"Sudah' Del, jangan menangis lagi, hapus air mata kamu. Malu sama karyawan, dari tadi mereka liatin kamu terus," ucap Anton pada Adelia. Gadis itu pun mulai menyeka air matanya dengan tangan.
"Sudah hampir siang, sudah waktunya kita bertemu dengan Eveline. Kita berangkat sekarang aja, yuk! Biar nggak telat," ajak Anton. Adel pun mengangguk mengiyakan. Mereka berdua bergegas menaiki mobil dan melaju meninggalkan gedung bertingkat itu.
Sepanjang jalan Adel hanya terdiam, ia sama sekali tidak bersuara walaupun Anton berulang kali melontarkan pertanyaan padanya.
"Oh iya, Del. Selesai fitting baju, kita langsung makan siang aja' yah. Biar nanti balik ke kantornya setelah makan siang," lagi Anton bersuara. Ia masih berharap suasana kembali cair.
Hallo teman-teman ottor, apa kabarnya? Semoga semuanya pada sehat yah. Ikutin terus cerita VMDKI yah, sebentar lagi cerita ini akan tamat. Jadi, jangan sampai ketinggalan baca, walaupun updatenya cuma 1 bab per hari🤭🤭✌ Oh iya, jika berkenan jangan lupa mampir ke cerita ottor yang sudah tamat yah, Judulnya " Tekanan Batin Seorang Istri" tamat di bab 33. Terimakasih, salam sehat. Peluk cium dari jauh❤❤
"Gerald?? E-elo ngapain disini?" tanya Adel terbata-bata. Matanya menatap tajam pria blasteran yang berdiri tepat di hadapannya.Entah dari mana datangnya, pria itu tiba-tiba saja masuk dan menghampiri Adelia di toilet khusus untuk perempuan yang saat itu tengah sepi.Adelia yang terkejut melihat kedatangannya pun segera melangkahkan kaki untuk keluar dari toilet. Namun, dengan sigap Gerald menghadang Adel. Pria itu mendorong tubuh Adelia, kemudian menutup pintu toilet dengan rapat. "Lo mau ngapain, Ger?! Jangan macam-macam lo!" ucap Adelia. Gadis itu benar-benar ketakutan melihat senyum Gerald yang menyeringai buas menatap dirinya."Santai dong, Del! Nggak usah panik, gue nggak bakal macem-macem sama lo!" jawab Gerald berjalan mendekati Adelia. "Mau lo apa' sih, Ger? Lo ngikutin gue kesini, hah? Kalau lo berani sentuh gue, gue bakalan teriak biar semua orang di restoran ini dengar!" Ancam Adelia."Santai dulu dong, Del! Nggak
Sebuah foto dirinya yang tidak mengenakan sehelai benangpun di tubuh indahnya. Adel benar-benar terkejut kenapa foto itu bisa ada di tangan Gerald. "Lepasin gue!!" Berontak Adel dengan suara tertahan."Oke, oke! Tenang dulu dong, gue bakal lepasin tangan gue, asal lo janji. Lo diem dan nggak usah teriak-teriak! Karena kalau sampai lo teriak sedikit saja, foto ini akan segera gue kirim ke ortu lo! Lo liat ini kan? Ini nomor watsap Nyokap lo, tinggal satu sentuhan saja foto ini akan langsung di lihat olehnya!" Adel pun mengangguk, ia terpaksa harus menuruti ucapan pria gila yang menyekapnya itu.Gerald melepaskan tangannya dari mulut gadis impiannya itu, dengan senyum menyeringai ia merasa menang."Cepat lo hapus foto-foto itu, Ger! Hapus sekarang juga!" Bentak Adelia berusaha mengambil ponsel milik Gerald."Eit, tenang dulu dong! Santai, nggak usah ngegas! Gue bakal hapus foto ini jika hasrat gue su
Mobil Alphard berwarna putih itu menabrak pembatas jalan. Beruntung penumpang yang ada di dalamnya tidak apa-apa.Orang-orang disekitar lokasi berhamburan menghampiri mereka. "Kamu tidak apa-apa, kan' Del?" tanya Anton khawatir melihat Adelia meringis memegang keningnya."Lo liat aja sendiri!" jawab Adel ketus. Ia memperlihatkan luka memar di bagian keningnya."Kan gue udah bilang, pelan-pelan aja nggak usah ngebut! Lo bebel banget jadi orang, sekarang lo liat tuh hasilnya!" Cetus Adel geram."Iya saya minta maaf, saya salah. Habisnya saya emosi liat kamu dan pria brengsek itu!" ucap Anton membuka sabuk pengamannya kemudian keluar dari mobil. Beruntung lokasi kejadian tidak jauh dari kantornya. Ia bisa segera menelpon anak buahnya untuk datang dan menjemputnya. Tak lama kemudian dua anak buah Anton pun tiba. "Bapak tidak apa-apa, kan?" tanya salah satu dari mereka menghampiri."Tidak,
