Home / Romansa / Vonis mandul ditengah kehamilan istriku / Siapakah yang menghamili Nisa?

Share

Siapakah yang menghamili Nisa?

Author: Rhienz
last update Last Updated: 2021-06-11 10:52:39

Bab 2

Vonis mandul ditengah kehamilan istriku

Aku masih duduk terpaku sambil memegang kertas ini, sedangkan dokter Temi nampaknya harus segera menerima pasien lain yang sudah menunggu diluar.

"Maaf Pak Anton, saya mengerti anda pasti masih kecewa dengan hasil tesnya, jika anda ragu  dengan hasil tes dari rumah sakit ini, anda bisa mencoba memeriksakan kesuburan Anda di rumah sakit lain. Tapi saya yakin, hasilnya akan sama," ucap dokter Temi meyakinkan ku.

"Baiklah, dok! Terimakasih banyak. Kalau begitu saya permisi dulu!" sahutku, lalu keluar dari ruangan dokter Temi dengan membawa selembar kertas yang dari tadi tak henti-hentinya kupandangi.

****

"Kring!" dering ponselku berbunyi, sebuah panggilan masuk dari Ibu.

"Anton, kamu dimana? Ko lama sekali beli ayam gorengnya?" tanya Ibu di seberang telpon, Ibu pasti sudah menunggu dari tadi. 

"Ma-af Bu, tadi Anton bertemu teman lama, jadi kami ngobrol dulu, sampai lupa waktu," jawabku berbohong pada Ibu.

"Ya udah, sekarang kamu cepat pulang, kasian Nisa, dari tadi pengen makan ayam goreng kentucky. Nanti kalau gak keturutan bayinya bisa ngiler, emangnya kamu mau, punya anak suka ngiler? uda cepat balik, Ibu tunggu!" ucap Ibu penuh tekanan, sepertinya Ibu mulai marah karena terlalu lama menungguku.

Aku pun segera pergi ke restoran cepat saji untuk membelikan ayam kentucky untuk Nisa. Setiap Nisa ngidam ingin makan sesuatu, dia tak pernah langsung memintanya padaku, dia lebih suka meminta pada Ibu, dan nantinya Ibu lah yang memintanya padaku.

****

Setelah membeli ayam kentucky aku pun segera pulang, tak sabar rasanya ingin mencari tau siapa laki-laki yang sudah tidur bersama Nisa selama ini. Laki-laki yang menabur benih di dalam rahim istriku.

Sesampainya di rumah, Nisa langsung menyambutku, dia mencium tanganku takzim lalu mengambil bungkusan ayam yang kusodorkan padanya.

"Makasih ya Mas!" ucapnya lembut, lalu berjalan mengekor di belakang ku.

Melihat  wajahnya yang polos dan alim rasanya hati ini panas dingin, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, ingin sekali aku langsung bertanya padanya tentang siapa ayah dari janin yang sedang ia kandung saat ini, tapi-apakah dia akan mengaku? Aku tidak yakin, dia pasti tidak akan mengakuinya, terlebih dia pasti akan mendapatkan pembelaan dari Ibu maupun Bapak, karena semua orang dirumah ini tau, Nisa adalah wanita baik-baik. Wanita se lugu dan se alim Nisa tidak mungkin berbuat kotor.

Kutarik nafas panjang, lalu membuangnya perlahan, aku tidak boleh gegabah, aku harus mengumpulkan banyak bukti, sebelum membongkar aib Nisa. Aku harus bermain cantik, dan mencari tahu siapa laki-laki itu. Dan setelah aku mengetahuinya aku akan segera membuat perhitungan pada mereka, dan kupastikan mereka akan menyesal. 

"Ko lama banget, Ton! Kamu beli ayamnya dimana? Di Bandung?" Bentak Bapak sedikit kesal. 

Dia memutar kursi rodanya mendekat ke arahku. Sudah satu tahun Bapak terkena stroke, dia tidak bisa berjalan dan harus dibantu oleh kursi roda. Laki-laki berusia 50 tahun ini masih terlihat gagah dan tampan walaupun harus duduk di kursi roda. Apa mungkin Bapaklah pelakunya? Tapi melihat kondisi Bapak yang seperti ini aku jadi tidak yakin, pasalnya untuk berpindah ke tempat tidur saja, Bapak harus dibantu. Mana mungkin dia bisa berzina dengan Nisa Sampai Nisa hamil. 

