"Huft, kalau begini lama-lama aku bisa bangkrut beneran ini." Selena memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Fatih yang melihat hal itu tentu saja segera melancarkan aksinya. Ia membuatkan teh hangat untuk Selena dan tentu saja tak lupa ia campuri juga dengan obat pencahar yang ia beli di toko obat dekat rumahnya tadi. "Semoga ini berhasil dan aku akan segera cerai dengan Selena dan rujuk kembali dengan Eka. Dengan begitu kehidupanku akan jauh lebih baik dari sekarang." Fatih berjalan mendekati di mana Selena duduk yang masih memijat pelipisnya. Fatih pun mendaratkan tubuhnya di sebelah Selena sembari menyodorkan segelas teh hangat itu pada istrinya. "Diminum dulu, Sayang. Kamu sepertinya sedang pusing. Ada apa?" Selena mneyodorkan ponsel yang ia miliki. Fatih menerimanya dan melihat ke layar ponsel itu yang ternyata sebuah data keuangan yang Selena masukkan ke dalam emailnya agar ia mudah mengeceknya kapan saja ia mau. "Ini laporan pendapatan showroom hari ini?""Iya, dan kamu
Brak! Fatih terkejut saat tiba-tiba mendengar suara pintu kamarnya seperti dibanting ia berjingkat dan terduduk dari posisi tidurnya. Lantas ia menoleh ke arah sang istri yang sudah tidak ada di tempat tidurnya. Rupanya Selena terburu-buru ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya. Fatih menyeringai karena akhirnya rencananya membuat perut Selena mukes-miles pun berhasil. "Yes, aku berhasil setelah ini dia pasti lemas karena aku kasih obat pencaharnya lumayan banyak. Dengan begitu besok aku ke showroom sendirian." Tidak berselang lama Selena kembali ke kamarnya dengan berjalan gontai. Tubuhnya terasa sangat lemas. Serta perutnya yang terasa melilit. Bahkan keringat dingin juga membanjiri dahinya, wajahnya sedikit pucat. Sebenarnya ada rasa tidak tega dalam diri Fatih melihat sang istri yang kesakitan begitu tapi apa mau dikata demi melancarkan usahanya maka ia harus lah tega. Toh Selena juga seorang istri yang tega dengan suami dan mertuanya. Maka itu lah balasan yang setimpal. Begi
"Iya deh iya aku minta maaf habisnya aku sakit tiba-tiba begini. Yaudah aku minta maaf tapi tolong buatin aku teh hangat nya. Perutku sakit banget nih.""Yaudah iya tunggu dulu di situ. Aku buatin dulu."Fatih pun beranjak dari tempatnya tidur dan ia bergegas menuju ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Selena. Fatih mengambil panci dan menuangkan air ke dalam panci itu dari dalam galon. Ia segera meletakkan panci di atas kompor dan mulai menyalakanya. Sembari meracik teh tak henti-hentinya Fatih tersenyum membayangkan ia akan bahagia jika kembali bersama Eka. Fatih akan memiliki keluarga utuh bahagia bersama Nayra dan menjalankan usaha baru Eka. Yah Meskipun usaha itu dari mertuanya tapi Fatih yakin kalau Eka tidaklah sepelit Selena. Entah mengapa penyesalan telah menduakan Eka sangat melekat dalam benak Fatih. Dan ia berjanji jika ia berhasil kembali pada Eka dan menceraikan Selena maka Fatih tak akan mengkhianatinya lagi dan akan menjadi suami yang bertanggung jawab. Mungkin
"Kamu tenang aja. Aku janji gak akan nuduh kamu. Yaudah ya aku mau istirshat perut aku tambah melilit ini.""Hemm tidurlah hari juga sudah malam." Tanpa menunggu lama lagi Selena pun sudah terlelap akibat kelelahan harus bolak-balik ke kamar mandi. Untuk efek obat yang baru saja diberikan lagi oleh Fatih besok baru berasa. Fatih sengaja memang meminta efek obat yang cukup lama karena kalau ia baru memberikan teh itu besok saat sarapan biasanya Selena menolak karena tidak biasa minum teh di pagi hari. Kebiasaan itu lah yang embuat Fstih merencanakan semuanya. ***"Pagi, Pak. Lho Bu Selena nya mana?" tanya Rudi salah seorang karyawannya Selena pada Fatih. "Bu Selena nya lagi sakit. Jadi hari ini saya yang menggantikan.""Oh begitu. Yasudah kalau begitu saya mau keluar-keluarin kendaraan dulu ya, Pak.""Ya, ya. Silahkan." Fatih pun berjalan menuju kursi dan meja biasa tempat Selena duduk dan menunggu pembeli datang. Fatih melihat ke kiri dan ke kanan juga ke sekitar untuk memastikan t
