Yah, maklum lah namanya juga orang miskin kan. Cuma penjual ayam geprek pinggiran aja. Paling juga berapa sih ya kan duitnya." Telinga Kinan mendengar ucapan Bu Eli pada teman-temannya itu. Ia merasa panas dan geram. Kinan pun bergegas mendekati dan ….Byur. Kinan menyiramkan kuah soto basi yang ada di dalam mangkok yang dikasih Bu Eli tadi setengah. Sedangkan yang setengahnya lagi sengaja ia sisihkan agar teman-temannya Bu Eli tahu kalau makanan yang ia kasih sudah tidak layak konsumsi. "Apa-apaan kamu Kinan! Dasar kurang ajar!" "Kenapa?! Gak terima! Siapa suruh kamu kasih aku makanan basi ha! Kamu pikir aku tong sampah apa?! Timbang kuah soto basi aja belagunya bukan main. Sok berkoar-koar yang paling dermawan. Cih!""Sialan kamu ya! Brengsek! Kamu memang tong sampah soalnya kamu itu miskin tau gak!""Mbak Kinan kenapa siram Bu Eli pakai itu? Seharusnya terima kasih dong kalau sudah dikasih makanan. Bu Eli itu kan orangnya dermawan jadi gak mungkinlah dia begitu.""Yakin? Kamu bu
"Kinan sialan! Awas aja kamu ya!" "Huh rasakan itu biar dia tau kalau aku si Kinan yang gak bisa dianggap remeh. Seenaknya saja ngasih-ngasih makanan bekas. Dikiranya aku ayam apa." Kinan berjalan pulang sembari bersungut-sungut. Namun, saat di jalan ia berpapasan dnegan Andra. "Lho, Mas, kamu mau kemana?""Lho, Dek? Udah selesai?" Dahi Kinan mengernyit mendapati ucapan Andra. "Apanya yang udah selesai sih, Mas? Aku nih nanya kamu kok malah balik tanya."Andra mnggaruk-garuk kepaalanya yang tidak gatal. "Emm anu, itu, aku kira kamu bakalan perang sama tetangga itu yang ngasih makanan tadi.""Ya emang, udah selesai tapi.""Kok cepet?""Apanya yang cepet sih, Mas? Emangnya kamu berharapnya aku gotok-gotokan sambil guling-gulingan di tanah apa?""Ya, ya bukan begitu, Dek tapi Mas khawatir aja gitu kalau kamu kenapa-napa kan kamu lagi hamil.""Kamu lihat sendiri kan aku gak kenapa-kenapa. Istrimu ini kan wonder woman." Andra mengacak rambut Kinan sembari tersneyim. "kamu itu memang i
"Huft, kalau begini lama-lama aku bisa bangkrut beneran ini." Selena memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Fatih yang melihat hal itu tentu saja segera melancarkan aksinya. Ia membuatkan teh hangat untuk Selena dan tentu saja tak lupa ia campuri juga dengan obat pencahar yang ia beli di toko obat dekat rumahnya tadi. "Semoga ini berhasil dan aku akan segera cerai dengan Selena dan rujuk kembali dengan Eka. Dengan begitu kehidupanku akan jauh lebih baik dari sekarang." Fatih berjalan mendekati di mana Selena duduk yang masih memijat pelipisnya. Fatih pun mendaratkan tubuhnya di sebelah Selena sembari menyodorkan segelas teh hangat itu pada istrinya. "Diminum dulu, Sayang. Kamu sepertinya sedang pusing. Ada apa?" Selena mneyodorkan ponsel yang ia miliki. Fatih menerimanya dan melihat ke layar ponsel itu yang ternyata sebuah data keuangan yang Selena masukkan ke dalam emailnya agar ia mudah mengeceknya kapan saja ia mau. "Ini laporan pendapatan showroom hari ini?""Iya, dan kamu
Brak! Fatih terkejut saat tiba-tiba mendengar suara pintu kamarnya seperti dibanting ia berjingkat dan terduduk dari posisi tidurnya. Lantas ia menoleh ke arah sang istri yang sudah tidak ada di tempat tidurnya. Rupanya Selena terburu-buru ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya. Fatih menyeringai karena akhirnya rencananya membuat perut Selena mukes-miles pun berhasil. "Yes, aku berhasil setelah ini dia pasti lemas karena aku kasih obat pencaharnya lumayan banyak. Dengan begitu besok aku ke showroom sendirian." Tidak berselang lama Selena kembali ke kamarnya dengan berjalan gontai. Tubuhnya terasa sangat lemas. Serta perutnya yang terasa melilit. Bahkan keringat dingin juga membanjiri dahinya, wajahnya sedikit pucat. Sebenarnya ada rasa tidak tega dalam diri Fatih melihat sang istri yang kesakitan begitu tapi apa mau dikata demi melancarkan usahanya maka ia harus lah tega. Toh Selena juga seorang istri yang tega dengan suami dan mertuanya. Maka itu lah balasan yang setimpal. Begi