"Anton! Kenapa diam saja?" tegur Bapak kesal.

"Mas, ko malah bengong? Itu Bapak bertanya, kenapa kamu gak jawab?" ucap Nisa mengguncang bahuku. 

"I-iya, Pak! Bapak ngomong apa barusan? Maaf Anton tidak dengar!" jawabku terbata, membuat wajah Bapak semakin tidak bersahabat.

"Sudahlah, lupakan saja! Nisa cepet buka Ayamnya, Bapak juga sudah lapar!" cetus Bapak sambil mendorong kursi rodanya mendekat kepada Nisa.

Nisa terlihat begitu perhatian pada Bapak, bahkan dia membantu Bapak untuk menuangkan nasi dan Ayamnya ke piring.

****

Sore berganti malam, hari ini begitu melelahkan, entah kenapa aku tak bisa tenang, pikiranku terus mencari siapa laki-laki itu. 

"Mas!" suara merdu itu berbisik di telingaku. Siapa lagi kalau bukan Nisa, dia menghampiriku yang sedang duduk di tepi ranjang, tangan kanannya membawa secangkir teh hangat kesukaan ku.

"Diminum tehnya Mas, mumpung masih hangat!" ucapnya mesra, suaranya terdengar mendesah dan manja. Perlahan dia membuka hijab yang menutupi kepalanya. Memperlihatkan rambutnya yang panjang dan lurus.

"Iya, makasih!" ucapku datar tanpa menoleh ke arahnya. Ia mendekat dari belakang lalu melingkarkan tangannya di pinggangku. Hembusan nafasnya terasa begitu hangat di telingaku. 

"Mas, kamu gak kangen sama dedek bayi yang ada di perut? Dari kemarin belum kamu jenguk," ucapnya  sambil terus bergelayut manja padaku, bibirnya perlahan mengecup leherku. Entah kenapa, kali ini aku jijik dengan sentuhannya yang dulu selalu ku nikmati.

Aku berusaha mengurai pelukannya, tapi nampaknya Nisa malah mempererat pelukannya.

"Mas, ayo!" ucapnya memberi kode, sepertinya ia ingin meminta nafkah batin dariku malam ini. Tapi, apa mungkin aku bisa memberinya setelah tau kenyataan yang menyakitkan bahwa Nisa telah berselingkuh dengan laki-laki lain.

"Jangan malam ini ya, Nis! Aku capek!" jawabku sambil terus berusaha mengurai pelukannya.

Mendengar jawabanku, seketika wajah Nisa terlihat kecewa, dia mencebik kesal lalu memalingkan wajahnya ke lain arah.

Selama kami menikah, aku memang tidak pernah menolaknya bercinta, sepertinya dia tersinggung dan merajuk mendengar penolakan ku. Tak lama kemudian ia bangkit dari ranjang, lalu menyambar kerudung yang tadi ia lepas, dan kembali memakainya.

"Kamu mau kemana, Nis?" tanyaku pada Nisa yang sudah berjalan mendekati pintu.

"Mau ke dapur! cari makan, laper!" jawabnya tanpa menoleh ke arahku, sepertinya dia benar-benar marah padaku.

Sudah 30 menit Nisa pergi ke dapur, namun tak kunjung kembali ke kamar. Kemana dia? Batinku bertanya-tanya. Akhirnya kuputuskan untuk menyusulnya ke dapur, namun didapur aku sama sekali tidak menemukan Nisa. 

"Anton! Kamu ngapain malam-malam gini ke dapur? Lapar?" tanya Ibu padaku. 

"Gak, Buk! Anton lagi cari Nisa, Ibu liat Nisa?" tanyaku pada Ibu yang sepertinya sedang mengambilkan air minum untuk Bapak. 

"Ya ampun, Ton. Baru ditinggal 5 menit aja uda dicariin," jawab Ibu sedikit meledek. 

Aku sama sekali tidak mengerti dengan jawaban Ibu, Nisa sudah setengah jam tidak kembali ke kamar, tapi kenapa Ibu bilang baru ditinggal 5 menit?.

"Maksud Ibu?"

"Nisa lagi mandi, katanya gerah banget di kamar! kasian istrimu, Ton. Sampai keringetan kayak gitu dikamar, makanya cepet beliin AC dikamar mu, biar istrimu itu gak perlu mandi malam-malam gini, dia itu lagi hamil, bawaannya pasti gerah terus, walaupun menurut kita biasa aja, tapi bagi orang hamil itu beda!" jawab Ibu menasehatiku, membuatku semakin bingung.

