"Ya gak dikasih apa-apa. Teh kan ya begitu itu memangnya apa yang mau aku kasih?""Fatih! Kenapa hidung Ibu tambah panas ini!""Mas, kamu tadi ngasih kminyak anginnya ke hidung Ibu?" Fatih mengangguk menjawab pertanyaan Selena. "Ya ampun, Mas, itu kan minyak angin panas. Maksud aku tuh cuma dibau-bauin aja gak perlu sampe dioles.""Ya habisnya Ibu gak bangun-bangun. Jadi aku pikir ya aku olesin aja kan itu minyaknya ke hidung Ibu dan nyatanya Ibu langsung bangun kan?""Iya bangun tapi jadinya beliau kepanasan.""Astaga Fatih! Kamu kasih apa hidung Ibu inj!""M-maafkan Fatih, Bu, tadi pikir Fatih biar Ibu cepat bangub gitu makanya Fatih olesin ke wajahnya Ibu.""Dasar anak durhaka! Duh ini gimana dong jadi panas begini."Selena pun bergegas kembali lagi ke dalam kamar mandi dan mengambil air ke dalam baskom. Tanpa pikir panjang lagi Selena segera menyiramkan sebaskom air itu pda Bu Nuri hingga Bu Nuri bajunya menjadi basah. "Astaga Selena apa yang kamu lakukan! Kenapa kamu siram Ibu!
Setelah beberapa menit lamanya akhirnya Bu Nuri pun keluar juga dari dalam kamar mandi dan sudah berganti baju. Ia kembali mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang juga terbuat dari kayu jati di rumah Selena itu. Bu Nuri tampak memijat pelipisnya karena masih merasa sangat pusing. "Bu, gimana badannya? Udah enakan?" tanya Selena yang duduk di samping Hu Nuri. "Hemm lumayan. Masih sedikit pusing.""Sebaiknya Ibu istirahat aja dulu. Biar nanti aku yang bereskan saja baju Ibu." Alih-alih mendengarkan ucapan Selena, Bu Nuri malah menatap Selena tajam. "Kenapa, Bu? Kok ngeliatin aku sampai sebegitunya?" tanya Selena. "Selena jawab Ibu, sebenarnya showroom mobil itu milik siapa?" Selena mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan dari Bu Nuri yang menurutnya konyol. "Kenapa Ibu nanya begitu?""Jawab saja, Sel. Showroom itu punya siapa?""Ya punya Selena dong memang punya siapa lagi? Lha itu pemilik tunggal nya ya Selena.""Kamu yakin?""Ya yakin memangnya kenapa sih kan itu yang bangun du
"Tapi kan, Sel, Ibu sudah terlanjur bilang ke teman-teman Ibu kalau mau pindah ke rumah gedongan bukan rumah model joglo begini. Yah meskipun materialnya lebih mahal tapi kan sama saja penampilannya tidak meyakinkan. Terlihat sangat jadul sekali.""Kalau Ibu mau tinggal di rumah gedongan ya Ibu beli saja sendiri. Itu pun kalau ada uangnya. Itu kan salah Ibu kenapa pakai acara berbohong dan sesumbar segala sama teman-teman Ibu. Bahkan, aku saja belum pernah kan mengatakan dan sesumbar sama kalian kalau rumahku itu gedongan? Jadi, kenapa kalian malah menyimpulkannya sendiri? Sudah ah, aku mau ke kamar. Mas kamu saja yang bereskan baju-baju Ibu kamu ya. aku capek."Selena pun pergi meninggalkan Bu Nuri dan juga Fatih yang masih tergugu di tempat mereka. "Fatih, gimana dong ini? Masa kita mau tinggal di rumah model kerajaan begini. Meskipun materialnya mahal tapi orang mana mau liat kan? Yang mereka tau ya rumah gedongan itu yang mahal." Bu Nuri menghembuskan napasnya kasar. Ia melipat t
