"Ayo turun! Kita sudah sampai!" ucap Anton saat mobilnya berhenti di rumah minimalis itu.
Ia bergegas keluar dari mobil kemudian menunggu Adel keluar.
"Del! Ayo turun! Buka pintunya!" ucap Anton mengetuk jendela mobilnya saat pintu Adel tidak bisa ditarik. Sepertinya gadis itu mengunci pintunya dari dalam.
"Del! Kamu kenapa' sih? Udah nyampe nih, ayo turun, jangan aneh-aneh deh. Saya lelah pengen istirahat,"
"Iya, tunggu bentar! Bawel banget sih, gue nyari sisir dulu! Lo liat' kan, rambut gue berantakan gini' udah kayak nenek lampir aja!" sahut Adel dari dalam mobil. Gadis itu tampak sibuk mengobrak-abrik tas nya.
'Aduh, mana' sih, sisirnya? Perasaan biasanya ada di dalam tas deh, ko tiba-tiba nggak ada sih??' Gumam Adel dalam hati saat ia tidak menemukan sisir di dalam tas nya.
"Del, cepet! Udah nggak usah sisiran!"
"Gue malu ketemu sama Ibu lo, kalau rambut gue acak-acakan kayak gini! Lo punya sisir nggak? Gue minjem!" L
"Ayo masuk! Kita ngobrolnya di dalam saja!" Ajak Bu Minah, Adel pun mengangguk mengiyakan."Nak Adel mau minum apa? Biar Ibu bikinin,""Tidak usah repot-repot, Bu! Tadi saya sudah minum di jalan,""Tidak apa, kan sekarang udah di rumah, jadi beda lagi minumnya! Nak Adel tunggu sebentar ya' Ibu ke dapur dulu," ucap Bu Minah. Ia tidak menghiraukan penolakan Adel. Bu Minah begitu antusias ingin membuat teh hangat untuk calon menantunya itu."Lho, ibu mana? Ko' kamu sendirian?" tanya Anton saat ia masuk ke dalam rumah dan melihat Adel duduk seorang diri di ruang tamu."Ibu ke dapur, maksa mau buatin minum. Padahal gue udah nolak, tapi Ibu Lo kekeh," sahut
Pagi hari, aneka hidangan sudah tersaji di meja makan. Bu Minah sengaja membuat sarapan yang spesial untuk calon menantunya. Ia begitu semangat, sejak subuh dirinya sudah berkutat di dapur untuk mengolah bahan makanan yang ada di kulkasnya."Anton, kamu sudah bangun? Mau ibu bikinkan kopi?" tanya Bu Minah saat Anton keluar dari kamar Arjuna."Iya, Bu. Boleh," jawab Anton. Ia pun berjalan menuju meja makan."Ini semua Ibu yang masak?" tanya Anton menunjuk aneka menu di atas meja."Iya lah Anton, masa orang lain. Sudah sana cepat mandi, nanti kita sarapan bareng," sahut Bu Minah sebelum melenggang ke dapur."Ko banyak banget masak nya bu? Kita' ka
"Serius banget ngobrolnya? Lagi ngebahas apa?" tanya Anton berjalan menghampiri dua wanita yang tengah asik berbincang di atas sofa."Anton! Kamu bikin kaget aja!" ucap Bu Minah terkejut melihat kedatangan Anton yang tiba-tiba."Emang lagi ngobrolin apaan' sih, Bu? Sampai kaget gitu liat Anton datang? Apa jangan-jangan kalian berdua lagi gosipin Anton? Iya' kan, Bu? Ayo ngaku aja,""GR kamu, Ton! Orang Ibu dan Adel lagi ngebahas masakan Ibu barusan, bukan ngebahas kamu!" Sahut Bu Minah berbohong. Ia tidak ingin anaknya tahu jika dirinya menceritakan kejelekan Nisa pada Adel."Oh iya? Emang bener, Del' apa yang dikatakan ibu barusan? Kalau kalian berdua sedang membahas masakan Ibu?"