"Iya deh iya aku minta maaf habisnya aku sakit tiba-tiba begini. Yaudah aku minta maaf tapi tolong buatin aku teh hangat nya. Perutku sakit banget nih.""Yaudah iya tunggu dulu di situ. Aku buatin dulu."Fatih pun beranjak dari tempatnya tidur dan ia bergegas menuju ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Selena. Fatih mengambil panci dan menuangkan air ke dalam panci itu dari dalam galon. Ia segera meletakkan panci di atas kompor dan mulai menyalakanya. Sembari meracik teh tak henti-hentinya Fatih tersenyum membayangkan ia akan bahagia jika kembali bersama Eka. Fatih akan memiliki keluarga utuh bahagia bersama Nayra dan menjalankan usaha baru Eka. Yah Meskipun usaha itu dari mertuanya tapi Fatih yakin kalau Eka tidaklah sepelit Selena. Entah mengapa penyesalan telah menduakan Eka sangat melekat dalam benak Fatih. Dan ia berjanji jika ia berhasil kembali pada Eka dan menceraikan Selena maka Fatih tak akan mengkhianatinya lagi dan akan menjadi suami yang bertanggung jawab. Mungkin
"Kamu tenang aja. Aku janji gak akan nuduh kamu. Yaudah ya aku mau istirshat perut aku tambah melilit ini.""Hemm tidurlah hari juga sudah malam." Tanpa menunggu lama lagi Selena pun sudah terlelap akibat kelelahan harus bolak-balik ke kamar mandi. Untuk efek obat yang baru saja diberikan lagi oleh Fatih besok baru berasa. Fatih sengaja memang meminta efek obat yang cukup lama karena kalau ia baru memberikan teh itu besok saat sarapan biasanya Selena menolak karena tidak biasa minum teh di pagi hari. Kebiasaan itu lah yang embuat Fstih merencanakan semuanya. ***"Pagi, Pak. Lho Bu Selena nya mana?" tanya Rudi salah seorang karyawannya Selena pada Fatih. "Bu Selena nya lagi sakit. Jadi hari ini saya yang menggantikan.""Oh begitu. Yasudah kalau begitu saya mau keluar-keluarin kendaraan dulu ya, Pak.""Ya, ya. Silahkan." Fatih pun berjalan menuju kursi dan meja biasa tempat Selena duduk dan menunggu pembeli datang. Fatih melihat ke kiri dan ke kanan juga ke sekitar untuk memastikan t
Fatih tersenyum penuh kepuasan membaca pesan dari Eka. Angannya kembali membayangkan dirinya akan hidup bahagia bersama Eka dan juga Nayra. "Eka, Nayra, aku sudah tidak sabar untuk hidup bahagia bertiga bersama kalian. Aku akan menebus semua kesalahanku pada kalian dulu. Semoga aku masih ada kesempatan untuk membuat kalian bahagia. Aku berjanji untuk itu."***"Kamu kenapa, Mas, kok ngelamun? Ada masalah?" tanya Kinan saat mendapati suaminya tengah melamun di depan televisi. "Eh, Sayang. Sudah selesai nyuci bajunya?""Sudah, Mas. Kalau belum gak mungkin dong aku di sini.""Hahaha kamu bisa aja sih." Andra mencubit gemas hidung Kinan sehingga membuat wanita itu merengut. "Sakit tau, Mas. Jangan begini ah.""Habisnya Mas gemes sih sama hidung kamu yang minimalis ini. Pasti kalau punya anak bakal lucu drh punya hidung minimalis juga.""Eh ya jangan dong. Masa hidung minmalisku diikutin juga sih. Kan maunya mancung kayak kamu gitu.""Hahaha iya deh semau kamu aja gimana enaknya.""Eh t
"Kamrin sih dia udah chat aku katanya udah berhasil, Pa. Menurut Papa gimana? Sepertinya Mas Fatih memang serius deh. Apa menurut Papa begitu juga?""Yang Papa lihat sepertinya memang begitu. Yah Papa sih kembalikan lagi ke kamu. Tanyakan pada hatimu. Apakah kami masih mencintainya atau kah tidak. Tapi yang Papa lihat kamu masih sangat mencintainya iya kan?" Eka tersenyum simpul. Bahkan, kedua pipinya memerah merona akibat ucapan Pak Hendri. "Sudahlah tidak usah malu-malu seperti itu. Papa sangat laham apa yang kamu pikirkan. Memang tidaklah mudah memaafkan kesalahan yang sudah diperbuat suami kamu. Tapi, ingat lah kita ini hanyalah hamba yang kecil di hadapan Tuhan. Sedangkan Tuhan saja yang begitu besar dan agung bisa memaafkan kesalahan-kesalahan umatnya masa kita sebagai manusia tidak bisa? Yang terpenting kita lihat dulu Fatih benar-benar berubah atau tidak. Kita lihat saat dia gajian nanti bisa gak dia berikan kamu uang nafkah untuk Nayra. Karena bagaimanapun Nayra itu tanggun