"Astaga, manusia seperti apa si Selena ini? Kenapa dia pelit sekali? Bahkan untuk maka dirinya saja dia pelit," batin Bu Nuri. "Tapi, Sel, kalau begitu Ibu minta uang kerja nya si Fatih. Kan selama ini semenjak dekat denganmu Fatih juga bantu-bantu kamu di showroom. Pastilah ada dong uang gajinya." Bu Nuri tidak mau begitu saja menerima apa yang Selena katakan. Ia tetap harus mendapatkan sesuatu dari wanita itu. "Oh Ibu tenang aja, aku tetap akan membayar Mas Fatih selama dia bekerja denganku.""Wah, syukurlah. Kalau begitu berapa yang didapat Fatih? Sepuluh juta? Atau lima belas juta?" "Itu uang gaji apa? Tentu saja gak itu, Bum dikira Mas Fatih ini seorang pekerja kantoran dengan jabatan manajer?""Emmm kalau begitu lima juta kan? Gak masalah deh lima juta juga yang penting utuh dan uang makan kan ditanggung sama kamu. Jadi kesinikan uang gaji Fatih. Karena dia itu anak laki-laki Ibu dan wajib baginya menafkahi Ibunya yang sudah janda ini. sedangkan kamu kan berpenghasilan jadi
Hahahaha Bu Nuri dan Fatih kena zonk rupanya. Tubuh Bu Nuri mendoyong ke kanan dan ke kiri. Farih yang melihat itu sigap memegangi tubuh sang Ibu. "Lho, Bu, Ibu kenapa?" Bu Nuri kembali pingsan. Fatih kembali panik sementara itu Selena hanya menatapnya saja tanpa ingin membantunya lagi. Entahlah, wanita itu mulai jengah setelah Bu Nuri memintanya uang seperti tadi. "Sayang, bantuin dong. Kok kamu diam aja sih?!" "Males ah, Mas. Biarin aja lah nanti juga bangun sendiri. Toh tadi juga begitu kan? Masa baru beberapa jam udah pingsan lagi sih? Lebay banget deh." Selena mencebik saat melihat ada gurat kemarahan di wajah sang suami. Namun, ia tidak peduli. Selena justru kembali duduk dan hanya melihat saja saat Fatih kesusahan menggotong sang Ibu ke atas kursi. "Sudah, Mas? Ayo ah kita harus segera ke showroom. Di sana sudah menunggu pembeli mobil mana duitnya lumayan lagi."Fatih menoleh ke arah Selena. Tatapannya sangat tajam. Ingin sekali rasanya menampar wajah wanita yang tidak pun
"Cantik apanya, Bu.""Lha itu rambutnya sudah direbonding. Mukanya di full make up. Terus giginya di pagar. Ibu liat dia perawatan juga kan di salon.""Iya tapi percuna kalau siang malam.""Maksud kamu?""Kulit luar siang kulit dalam malam. Alias hitam udah kayak kopi susu tau gak. Mending kopi susu yang asli sudah manis juga nikmat. Lha ini kopi susu yang basi aku rasa. Mana anu nya bau banget lagu, Bu. Kayak gak pernah cebok satu tahun.""Astaga, Fatih, kamu serius? Seburuk itu? Ibu kira luarnya berubah dalam nya pasti ngikut. Nyatanya? Astaga, dia manusia apa bukan sih?""Entahlah, Bu, Eka biarpun gendut tapi dia bersih, putih badannya juga wangi. Mukanya juga aslinya cantik tapi ya … karena jarang perawatan aja makanya agak kusam.""Fatih, kamu kan belum cerai secara resmi dengan Eka. Kenapa gak kamu jemput dia aja sih. Ibu kangen sama anak kamu si Nayra.""Mau jemput di mana, Bu, aku aja gak tau sekarang dia tinggal di mana.""Halah gampang itu. Dia pasti tinggal sama orang tuany
"Lho, itu bukan kendaraan punya kamu?""Bukanlah, Mas. Aku mah kalau mau naro kan ya satu-satu enggak langsung banyak begitu. Kecuali pas waktu pertama mau buka showroom dulu baru deh bawanya barengan begitu ya sewa truk besar juga.""Lah berarti mau ada yang buka showroom juga dong di sekitar komplek ruko sini?""Ya mungkin saja, Mas.""Kamu punya saingan ding, Sel?""Ya memangnya kenapa? Punya saingan juga gak masalah toh aku yakin harga jual dia gak lebih murah dari harga barang yang aku jual. Soalnya showroomku terkenal paling murah di kota ini sih untuk sekelas jual beli kendaraan bekas." Fatih terdiam karena sejatinya ia juga mengakui kalau showroom milik Selena satu-satunya yang termurah dan terlengkap di kota mereka dengan harga miring tapi kondisi barang masih sangat oke. "Kita lihat yuk, Mas.""Lihat ke mana? Di sini kan juga kelihatan. Kamu ih kepo banget sama urusan orang.""Yeee biarin aja napa. Namanya aja orang penasaran."Selena tidak menghiraukan ucapan Fatih. Ia pun