"Ya udah, Ibu mau ke kamar dulu! Bapakmu pasti uda nunggu, mau minum!" ucap Ibu berlalu meninggalkanku dengan membawa mug besar di tangan kanannya. 

Terdengar bunyi ceburan gayung di dalam kamar mandi. Benarkah itu Nisa? udara dingin seperti ini, kenapa dia kepanasan, apalagi Ibu bilang Nisa bercucuran keringat. Apa jangan-jangan Nisa telah bergumul dengan laki-laki itu, tapi siapa dia? Sedangkan Bapak sedang dikamar bersama Ibu. Aku masih termenung duduk di meja makan sambil menunggu Nisa keluar dari kamar mandi.

Tak lama kemudian Arjuna keluar dari kamarnya bertelanjang dada. Dia berjalan menuju lemari es yang berada di samping meja makan, lalu tangannya mengambil botol air mineral dan menenggaknya sampai habis, sepertinya ia begitu haus dan kelelahan, tubuh kurusnya dipenuhi peluh bercucuran. Apa jangan-jangan, Arjuna lah yang menabur benih di rahim istriku?

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
kakskskskkskdkd
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
penasaran saya
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
msh teka teki
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Benda mengejutkan dikamar Arjuna

    Bab 3Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuHatiku memanas seketika, setelah melihat Arjuna kelelahan seperti itu, habis ngapain dia, jika bukan habis bercinta dengan Nisa! Aku berusaha tetap tenang, aku tidak boleh gegabah."Jun! Kamu habis ngapain malam-malam gini keringatan kayak gitu?" tanyaku penuh selidik, aku benar-benar penasaran dengan jawaban dari anak ini."Eh Mas, belum tidur, Mas?" jawabnya santai, dia malah balik tanya kepadaku."Belum, belum ngantuk! Pertanyaan Mas, gak kamu jawab? kamu habis ngapain malam-malam gini gak Pake baju, keringat gitu?""Owh, aku habis push up, Mas! Olahraga, biar punya badan kayak Mas Anton," jawabnya santai. Dia sama sekali tidak terlihat panik maupun kikuk."Malam-malam gini olah raga, olah raga tuh pagi! biar sehat, bukan malam!" jawabku sedikit ketus, pasalnya aku tidak percaya dengan Jawaban Arjuna."Mas ngapain disini? Mau bikin mie instan juga, k

    Last Updated : 2021-06-11
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Tanda merah di leher Arjuna

    Bab 4Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuJangan-jangan benar, Arjuna lah Ayah dari anak yang dikandung Nisa!“Anton! Ko lama banget kamu nyari sarungnya? uda ketemu apa belum?” teriak Ibu memanggilku dari luar. Membuatku terkejut dan langsung memasukan tali bra ini ke dalam saku celanaku. Aku pun bergegas keluar dari kamar Arjuna, dan langsung menyerahkan sarung yang kuambil kepada Ibu yang sudah berdiri di depan pintu kamar.“Kamu ini, ngambil sarung aja lama! bikin Bapakmu emosi aja pagi-pagi!” cetus Ibu padaku.Aku tak begitu menghiraukannya, karena Bapak memang sudah biasa marah-marah seperti ini. kulihat jam di tangan, waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi, aku harus segera bersiap-siap pergi ke kantor. Ku ambil handuk yang menggantung di belakang pintu kamar, aku pun bergegas untuk mandi.Selesai mandi aku kembali ke kamar, kulihat Nisa sudah tidak ada di kamar, kemana dia? Apa jangan-ja

    Last Updated : 2021-06-11
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Merintih di kamar Ibu

    Bab 5Vonis mandul ditengah kehamilan istriku"Ini lo, Bapakmu jatuh dari kursi roda!" jawab Ibu yang masih kesal."Ko bisa jatuh sih, Bu?" tanya Arjuna heran."Tau tuh, Mas mu! Bapak ditinggal di teras sendirian, uda tau lantainya masih licin!""Yaelah, Mas! Aneh-aneh aja, untung Bapak gak apa-apa, coba kalau sampai tergelincir dan bablas sampai ke jalan, kan bahaya, Bapak bisa ditabrak mobil, ih ngeri" sahut Arjuna lalu mulai memasang sepatu di kakinya.Ingin sekali rasanya aku bertanya mengenai tanda merah yang ada di lehernya. Tapi, aku tidak mungkin bertanya di depan Ibu dan Bapak."Ton! Anton!" lagi-lagi Ibu berteriak padaku."Ada apa lagi, Bu?""Kamu ini malah bengong! cepat antar Bapakmu ke dalam! Ibu mau bayar tukang sayur dulu, barusan keburu lari, jadi gak sempet bayar!""Biar Anton saja yang bayar, sekalian Anton juga mau berangk