Sesampainya di rumah Nyonya Wina, Adel bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju ke teras rumah, meninggalkan Anton yang masih berada di dalam mobil. "Adel, tunggu! Kamu kenapa? Ko' buru-buru banget?" ucap Anton memanggil Adel. Ia pun segera keluar dari mobil dan berlari mengejar calon istrinya yang sedang merajuk. Namun, Adel sudah lebih dulu masuk ke dalam rumahnya yang tidak terkunci. Gadis itu sengaja mengacuhkan Anton, ia sama sekali tidak menghiraukan suara pria yang mengejarnya itu. "Adel? Kamu sudah pulang? Nak Anton nya mana?" tanya Nyonya Wina saat anak gadisnya tergesa-gesa masuk ke dalam rumah. "Nggak tau!" sahut Adel ketus tanpa menoleh ke arah ibunya. Ia berlari menaiki anak tangga dengan wajah kesalnya.
Tiga hari setelah kembalinya mereka ke Jakarta, mereka pun mulai disibukan dengan segala persiapan acara pertunangan yang sebentar lagi akan mereka gelar.Nyonya Wina menjadi salah satu orang yang begitu antusias menyiapkan segalanya."Hallo Nak Anton, jangan lupa! Siang ini kalian harus fitting baju lamaran. Tante sudah buat janji dengan Eveline. Kalian jangan sampai telat," ucap Nyonya Wina pada calon menantunya itu melalui sambungan telepon."Iya, Tan. Saya dan Adel pasti datang tepat waktu. Terima kasih telah mengingatkan,""Syukurlah kalau begitu. Oh iya Nak Anton, kalau boleh nanti sore Adel pulangnya bareng Nak Anton aja. Soalnya supirnya Adel tidak bisa jemput, dia harus nganter Tante ke tempat c
Adel terisak, butiran bening yang ia tahan dari tadi akhirnya jatuh membasahi pipinya.Anton yang melihat Adel menangis segera menghampiri gadis itu dengan perasaan bersalah."Del, maafin saya. Saya tidak bermaksud untuk bikin kamu sedih seperti ini. Saya hanya tidak ingin jika kamu terlalu ….""Terlalu apa?" tanya Adel mengangkat wajahnya, ia menatap Anton dengan berderai air mata. "Terlalu berlebihan kan maksud lo?? Iya' kan? Jawab Anton! Jawab!" Teriak Adel dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya."Setelah gue lihat sendiri ke intiman lo dengan mantan istri lo itu' Lo masih berfikir gue berlebihan, hah?! Sekarang gue tanya sama lo. Bagaimana jika posisinya dibalik?! Jika lo liat gue telanjang
"Sudah' Del, jangan menangis lagi, hapus air mata kamu. Malu sama karyawan, dari tadi mereka liatin kamu terus," ucap Anton pada Adelia. Gadis itu pun mulai menyeka air matanya dengan tangan. "Sudah hampir siang, sudah waktunya kita bertemu dengan Eveline. Kita berangkat sekarang aja, yuk! Biar nggak telat," ajak Anton. Adel pun mengangguk mengiyakan. Mereka berdua bergegas menaiki mobil dan melaju meninggalkan gedung bertingkat itu. Sepanjang jalan Adel hanya terdiam, ia sama sekali tidak bersuara walaupun Anton berulang kali melontarkan pertanyaan padanya. "Oh iya, Del. Selesai fitting baju, kita langsung makan siang aja' yah. Biar nanti balik ke kantornya setelah makan siang," lagi Anton bersuara. Ia masih berharap suasana kembali cair.
"Gerald?? E-elo ngapain disini?" tanya Adel terbata-bata. Matanya menatap tajam pria blasteran yang berdiri tepat di hadapannya.Entah dari mana datangnya, pria itu tiba-tiba saja masuk dan menghampiri Adelia di toilet khusus untuk perempuan yang saat itu tengah sepi.Adelia yang terkejut melihat kedatangannya pun segera melangkahkan kaki untuk keluar dari toilet. Namun, dengan sigap Gerald menghadang Adel. Pria itu mendorong tubuh Adelia, kemudian menutup pintu toilet dengan rapat. "Lo mau ngapain, Ger?! Jangan macam-macam lo!" ucap Adelia. Gadis itu benar-benar ketakutan melihat senyum Gerald yang menyeringai buas menatap dirinya."Santai dong, Del! Nggak usah panik, gue nggak bakal macem-macem sama lo!" jawab Gerald berjalan mendekati Adelia. "Mau lo apa' sih, Ger? Lo ngikutin gue kesini, hah? Kalau lo berani sentuh gue, gue bakalan teriak biar semua orang di restoran ini dengar!" Ancam Adelia."Santai dulu dong, Del! Nggak