Saat Selena akan beranjak, Eka kembali memanggilnya."Oh ya, Sel, salam untuk suami kamu ya. Harap dijaga dengan baik karena gak menutup kemungkinan dia akan kembali bertekuk lutut padaku. Soalnya kamu lihat sendiri kan? Aku jauh lebih cantik dan perfect dari pada kamu." Selena kembali memalingkan wajah dan tubuhnya. Ia merasa sangat geram dengan apa yang diucapkan Eka barusan. Sedangkan Eka yang melihat wajah Selena sudah memerah bak kepiting rebus hanya bisa terkikik."Lihatlah, Sel, bahkan saat kamu sudah berhasil merebut suamiku tapi tetap saja hidupmu masih berada di bawah bayang-bayangku. Dan aku akan pastikan kamu benar-benar menyesal telah berurusan denganku." Eka pun kembali fokus memerintah para pekerja untuk menurunkan dan menata kendaraan-kendaraan ke dalam ruko setelah mereka membuka lebar-lebar pintu rolling door nya.Selena berjalan sembari menghentak-hentakkan kakinya. Dadanya naik turun. Sungguh, ia merasa sangat panas melihat penampilan terbaru dari Eka. Bagaimana b
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUHari yang dinanti-nantikan oleh semua orang pun tiba. Kinan berkali-kali melihat jam, memastikan kapan waktu yang tepat baginya untuk menyuruh semua orang yang sedang sarapan itu untuk berkemas.Di sisi lain, dia tidak sabar untuk segera melihat orang-orang itu bergegas berangkat, tapi di sisi lainnya, Kinan tidak enak hati untuk membuat semuanya jadi tidak bisa menikmati makanannya.Andra yang peka terhadap air muka istrinya yang cemas itu pun menyudahi acara makannya dan mencuci kedua tangannya. "Sayang?" panggil pria tampan itu sambil meletakkan kedua tangannya di bahu Kinan dari belakang."Eh?!" respon Kinan terkejut. "Maaf udah ngagetin kamu, ya," ucap Andra. Kinan membalik badannya dan menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Nggak apa-apa, kok," ucap perempuan itu lirih "Nggak apa-apa kok keliatan cemas gitu? Kenapa, Sayang?" tanya Andra dengan penuh kesabaran.Sebenarnya, dari gerak-gerik sang istri, Andra itu sudah tahu bahwa pasti Kinan seda
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUWajah Selena begitu geram. Digelandang masuk ke dalam mobil polisi bersama dengan dua orang yang membuatnya naik pitam itu rasanya seperti disuruh memakan makanan kotor yang ingin segera dimuntahkan keluar sampai habis.Sejak dikawal menuju ke mobil polisi, Selena terus memperhatikan dua mobil polisi yang berada di belakang.Dia melihat Fredy yang memasuki satu mobil polisi dan Jane memasuki satu mobil lainnya. Di dalam mobil, baik Jane maupun Fredy diapit oleh dua orang petugas kepolisian di kanan dan kiri mereka. "Masuk Nyonya! Kami tidak mau bertindak kasar pada anda. Jadi tolong bersikap kooperatif pada kami."Seorang anggota kepolisian yang berdiri di belakangnya dan sedang memperhatikannya dengan tatapan kesal tampak mulai kehilangan kesabarannya melihat Selena yang berdiri di depan pintu mobil sejak tadi sambil memperhatikan dua mobil polisi lainnya yang juga membawa dua orang yang telah menimbulkan keributan tadi, tanpa berniat untuk masuk ke dala