    Last Updated : 2021-06-11
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Penjelasan Dokter yang mengejutkan

    "Ton, ngebut dong! Uda tau istrimu kesakitan gini, cepat ngebut!" wajah Ibu benar-benar panik karena Nisa terus kesakitan."Iya, Bu! Iya, Anton juga uda berusaha ngebut, tapi kan Ibu liat sendiri jalanan macet,""Emang gak ada jalan lain yang lebih cepat dan gak macet?""Gak ada, Bu! Ini jalan satu-satunya. Ibu tentang aja, jangan panik, agar Nisa nya juga gak semakin panik! Lebih baik Ibu berdoa saja, semoga tidak terjadi apa-apa dengan kandungan Nisa!" ucapku berusaha menenangkan Ibu.Setelah menembus kemacetan, akhirnya kita pun sampai di rumah sakit. Aku segera memanggil perawat untuk membawa Nisa ke ruang UGD, agar Nisa segera diberi pertolongan.Wajahnya semakin pucat, badannya mulai lemas. Kenapa sebenarnya Nisa? Apa yang telah dia lakukan s

    Last Updated : 2021-06-17
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Cairan putih tercecer dilantai

    Bab 7#RhienzVonis mandul ditengah kehamilan istriku"Bunda ayo, katanya mau ke kantor Ayah! Ayo dong Bunda, cepetan!" rengek anak perempuan yang terlihat begitu akrab dengan Desi itu."Iya sayang, sebentar ya!" jawab Desi lembut, tangannya membelai rambut ikal anak itu."Des! Ini anak siapa?" tanyaku penasaran."Ini anak sambung ku, Mas! Anak dari suami ku, namanya Acha. Ayo Acha sayang, salim dulu sama Om!" seru Desi menyuruh anak kecil yang usianya sekitar 3 tahun itu. Dengan cepat tangan mungilnya mengulur di hadapanku, ia pun mencium tanganku dengan sopan."Mas, maaf ya. Aku harus buru-buru pergi, aku pamit dulu ya, Mas!" Desi pun pergi karena anak tirinya terus saja merengek minta segera pulang. Padahal aku belum sempat meminta no HP nya."Anton! Mana wanita yang tengah hamil itu? Siapa dia?" tanya Ibu terpogoh-pogoh menghampiri ku. Ibu hanya melihat punggung De

    Last Updated : 2021-06-19
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Dasar anak haram!

    Bab 8#RhienzVonis mandul ditengah kehamilan istriku"Ada apa sih, Mas? Baru datang ko teriak-teriak, bukannya salam?" Nisa terpogoh-pogoh menghampiriku, dia membawa keranjang berisi setumpuk baju."Kamu dari mana aja? Aku cari kemana-mana gak ada! Mana Bapak dan Arjuna!" Bentakan ku membuat Nisa ketakutan."Aku habis angkat jemuran, Mas! Kamu kenapa sih marah-marah?" Sahutnya dengan wajah sedih karena hentakan suaraku yang keras."Uda kamu jawab aja! Mana Bapak dan Arjuna? Dimana mereka bersembunyi, hah!" Aku benar-benar emosi, ingin rasanya kutampar wajah polosnya."Bapak dan Arjuna pergi jalan-jalan keliling komplek, Mas!" jawabnya menunduk ketakutan. Wanita ini, pintar sekali dia berbohong, mana mungkin panas-panas gini Bapak jalan-jalan keliling komplek, bersama Arjuna lagi! Dia pikir aku akan percaya dengan ucapannya!"Coba kamu lihat ini!" ser

    Last Updated : 2021-06-19
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Melihat Bukti Rekaman CCTV

