"Lagipula, meski kamu masih tetap kaya dan gak bangkrut, aku Andra tetap mau bekerja membesarkan gerai ayam geprek yang sekarang untuk nafkahi kamu dan anak kita.""Bagaimana dengan restoran di pusat kota, Mas? Jadi Mas urus di sana aja. Kita balik ke rumah kita dulu."Andra segera menggelengkan kepala, menolak tawaran Kinan untuk mengelola restoran tersebut. Dia hanya akan puas dengan apa yang dimiliki sekarang."Aku gak mau, Sayang. Aku sudah nyaman dengan gerai ayam geprek yang sekarang. Meski sederhana, tapi hasil keringat sendiri. Bukan yang tiba-tiba langsung besar."Wajah Kinan berbinar, sangat bahagia karena nyatanya Andra benar-benar sudah berubah. Tidak seperti dulu lagi. Wanita itu memanjatkan syukur yang sangat kepada Sang Pencipta karena telah mengubah suaminya, yang mampu membolak-balikkan hati manusia dengan begitu mudahnya."Terima kasih, Mas."Kinan memeluk erat tubuh Andra dan suaminya pun membalas pelukan itu."Terima kasih juga karena kamu udah jujur sama aku."And
"Halah, kalian pasti cuma iri karena anakku anakku jodohnya lancar banget. Mulus macam jalan tol. Emang seperti anak-anak kalian yang jodohnya seret. Fatih udah nikah dua kali, anak kalian masih jadi bujang lapuk.""Bu Nuri udah sombong, belagu banget lagi. Paling juga dapat mantu macam yang kemarin dan gak lama cerai lagi.""Iya, gak usah bohong, Bu!"Wajah Bu Nuri memerah dengan rahang yang mengeras. Kedua tangannya pun terkepal kuat karena kesal."Eh, kalian dengar ya. Buka telinga kalian baik-baik. Calon mantuku itu udah cantik, orang kaya, punya usaha jual beli mobil dan motor sendiri. Pokoknya sempurna."Bu Nuri menyombongkan calon menantunya. Ya, bolehlah sekali-sekali ia membungkam mulut para tetangganya yang julid dan suka berprasangka buruk. Bu Nuri yakin jika mereka semua hanya itu kepadanya."Aku gak bohong. Setelah nikah nanti, mantuku ngajakin aku dan Fatih buat pindah ke rumahnya yang bagus, rumah gedongan. Aku akan jadi orang kaya dan gak susah lagi macam kalian ini,"
Saat Bu Nuri akan naik di mobil yang akan membawa Selena dan Fatih ke hotel, menantunya itu segera menghalanginya."Ibu mau ke mana?" tanya Selena mencegat Bu Nuri."Mau naik. Kita kan mau ke hotel. Iya kan?"Bu Nuri tampak kebingungan karena menantunya itu melarangnya naik mobil."Bukan kita, Bu. Tapi, cuma aku dan Mas Fatih.""Loh, terus ibu gimana?""Ibu pulang dulu ke kontrakan. Soalnya aku cuma sewa satu kamar, Bu. Nanti kita nginap bareng di hotel kalau ada kesempatan.""Ck, kan bisa booking satu kamar lagi. Gitu aja kok repot," sewot Bu Nuri tidak terima jika harus pulang ke kontrakan seorang diri."Kamarnya sudah full, Bu. Aku juga maunya gitu, tapi gak ada kamar kosong lagi.""Sudahlah, Bu. Ibu pulang saja dulu. Lagian aku dan Selena gak lama kok. Nanti kalau pulang dari hotel, kami akan jemput ibu untuk pindah ke rumah Selena. Iya kan, Sayang?"Fatih berusaha menengahi karena Bu Nuri kelihatan tidak rela untuk pulang sendiri. Sedangkan Selena pun ngotot hanya ingin berdua de
Bu Nuri pulang dengan perasaan dongkol. Bagaimana tidak, ia sudah koar-koar akan punya menantu kaya. Bu Nuri bakalan jadi bulan-bulanan tetangga julid kalau tau anak dan menantunya menginap di hotel sedangkan ia disuruh pulang."Sial banget aku. Ngapain sih hotelnya pakai penuh segala? Atau si Selena booking kamar di hotel lain kan bisa. Masa iya aku balik ke kontrakan sendiri begini," sungut Bu Nuri sepanjang jalan menuju pulang.Untuk mengurangi rasa kesal di hati, Bu Nuri membuka ponsel pintarnya. Namun, ia justru semakin dongkol karena melihat foto unggahan Selena di media sosial tentang kamar hotelnya."Cih, ngapain pakai pamer segala, sih?"Hampir saja Bu Nuri melempar ponselnya. Untung ia ingat kalau ponsel itu belum lunas cicilannya."Gara-gara Selena, nih. Hampir aja ponselku jadi korban."Taksi online yang dinaiki Bu Nuri berhenti tepat di depan gang, untuk sampai di kontrakan ia harus berjalan kaki. Sebelum turun Bu Nuri menengok ke kiri dan kanan, memastikan jika sore itu
"Eh, Bu Nuri udah pulang?" tanya Bu Sita, salah seorang tetangga Bu Nuri saat ia baru saja akan membuka pintu rumah.Padahal Bu Nuri ingin langsung masuk ke rumah karena masih merasa sangat kesal karena tidak diajak oleh Fatih dan Selena menginap di hotel."Bu Nuri kenapa masih pulang ke kontrakan kecil ini? Katanya punya menantu kaya yang rumahnya gedongan. Katanya habis nikah, Fatih sama istrinya langsung ngajakin pindah rumah?" timpal Bu Bunga yang berdiri tepat di samping Bu Sita.Bu Sita dan Bu Bunga saling pandang dan cekikikan melihat Bu Nuri. Membuat Bu Nuri makin panas saja.Bu Nuri pun menjawab, "Ya nanti. Tunggu menantuku sama Fatih datang. Kan mereka lagi bulan madu."Lagi dan lagi Bu Sita dan Bu Bunga saling pandang. Tidak percaya dengan perkataan Bu Nuri."Halah, paling Bu Nuri cuma omong kosong. Bilang aja kalau gak dianggap sama menantunya. Lagian, kalau mau cari jodoh itu ya yang sepadan. Jangan berharap sama yang tinggi kalau untuk menggapainya saja ibarat mustahil."
