rasakan itu biar dia tau kalau aku si Kinan yang gak bisa dianggap remeh. Seenaknya saja ngasih-ngasih makanan bekas. Dikiranya aku ayam apa." Kinan berjalan pulang sembari bersungut-sungut. Namun, saat di jalan ia berpapasan dnegan Andra. "Lho, Mas, kamu mau kemana?""Lho, Dek? Udah selesai?" Dahi Kinan mengernyit mendapati ucapan Andra. "Apanya yang udah selesai sih, Mas? Aku nih nanya kamu kok malah balik tanya."Andra mnggaruk-garuk kepaalanya yang tidak gatal. "Emm anu, itu, aku kira kamu bakalan perang sama tetangga itu yang ngasih makanan tadi.""Ya emang, udah selesai tapi.""Kok cepet?""Apanya yang cepet sih, Mas? Emangnya kamu berharapnya aku gotok-gotokan sambil guling-gulingan di tanah apa?""Ya, ya bukan begitu, Dek tapi Mas khawatir aja gitu kalau kamu kenapa-napa kan kamu lagi hamil.""Kamu lihat sendiri kan aku gak kenapa-kenapa. Istrimu ini kan wonder woman." Andra mengacak rambut Kinan sembari tersneyim. "kamu itu memang i
"Huft, kalau begini lama-lama aku bisa bangkrut beneran ini." Selena memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Fatih yang melihat hal itu tentu saja segera melancarkan aksinya. Ia membuatkan teh hangat untuk Selena dan tentu saja tak lupa ia campuri juga dengan obat pencahar yang ia beli di toko obat dekat rumahnya tadi. "Semoga ini berhasil dan aku akan segera cerai dengan Selena dan rujuk kembali dengan Eka. Dengan begitu kehidupanku akan jauh lebih baik dari sekarang." Fatih berjalan mendekati di mana Selena duduk yang masih memijat pelipisnya. Fatih pun mendaratkan tubuhnya di sebelah Selena sembari menyodorkan segelas teh hangat itu pada istrinya. "Diminum dulu, Sayang. Kamu sepertinya sedang pusing. Ada apa?" Selena mneyodorkan ponsel yang ia miliki. Fatih menerimanya dan melihat ke layar ponsel itu yang ternyata sebuah data keuangan yang Selena masukkan ke dalam emailnya agar ia mudah mengeceknya kapan saja ia mau. "Ini laporan pendapatan showroom hari ini?""Iya, dan kamu
Brak! Fatih terkejut saat tiba-tiba mendengar suara pintu kamarnya seperti dibanting ia berjingkat dan terduduk dari posisi tidurnya. Lantas ia menoleh ke arah sang istri yang sudah tidak ada di tempat tidurnya. Rupanya Selena terburu-buru ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya. Fatih menyeringai karena akhirnya rencananya membuat perut Selena mukes-miles pun berhasil. "Yes, aku berhasil setelah ini dia pasti lemas karena aku kasih obat pencaharnya lumayan banyak. Dengan begitu besok aku ke showroom sendirian." Tidak berselang lama Selena kembali ke kamarnya dengan berjalan gontai. Tubuhnya terasa sangat lemas. Serta perutnya yang terasa melilit. Bahkan keringat dingin juga membanjiri dahinya, wajahnya sedikit pucat. Sebenarnya ada rasa tidak tega dalam diri Fatih melihat sang istri yang kesakitan begitu tapi apa mau dikata demi melancarkan usahanya maka ia harus lah tega. Toh Selena juga seorang istri yang tega dengan suami dan mertuanya. Maka itu lah balasan yang setimpal. Begi
"Iya deh iya aku minta maaf habisnya aku sakit tiba-tiba begini. Yaudah aku minta maaf tapi tolong buatin aku teh hangat nya. Perutku sakit banget nih.""Yaudah iya tunggu dulu di situ. Aku buatin dulu."Fatih pun beranjak dari tempatnya tidur dan ia bergegas menuju ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Selena. Fatih mengambil panci dan menuangkan air ke dalam panci itu dari dalam galon. Ia segera meletakkan panci di atas kompor dan mulai menyalakanya. Sembari meracik teh tak henti-hentinya Fatih tersenyum membayangkan ia akan bahagia jika kembali bersama Eka. Fatih akan memiliki keluarga utuh bahagia bersama Nayra dan menjalankan usaha baru Eka. Yah Meskipun usaha itu dari mertuanya tapi Fatih yakin kalau Eka tidaklah sepelit Selena. Entah mengapa penyesalan telah menduakan Eka sangat melekat dalam benak Fatih. Dan ia berjanji jika ia berhasil kembali pada Eka dan menceraikan Selena maka Fatih tak akan mengkhianatinya lagi dan akan menjadi suami yang bertanggung jawab. Mungkin
"Kamu tenang aja. Aku janji gak akan nuduh kamu. Yaudah ya aku mau istirshat perut aku tambah melilit ini.""Hemm tidurlah hari juga sudah malam." Tanpa menunggu lama lagi Selena pun sudah terlelap akibat kelelahan harus bolak-balik ke kamar mandi. Untuk efek obat yang baru saja diberikan lagi oleh Fatih besok baru berasa. Fatih sengaja memang meminta efek obat yang cukup lama karena kalau ia baru memberikan teh itu besok saat sarapan biasanya Selena menolak karena tidak biasa minum teh di pagi hari. Kebiasaan itu lah yang embuat Fstih merencanakan semuanya. ***"Pagi, Pak. Lho Bu Selena nya mana?" tanya Rudi salah seorang karyawannya Selena pada Fatih. "Bu Selena nya lagi sakit. Jadi hari ini saya yang menggantikan.""Oh begitu. Yasudah kalau begitu saya mau keluar-keluarin kendaraan dulu ya, Pak.""Ya, ya. Silahkan." Fatih pun berjalan menuju kursi dan meja biasa tempat Selena duduk dan menunggu pembeli datang. Fatih melihat ke kiri dan ke kanan juga ke sekitar untuk memastikan t