    Bab 9#RhienzVonis mandul ditengah kehamilan istriku"Sudah-sudah! Kalian ini malah bertengkar!" ucap Ibu berusaha mengalihkan percakapan ku dan Bapak. "Tapi, Bu! Kenapa Bapak bilang aku ini anak haram?" tanyaku pada Ibu."Sudahlah Anton! Bapakmu itu lagi emosi, jadi ngomongnya ngelantur! Lebih baik, sekarang kamu bujuk Nisa! Jangan sampai dia kekeh minta pulang kampung! Ibu gak mau kalau Nisa sampai ngadu sama orang tuanya!" ucap Ibu sambil menarik tanganku, menjauh dari Bapak.Baiklah, mungkin kali ini, aku masih harus mengalah, tapi tidak untuk hari-hari selanjutnya. Seperti tadi, aku terlalu cepat menyimpulkan tanpa bukti yang kuat, akhirnya malah berantakan. Bukannya kebenaran yang aku dapat melainkan teka-teki baru yang keluar dari mulut Bapak.Aku yakin, Bapak tidak salah bicara, tidak mungkin dia memanggilku anak haram, jika tidak ada sebabnya. Kalau hanya karena emosi, masa iya Ba

    Last Updated : 2021-06-26
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Nisa akan kerja lebih giat, Mak!

    Perasaan tak tenang terus mengusik di benakku, setelah melihat rekaman CCTV tadi, ingin rasanya aku segera pulang dan melabrak Nisa dengan bukti yang sudah jelas. Berkali-kali aku melihat jam di ponselku, waktu masih menunjukan pukul 3 sore, masih 2 jam lagi menuju waktu pulang kantor.Gelisah dan terus bertanya-tanya, siapa sebenarnya laki-laki itu, kalau aku melihat sepintas perawakannya yang tidak jelas, sepertinya bukan Arjuna. Mungkinkah itu Bapak? Tapi--Bapak kan lumpuh! Apa sebenarnya Bapak hanya pura-pura lumpuh? Argh… aku menjambak rambutku frustasi.Aku bisa gila jika terus-menerus seperti ini, memecahkan teka-teki yang gak ada habisnya.***"Pak Anton! Bapak dipanggil Pak Surya ke ruangannya," ucap Tika, sekretaris Pak Surya, kepala cabang di kantor ini.Sejenak aku berpikir, tumben sekali Pak Surya memanggilku, biasanya jika tidak ada yang urgent, Pak Surya tidak pernah menyuruhku datang

    Last Updated : 2021-06-26

Latest chapter

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Terimakasih Para Reader

    Hallo semuanya šŸ„°šŸ„° Akhirnya setelah penantian dan proses yang cukup lama. Novel Vonis mandul ditengah kehamilan istriku atau disingkat menjadi (VMDKI) Ending juga šŸ„³šŸ„³šŸ„³Pertama-tama Saya mengucapkan terimakasih pada Tuhan Yang Maha Esa dan juga kepada Keluarga besar saya yang telah mendukung saya menjadi seorang Penulis. Dan yang paling spesial adalah terimakasih saya kepada seluruh pembaca setia novel VMDKI yang mengikuti novel ini dari awal terbit sampai tamat. 200 bab bukanlah jumlah yang sedikit, dan tentunya banyak diantara kalian semua yang sudah menghabiskan dana untuk membaca novel ini. Saya mohon maaf telah membuat kalian menghabiskan uang jajan atau bahkan uang dapur kalian untuk cerita ini. Semoga kalian bisa mendapat ganti yang berlipat ganda, semoga selalu di beri kesehatan, dan di lancarkan rezekinya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan Typo di dalam Novel ini. Jika berkenan yuk, baca juga novel ottor yang lainnya. *Yang suka dr

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā TAMAT

    ***Setelah pertemuan itu mereka tidak lagi bertemu sampai acara pernikahan tiba. Anton dan Adelia hanya berkomunikasi lewat telepon dan watsap.Ā Hari terus berganti, kedua keluarga semakin sibuk mempersiapkan acara sakral itu. Mereka ingin acara itu menjadi pernikahan termewah di Jakarta.Ā Malam ini kedua keluarga mengadakan pertemuan tertutup. Dua pasangan paruh baya itu mengadakan jamuan di sebuah restoran VVIP untuk membahas persiapan pesta yang akan digelar besok. Mereka ingin memastikan jika semua persiapan sudah seratus persen.Ā "Syukurlah jika semuanya sudah siap, saya sangat lega mendengarnya! Ini adalah momen spesial untuk kami," ucap Tuan Romy lega.Ā "Iya, Pak. Kami pun begitu, rasanya tidak sabar untuk menunggu hari esok," jawab Pak Tio.Ā "Kalau begitu, kita akhiri saja pertemuan ini, sepertinya sudah malam juga, sudah waktunya kita istirahat agar besok pagi tidak terlambat," ucapnya. Mereka p

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Di tahan dulu kangennya!