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUKeesokan harinya, Fatih berniat mengajak Andra untuk pergi ke showroomnya guna mewujudkan apa saja yang telah mereka bahas kemarin malam. Kebetulan dia juga sudah membuat janji dengan salah satu supplier truck yang menyediakan jasa modifikasi food truck.Eka yang mendengar obrolan keduanya pun segera berjalan menyambangi Fatih dan Andra untuk kemudian kembali mengutarakan keinginan yang tiba-tiba terlintas di pikiran."Boleh aku ikut membahasnya bersama dengan kalian?" tanya Eka sedikit basa-basi. Fatih dan Andra pun bersamaan menoleh akibat kedatangan Eka yang menurut mereka begitu tiba-tiba."Memang sudah seharusnya seperti itu, kan?" balas Fatih seraya tersenyum dan menggeleng pelan dengan pertanyaan aneh sang istri."Sepertinya nanti kami sangat butuh saran-saran lain darimu," jawab Andra yang juga tak luput dengan senyumannya."Aku juga mau ikut!" seru Kinan yang juga baru saja datang. Andra yang mendengar itu pun menaikkan sebelah alisnya sekilas."Ak
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUSepasang mata itu mulai menyipit, memandang ke arah sepasang pria yang begitu ia kenal dengan baik tengah berduaan.Kerutan pada kening Selena bahkan mulai bermunculan ...."F-fredi?? S-siapa yang duduk dengannya??"Seketika, rasa sesak di dadanya kian hebat, debaran jantungnya kini berdetak tak karuan, amarah yang kian mencuat bahkan tangan terkepal sempurna, mendapati sang pujaan hati tengah menjalin kasih dengan wanita lain.Betapa tidak? Fredi terlihat tengah asyik berduaan dengan sosok wanita berpenampilan hedon, beberapa perhiasan mahal menghiasi kedua pergelangan tangan, jari jemari, leher dan juga sepasang telinganya.Selena benar-benar dibuat geleng-geleng kepala melihat kemesraan yang terjadi saat ini."Ck! Sialan, bisa-bisanya dia melakukan ini padaku."Saat itu pula amarahnya mulai meledak! Tanpa berpikir panjang wanita itu lekas melangkahkan kaki menghampiri mera Fredy."Ah! Kamu bisa aja, Say.""Serius Jane, kamu benar-benar terlihat cantik se
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUSelena menghentakkan kakinya dengan perasaan kesal. Wajahnya tampak masam terlihat. Ia juga heran kenapa Fatih dan juga Eka tidak mau menggubrisnya lebih jauh. Karena sudah diabaikan begitu saja, Selena pun pada akhirnya memutuskan untuk pergi. Rasa kesal yang ia rasakan masih juga belum surut. Sepanjang jalan, ia terus mengomel tak jelas. Tentunya merutuk pasangan suami istri tersebut.Sejak perceraian itu, Selena sudah tak mau menganggap Eka sebagai teman lagi. Karena menurutnya, Eka adalah wanita perusak kebahagiaannya. Padahal jika ditelisik dari fakta, justru dialah wanita yang merebut kebahagiaan sahabatnya sendiri.“Kenapa sampai sekarang aku tidak bisa melupakan Fatih, ya? Padahal aku sudah dapat pengganti yang tampan seperti Fredy,” keluh Selena dengan suara lirih.Ya, begitulah Selena. Ia masih terkurung dengan dilemanya sendiri. Jika tidak berada di dekat Fatih, ia bisa meredam rasa cintanya. Namun, akan sangat berbeda bila jarak mereka dekat, S
"Kenapa kamu duduk di depanku dan bukannya di sampingku?" Kinan mengernyitkan dahi tak mengerti."Kalau aku duduk di sampingmu, kita memang bisa dekat dan mesra-mesraan. Tapi, kalau aku duduk di depanmu, aku bisa puas liatin kamu. Sambil makan liatin kamu pasti bikin aku makin berselera."Seketika rona merah menjalar di wajah Kinan. Meski telah lama bersama, tetapi mendapat rayuan dari sang Suami tetap saja membuatnya malu dan salah tingkah."Ah, kamu bisa aja, Mas."Andra tersenyum dan berkata, "Makasih ya, Sayang. Udah buat dan bawa bekal buat aku.""Iya, sama-sama. Dimakan dong.""Hm, ini nikmat banget, Sayang. Kamu emang paling jago masak. Rasa masakannya gak ada duanya dan paling enak di dunia ini."Mendapat pujian seperti itu lagi-lagi membuat Kinan merasa senang bercampur malu. Ia senang karena suaminya benar-benar telah berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya."Bicara Mulu, nanti kamu keselek loh.""Ya gak dong, Sayang. Lagian aku kan cuma memuji istriku y