"Ko jadi bawa-bawa Nisa sih Del?""Kenapa? Lo nggak terima?" sahut Adel ngegas."Bukan gitu, Del. Tapi ini kan nggak ada sangkut pautnya sama Nisa, ngapain kamu pake bawa-bawa nama Nisa segala?""Oh begitu yah?? Sekarang gue tanya sama lo, apa bedanya kejadian barusan dengan kejadian saat lo dan mantan istri lo itu pelukan? Nggak ada bedanya kan? Tapi kenapa emosi lo meluap-luap kayak gini?" tanya gadis itu dengan nada tinggi."Ya jelas beda lah, Del! Nggak bisa kamu samakan dengan kejadian saat itu! Nisa itu psikisnya terganggu, dia butuh support dari saya. Saya dan Nisa berpelukan konteksnya bukan karena nafsu. Sedangkan kamu? Kamu dan cowok brengsek itu ciuman dengan nafsu! Jangan di samain dong!" "Lo tau dari mana gue dan Gerald ciuman karena nafsu?" tanya Adel penuh emosi. Gadis itu tidak terima dengan ucapan Anton yang terkesan menyalahkan dirinya atas kejadian barusan."Ya tau lah! Kalau buka
"Maafkan saya, Del, saya benar-benar terpancing emosi, saya tidak mau melihat kamu disentuh oleh pria brengsek itu. Kamu mau' kan, maafin saya?" ucap Anton memohon. Beruntung gadis itu mengerti perasaan Anton dan langsung mengangguk mengiyakan. Dengar besar hati Adelia pun memaafkan calon suaminya.Ditengah obrolan mereka tiba-tiba Tuan Romy pun datang menghampiri. Dengan tergesa-gesa pria berusia 52 tahun itu masuk ke dalam ruang kerja anaknya."Anton, kalian berdua tidak apa-apa, kan? Ayah dengar dari karyawan' mobil kamu menabrak pembatas jalan, apa benar itu Anton?" tanya Tuan Romy cemas."Benar, Yah. Mobil Anton hilang kendali. Tapi beruntung kita berdua tidak apa-apa," jawab Anton pada sang Ayah."Astaga! Kenapa bisa sampai hilang kendali Anton? Kamu ngebut?" "I-iya, Ayah. Tadi Anton … ." Belum tuntas Anton bicara Tuan Romy sudah langsung menyambar ucapannya."Sudah berapa kali Ayah bilang, ka
"Nisa!! Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu tidak pakai baju? Cepat pakai baju dulu! Masa iya mau video call hanya pakai baju dalam saja?" ucap Anton dengan suara satu tingkat lebih tinggi dari biasanya. Ia benar-benar terkejut mengapa mantan istrinya itu bertindak tidak senonoh seperti itu."Memangnya kenapa sih, Mas? Nisa kan nggak telanjang!" jawab Nisa dengan entengnya. "Tapi, Nis, dengan hanya memakai pakaian dalam itu sama saja dengan kamu telanjang! Udah sana pakai baju dulu!" Lagi Anton menyerukan hal yang sama."Nisa gerah, Mas! Disini nggak ada kipas angin. Nisa belum sempet beli kipas! Lagian kenapa, sih' Mas kamu sewot kayak gitu? Lagi pula kamu udah sering liat tubuh aku, kenapa jadi canggung kayak gitu?" tanya Nisa dengan polosnya. Ia membuka bagian pahanya seolah ingin menggoda Anton.Anton memalingkan wajahnya dari layar ponselnya. Sesungguhnya ia enggan untuk menanggapi tingkah polah mantan istrinya itu."Tidak enak jika
Sedangkan Nisa langsung menghempaskan bokongnya di atas kasur. Rasa kecewa pada Anton membuat mood nya rusak. Nisa mengotak-atik ponselnya, ia mengirimkan pesan pada mantan suaminya itu dan berharap Anton segera meresponsnya. Namun, semua itu nihil. Deretan pesan berantai yang dikirim oleh Nisa sama sekali tidak dihiraukan oleh Anton.'Baca dong Mas! Kenapa nggak di baca juga' sih? Padahal kamu lagi online. Kamu ngapain aja si Mas? Kenapa jadi kayak gini?' gumam Nisa dengan perasaan yang campur aduk. Setelah lama menunggu dan tak kunjung direspon oleh Anton, akhirnya Nisa pun memutuskan untuk memakai bajunya dan kembali mencoba menelpon pria idamannya itu. Berulang kali Nisa menghubungi Anton, tapi nomornya selalu sibuk. [Kenapa sibuk terus, sih' Mas? Kamu lagi telponan dengan siapa?][Aku sudah pakai baju lengkap, ayo kita video call!][Angkat dong Mas! Aku sudah tidak telanjang sekarang! Aku mohon angkat panggilan
Malam berganti pagi, keluarga Nyonya Wina tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk acara pertunangan putri semata wayang mereka. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, Nyonya Wina tampak antusias saat perias yang ia pesan tiba di rumahnya."Adel, kamu jangan lama-lama mandinya! Orang salonnya udah dateng tuh! Ayo cepat jangan buang-buang waktu!" teriak Nyonya Wina menghampiri pintu kamar mandi anaknya."Iya, Mah, ini juga udah selesai ko, bentar lagi juga keluar," sahut Adel. Tak lama kemudian gadis itu pun keluar menghampiri Ibunya.Nyonya Wina telah memesan perias terbaik Jakarta. Ia ingin putrinya tampil sempurna di acara pertunangannya dengan seorang anak konglomerat terpandang di kota ini. Menjadi pendamping Anton adalah impian setiap orang tua yang memiliki anak gadis. Dibalik ketidak sempurnaannya, Anton memiliki banyak kelebihan, salah satunya wajah yang tampan dan harta yang berlimpah. Ia pasti menjadi incaran banyak wanita. Ad