    ***Dengan wajah memerah, Anton keluar dari minimarket membawa bungkusan berwarna merah muda itu.Ā "Sial! Gara-gara Adel, aku jadi di ketawain anak-anak ABG tadi, mana jadi bahan olok-olokkan mereka lagi," cetus Anton menutup pintu mobilnya dengan kesal."Lagian, ngapain juga tuh kasir banyak tanya, pake acara nawarin merek lain segala lagi, memang dia pikir' saya ngerti apa dengan merek-merek pembalut? Aneh-aneh aja tuh orang," Anton menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan minimarket berlogo merah kuning itu.Sesampainya di rumah Adel, Anton pun langsung masuk ke dalam rumah yang tidak di kunci itu sesuai perintah Adel saat ia menelpon."Adel! Kamu dimana?""Gue di kamar! Lo sini aja! Gue nggak bisa turun nih," teriak Adel menyahut dari kejauhan."Jangan bercanda dong, Del! Di rumah kamu nggak ada siapa-siapa, ntar kalau tiba-tiba Papa dan Mama kamu datang dan melihat saya ada di k

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Apa? beliin pembalut?

    šŸ€šŸ€šŸ€"Ibu langsung istirahat saja! Ibu pasti capek, kan? Barang-barangnya biar si Mbok dan Sulis yang urus!" ucap Anton saat mereka tiba di rumah sang Ayah.Ā Wanita paruh baya itu pun mengangguk dan menuruti seruan anaknya. Sedangkan Anton segera masuk ke dalam kamarnya, ia pun merasa lelah setelah membantu memindahkan barang-barang ibunya.Kring! Kring!Ā Ponsel Anton berdering, dengan cepat ia mengangkat panggilan masuk dari Lilis.Ā "Halo, assalamualaikum' Mbak,""Waalaikumsalam, Mas. Maaf mengganggu, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih atas paket yang dikirim mas Anton. Anak-anak senang sekali, Mas,""Syukurlah kalau paketnya sudah sampai, Mbak. Semoga Fadlan dan Aqila menyukainya," ucap Anton lega. Tiga hari lalu Anton mengirim perlengkapan sekolah untuk kedua adik iparnya itu. Mulai dari baju seragam, sepatu, tas dan perlengkapan lainnya.Ā "Suka banget, Mas. Dari tadi mereka nggak sabar ingin bilang terima

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Mengubur semua kenangan buruk kita

    šŸ€šŸ€šŸ€Satu minggu sebelum pernikahan Anton di gelar, Tuan Romy dan Bu Minah pun melangsungkan acara pernikahan mereka di kediaman Tuan Romy, acaranya berlangsung khidmat dan sederhana sesuai permintaan Bu Aminah. Hanya kerabat dan orang-orang terdekat mereka yang menghadiri acara tersebut.Ā Bu Aminah tampak begitu cantik dengan balutan kebaya Jawa, begitupun dengan Tuan Romy, pria lima puluh dua tahun itu tampak gagah dengan busana adat dan juga blangkon khas Jawa yang ia kenakanan.Ā Pasangan paruh baya itu pun duduk di depan penghulu.Ā "Bagaimana Pak Romy, sudah siap?" tanya penghulu itu memastikan. Tuan Romy pun langsung mengangguk yakin.Ā Anton dan kekasihnya duduk di sebelah mereka, menyaksikan betapa sakralnya ijab kabul yang diucapkan sang Ayah. Suasana hening sejenak saat Tuan Romy dengan lugas dan lancar mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu memastikan."Sah!"

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Bu Minah dan Tuan Romy puber kedua

    ***Satu minggu setelah perdebatan itu, suasana kembali mencair. Bu Minah berusaha untuk menghilangkan kebenciannya kepada Jannah. Bagaimanapun anak itu memang tidak berdosa. Tidak mungkin ia harus menanggung beban atas perbuatan keji yang dilakukan kedua orang tuanya.Ā Bu Minah berusaha meyakinkan dirinya, meski itu tidak semudah yang dipikirkan. Tapi ia yakin, lambat laun rasa sayang itu akan tumbuh dengan sendirinya.Ā Kring! Kring! Dering ponselnya berbunyi. Nama Tuan Romy terpampang di layar. Dengan antusias Bu Minah segera menggeser tombol hijau dan berbicara dengan pria yang kini kembali mengisi kekosongan hatinya.Ā "Halo, Mas. Sudah berangkat?" tanya Bu Minah saat seseorang memanggil namanya.Ā "Sudah, Minah. Ini Mas sudah di jalan, sebentar lagi sampai. Kamu sudah siap' kan?"Ā "Sudah, Mas. Saya tunggu di luar ya, biar kita langsung berangkat," Sahutnya sebelum memutus panggilan.Ā Hari

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Jannah tidak berdosa!