"Masih mau jadi saksi? Ibu liat sendiri kan kalau di sini tertulis nama saya," tunjuk Kinan ke arah tulisan namanya yang berada di bagian bawah tupertuper.Meski Bu Eli sudah berusaha menghentikan aksi Kinan itu, pada akhirnya gagal juga. Situasinya sedang tak berpihak kepada Bu Eli.Bu Ana–saudara Bu Eli dari kampung–terkejut dan sontak memandang Bu Eli, seolah-olah meminta penjelasan. Namun, Bu Eli hanya bisa menunduk dan diam seribu bahasa. Ia benar-benar sangat malu karena ketahuan tupertuper itu bukan miliknya."Kok, kamu gak bilang kalau itu bukan punyamu?!" bisik keluarga Bu Eli dengan penuh penekanan.Kinan cekikikan mendengar perkataan wanita tersebut. "Ya, gimana mau bilang, Bu. Wong tadi udah koar-koar kalau wadah mahal itu kepunyaan dia. Kalau dia jujur, mau taruh di mana mukanya."Kinan tampak tak peduli dengan raut wajah Bu Eli yang sudah berubah merah. Kesal karena Kinan begitu gamblang berbicara. Padahal tadi Bu Lei sudah berkoar-koar tentang betapa mahalnya wadah tem
Bukannya bersyukur mendapat makanan gratis, malah menggerutu tidak jelas. Bu Eli lantas berjalan menuju ke terasnya. Melihat kalau-kalau Kinan masih membagikan makanan dan tetangganya sudah sepi."Kalau masih ada sisa aku mau minta lagi ah."Bu Eli masih mengintip dari rumahnya. Namun, susunan box makanan sudah tidak ada, yang tersisa hanya Eka dan Kinan yang masih berada di teras rumahnya."Eh, masih ada kotak yang dipegang si Kinan dan iparnya. Samperin, ah." Bu Eli pun bergegas menuju ke rumah Kinan."Kinan!""Iya, kenapa, Bu Eli?""Acara bagi-bagi makanannya udah selesai?""Iya, emangnya kenapa, Bu?""Siap tahu makanannya masih sisa, kan kasian nanti bisa mubazir. Kalau makanannya sisa dan basi kan jatuhnya malah dosa bukannya dapat pahala. Seperti itu," tunjuk Bu Eli ke arah kotak yang dipegang Kinan."Wah, benar-benar gak tahu malu ya tetanggamu ini Kinan. Heh, Bu Eli! Kotak yang dipegang Kinan itu untuk makan siangnya. Malah mau minta juga. Tadi kan Bu Eli udah dapat.""Halah,
Hari itu Kinan mengadakan sedekah jumat seperti biasa. Makanan yang akan dibagikan sudah tersusun rapi di teras rumah agar lebih mudah dibagikan nanti. Ia tidak sibuk di dapur, karena yang akan dibagikan adalah makanan dari gerai."Semuanya sudah turun semua, Sayang," ucap Andra kepada Kinan setelah menurunkan kotak terakhir."Terima kasih, Sayang." Kinan tersenyum hangat ke arah sang Suami."Kita bagikan selepas Jumat atau sebelum?" Eka memastikan."Sebelum Jumat aja. Mbak jadi kan bantuin aku? Soalnya Mas Andra mau balik ke gerai lagi."Yah, Eka memang sengaja datang hari itu. Ia diminta tolong oleh Bu Nuri untuk mengantarkan rujak buatan ibu mertuanya itu untuk Kinan. Bu Nuri sengaja bikin karena Kinan sedang mengandung. Bahagia hati Kinan karena kini mertua dan iparnya bisa akur dengan dirinya. "Jadi dong."Setelah kepergian Andra kembali ke gerai, Kinan dan Eka kembali menghitung ulang jumlah makanan yang akan mereka bagikan. Totalnya ada seratus lima puluh box. Namun, ada yang