Fatih tersenyum penuh kepuasan membaca pesan dari Eka. Angannya kembali membayangkan dirinya akan hidup bahagia bersama Eka dan juga Nayra. "Eka, Nayra, aku sudah tidak sabar untuk hidup bahagia bertiga bersama kalian. Aku akan menebus semua kesalahanku pada kalian dulu. Semoga aku masih ada kesempatan untuk membuat kalian bahagia. Aku berjanji untuk itu."***"Kamu kenapa, Mas, kok ngelamun? Ada masalah?" tanya Kinan saat mendapati suaminya tengah melamun di depan televisi. "Eh, Sayang. Sudah selesai nyuci bajunya?""Sudah, Mas. Kalau belum gak mungkin dong aku di sini.""Hahaha kamu bisa aja sih." Andra mencubit gemas hidung Kinan sehingga membuat wanita itu merengut. "Sakit tau, Mas. Jangan begini ah.""Habisnya Mas gemes sih sama hidung kamu yang minimalis ini. Pasti kalau punya anak bakal lucu drh punya hidung minimalis juga.""Eh ya jangan dong. Masa hidung minmalisku diikutin juga sih. Kan maunya mancung kayak kamu gitu.""Hahaha iya deh semau kamu aja gimana enaknya.""Eh t
"Kamrin sih dia udah chat aku katanya udah berhasil, Pa. Menurut Papa gimana? Sepertinya Mas Fatih memang serius deh. Apa menurut Papa begitu juga?""Yang Papa lihat sepertinya memang begitu. Yah Papa sih kembalikan lagi ke kamu. Tanyakan pada hatimu. Apakah kami masih mencintainya atau kah tidak. Tapi yang Papa lihat kamu masih sangat mencintainya iya kan?" Eka tersenyum simpul. Bahkan, kedua pipinya memerah merona akibat ucapan Pak Hendri. "Sudahlah tidak usah malu-malu seperti itu. Papa sangat laham apa yang kamu pikirkan. Memang tidaklah mudah memaafkan kesalahan yang sudah diperbuat suami kamu. Tapi, ingat lah kita ini hanyalah hamba yang kecil di hadapan Tuhan. Sedangkan Tuhan saja yang begitu besar dan agung bisa memaafkan kesalahan-kesalahan umatnya masa kita sebagai manusia tidak bisa? Yang terpenting kita lihat dulu Fatih benar-benar berubah atau tidak. Kita lihat saat dia gajian nanti bisa gak dia berikan kamu uang nafkah untuk Nayra. Karena bagaimanapun Nayra itu tanggun
"Itu Mbak, Bu Nuri mah udah lama pergi dari rumah itu. Sejak anaknya si Fatih itu menikah lagi sama orang kaya dan mereka pindah ke rumah baru mereka.""Apa? Mas Fatih menikah lagi? Sama siapa?""Iya Mbak, Fatih sudah nikah lagi. Mas sama Mbak Kinan emang nggak tau?" Kinan menggeleng menjawab ucapan Bu Juleha. "Kira-kira menikah sama siapa dan mereka pindah kemana, Bu?""Saya benar-benar nggak tau Mbak Kinan. Waktu itu sih sekali aja Bu Nuri ngajak menantu baru nya itu ke sini buat jemput dia. Dia juga janji katanya nanti kalau arisan bakal ngundang kita ke rumah menantu barunya. Tapi ya belum terlaksana jadi gak tau, Mbak," jawab Bu Juleha. "Ya sudah kalau gitu saya dan suami saya permisi ya, Bu. Sebelumnya terima kasih karena sudah memberi info." "Sama-sama, Mbak." Andra dan Kinan pun pergi meninggalkan rumah Bu Nuri kembali menaiki motor mereka yang mereka parkirkan di halaman rumah kontrakan Bu Nuri. Selama di perjalanan, Andra merasa gelisah. Ia teramat khawatir dengan Ibunya
"Ya sudah, ayo Mas buruan jalan lagi. Keburu malam ntar. Jauh gak kira-kira?""Enggak terlalu sih. Paling cuma lima belas menitan kalau dari sini.""Yaudah yuk kita gass lagi."Andra mengangguk, ia lalu tancap gas menuju rumah Eka. Andra harap-harap cemas, khawatir Eka tak tau kemana Ibunya pergi. ****Dua puluh menit waktu tempuh perjalanan Kinan dan Andra dikarenakan jalanan yang sedikit padat membuat pergerakan motor mereka melambat. Akhirnya Kinan dan Andra sampai juga di depan rumah besar bercat putih itu. Kinan sedikit terperangah karena ia juga baru tau kalau Eka ternyata orang berada. Dia mengira Eka itu hanya keluarga sederhana mengingat perlakuannya dulu yang sangat benalu pada Kinan. Namun, kini rumah besar yang ada di hadapannya seolah-olah menepis pikiran itu. Andra bergegas memencet bel yang ada di depannya sekarang ini. Ting. Nong. Andra dan Kinan menunggu cukup lama hingga akhirnya kedua orang itu melihat ada perempuan paruh baya berjalan mendekat ke arah mereka