    Sore menjelang malam, mereka pun tiba di Jakarta. Setelah mengantar Adel sampai ke rumahnya, Anton pun bergegas pulang. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Bu Minah ada di rumah sang Ayah dan menyambut dirinya dengan wajah tak bersahabat."Ibu? Sejak kapan ibu disini?" tanya Anton meraih tangan ibunya dan menciumnya takzim."Kamu dari mana saja Anton? Kenapa nomormu tidak bisa dihubungi?" tanya Bu Minah menatap tajam Anak sulungnya itu. Melihat raut wajah ibunya yang kesal, Anton pun bingung harus menjawab apa.Ā "Kenapa diam saja Anton? Kamu tidak dengar apa yang ibu tanyakan?! Kamu dari mana saja? Kenapa pergi tidak pamit sama ibu?""Maaf kan Anton, Bu. Anton ā€¦ Anton ada urusan,""Urusan? Urusan apa? Mengurus wanita jalang itu maksudmu?! Jawab Anton! Benarkan apa yang ibu katakan?" Mendengar cercaran pertanyaan dari ibunya, Anton pun hanya bisa mengangguk mengiyakan. Ia tidak mungkin berdebat dengan sang ibu d

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā Korban seorang residivis

    Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pulang, Anton dan Adel mengantar Lilis terlebih dahulu sebelum mereka berdua kembali ke Jakarta.Ā "Terimakasih, ya' Mas Anton, maaf sudah terlalu banyak merepotkan," ucap Lilis saat mereka tiba di rumahnya.Ā "Tidak apa, Mbak. Itu sudah menjadi tanggung jawab saya. Kalau begitu saya pamit dulu' ya, Mbak. Salam pada anak-anak,"Ā "Baik, Mas. Nanti saya sampaikan salam dari Mas Anton pada Qila dan Fadlan jika mereka sudah pulang dari sekolah. Mas Anton dan Mbak Adel hati-hati di jalan," sahut Lilis dan segera di anggukan oleh Anton maupun Adel. Dua sejoli itu pun akhirnya pergi meninggalkan kampung halaman Nisa.Tidak bisa dipungkiri, di kampung ini Anton sempat menjadi bagian dari keluarga besar Abah dan Emak. Kenangan masa lalu yang indah sempat terukir, walau hanya sesaat."Anton? Lo kenapa' sih? Ko malah ngelamun? Ayo jalan!" ucap Adel menegur kekasihnya yang masih dudu

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istrikuĀ Ā Ā "Maafkan aku, Nis!"

    "E-elo ā€¦ nggak sedang bohongin gue kan?" tanya Adel terbata. Seketika ada perasaan bersalah karena telah menuduhnya yang tidak-tidak. "Untuk apa saya bohongin kamu, Del? Apa untungnya buat saya?" sahut Anton membuang nafas kasar. Ia tidak menyangka jika gadisnya itu bisa berpikiran buruk terhadapnya. "Lebih baik' sekarang kamu balik ke Jakarta! Kamu kesini diantar Pak Amin' kan? Biar saya bilang sama Pak Amin untuk bawa kamu pulang ke Jakarta," ucap Anton. Ia pun berjalan menuju mobil hendak menghampiri sang supir. Namun, seketika tangan Adel menghadangnya. "Gue nggak mau balik! Gue mau disini nemenin lo!" ujar Adel yakin."Tapi, Del! Disini saya repot dengan urusan Nisa. Saya tidak mungkin bisa jagain kamu! Dari pada nantinya kamu kesal, lebih baik kamu pulang. Jika urusan disini selesai, saya akan segera menyusul kamu ke Jakarta!" "Pokoknya gue nggak mau balik! Gue tidak akan kembali ke Jakarta tanpa lo! Gue mau nemenin lo sampai semua urusan

DMCA.com Protection Status