"Alhamdulillah, ya Allah," gumam Andra menatap takjub ke arah monitor yang tergantung di dinding. Serupa dengan sang Suami, Kinan pun tampak takjub melihat anak yang berada di dalam kandungannya. Masih belum percaya jika ada kehidupan lain di dalam dirinya kini."Bu Kinan ada keluhan lain?" "Morning sickness saya sudah mendingan, Dok. Gak separah bulan kemarin. Cuma saya sering lemas dan gampang capek aja.""Istri saya juga belakangan ini makannya sedikit, Dok. Saya takut dia dan anak saya kenapa-napa.""Baik, Pak Andra. Nanti saya akan mereskan vitamin dan suplemen untuk Bu Kinan. Bapak bisa menebusnya di apotik nanti.""Oh, dan satu lagi. Untuk aktifitas suami istri, tolong untuk sementara waktu dihindari, ya. Soalnya kandungan Bu Kinan sedikit lemah."Andra tampak syok mendengarnya. "Gak boleh sama sekali, Dok?""Untuk sementara saja, kok, Pak Andra. Nanti juga bisa lagi. Pak Andra bisa puasa dulu, kan? Bisa, dong, ya.""Bisa, Dok," jawab Andra dengan lesu. Ah, bagaimana bisa ia
"Beneran nih aku boleh marah dan benci kamu seumur hidup?"Eka tampak kikuk. Ia termakan perkataannya sendiri. Bohong kalau ia bilang bersedia dibenci. Meski sebenarnya Eka cuma mau minta maaf dan semua keputusan ada di tangan Kinan."Kalau gak siap dibenci seumur hidup jangan ngomong sembarangan, dong.""E-enggak kok. Kamu boleh marah.""Sudahlah. Aku gak niat kok marah dan benci sama kamu. Sebenarnya aku udah maafin kamu dari lama, sebelum kamu minta maaf.""Beneran?" "Iya. Memangnya kamu gak mau?""Mau kok. Mau."Eka dan Kinan tersenyum, pun dengan Andra. Akhirnya tidak ada lagi benci di antara istri dan kakak iparnya. Andra dan Kinan senang karena Eka telah berubah menjadi pribadi yang lebih baik.Bu Ranti pun tersenyum bangga dari mejanya. Berbuat kesalahan adalah hal yang biasa bagi manusia, tetapi mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah sesuatu yang luar biasa. Tidak semua orang bisa melakukannya, dan Bu Ranti senang Eka bisa melakukan hal itu."Terima kasih, Kinan, Andra,"
Hari di mana Selena dan Fatih menjemput Bu Nuri akhirnya tiba juga. Betapa senang hati Bu Nuri saat anak dan menantunya datang menjemput menggunakan mobil mewah.Selena akhirnya akan memboyong Bu Nuri dan juga Fatih ke kediamannya. Rumah yang selama ini memang hanya dia tinggali seorang diri karena sudah tidak memiliki orang tua dan juga karena Selena merupakan anak tunggal.Showroom yang dimiliki Selena pun merupakan hasil dari menjual tanah warisan orang tuanya dan kini hanya menyisakan satu tanah dan rumah peninggalan orang tuanya.Bu Nuri menunggu di depan rumah. Sengaja agar tetangganya tahu dia akan pindahan karena dijemput Selena dan Fatih. Biar mereka tidak julid dan tidak mengatakan kalau selama ini Bu Nuri hanya mimpi belaka. Padahal kenyataannya Bu Nuri memang mendapatkan seorang menantu yang kaya raya."Eh, Bu Nuri tumben udah rapi aja. Mau ke mana, Bu? Ke pasar, ya?" tanya Bu Bunga yang kebetulan baru saja ke luar dari rumahnya.Bu Nuri membuang muka. "Cih, saya mah seti