Mobil Alphard berwarna putih itu menabrak pembatas jalan. Beruntung penumpang yang ada di dalamnya tidak apa-apa.
Orang-orang disekitar lokasi berhamburan menghampiri mereka."Kamu tidak apa-apa, kan' Del?" tanya Anton khawatir melihat Adelia meringis memegang keningnya."Lo liat aja sendiri!" jawab Adel ketus. Ia memperlihatkan luka memar di bagian keningnya."Kan gue udah bilang, pelan-pelan aja nggak usah ngebut! Lo bebel banget jadi orang, sekarang lo liat tuh hasilnya!" Cetus Adel geram."Iya saya minta maaf, saya salah. Habisnya saya emosi liat kamu dan pria brengsek itu!" ucap Anton membuka sabuk pengamannya kemudian keluar dari mobil. Beruntung lokasi kejadian tidak jauh dari kantornya. Ia bisa segera menelpon anak buahnya untuk datang dan menjemputnya.Tak lama kemudian dua anak buah Anton pun tiba. "Bapak tidak apa-apa, kan?" tanya salah satu dari mereka menghampiri."Tidak,"Ko jadi bawa-bawa Nisa sih Del?""Kenapa? Lo nggak terima?" sahut Adel ngegas."Bukan gitu, Del. Tapi ini kan nggak ada sangkut pautnya sama Nisa, ngapain kamu pake bawa-bawa nama Nisa segala?""Oh begitu yah?? Sekarang gue tanya sama lo, apa bedanya kejadian barusan dengan kejadian saat lo dan mantan istri lo itu pelukan? Nggak ada bedanya kan? Tapi kenapa emosi lo meluap-luap kayak gini?" tanya gadis itu dengan nada tinggi."Ya jelas beda lah, Del! Nggak bisa kamu samakan dengan kejadian saat itu! Nisa itu psikisnya terganggu, dia butuh support dari saya. Saya dan Nisa berpelukan konteksnya bukan karena nafsu. Sedangkan kamu? Kamu dan cowok brengsek itu ciuman dengan nafsu! Jangan di samain dong!" "Lo tau dari mana gue dan Gerald ciuman karena nafsu?" tanya Adel penuh emosi. Gadis itu tidak terima dengan ucapan Anton yang terkesan menyalahkan dirinya atas kejadian barusan."Ya tau lah! Kalau buka
"Maafkan saya, Del, saya benar-benar terpancing emosi, saya tidak mau melihat kamu disentuh oleh pria brengsek itu. Kamu mau' kan, maafin saya?" ucap Anton memohon. Beruntung gadis itu mengerti perasaan Anton dan langsung mengangguk mengiyakan. Dengar besar hati Adelia pun memaafkan calon suaminya.Ditengah obrolan mereka tiba-tiba Tuan Romy pun datang menghampiri. Dengan tergesa-gesa pria berusia 52 tahun itu masuk ke dalam ruang kerja anaknya."Anton, kalian berdua tidak apa-apa, kan? Ayah dengar dari karyawan' mobil kamu menabrak pembatas jalan, apa benar itu Anton?" tanya Tuan Romy cemas."Benar, Yah. Mobil Anton hilang kendali. Tapi beruntung kita berdua tidak apa-apa," jawab Anton pada sang Ayah."Astaga! Kenapa bisa sampai hilang kendali Anton? Kamu ngebut?" "I-iya, Ayah. Tadi Anton … ." Belum tuntas Anton bicara Tuan Romy sudah langsung menyambar ucapannya."Sudah berapa kali Ayah bilang, ka
"Nisa!! Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu tidak pakai baju? Cepat pakai baju dulu! Masa iya mau video call hanya pakai baju dalam saja?" ucap Anton dengan suara satu tingkat lebih tinggi dari biasanya. Ia benar-benar terkejut mengapa mantan istrinya itu bertindak tidak senonoh seperti itu."Memangnya kenapa sih, Mas? Nisa kan nggak telanjang!" jawab Nisa dengan entengnya. "Tapi, Nis, dengan hanya memakai pakaian dalam itu sama saja dengan kamu telanjang! Udah sana pakai baju dulu!" Lagi Anton menyerukan hal yang sama."Nisa gerah, Mas! Disini nggak ada kipas angin. Nisa belum sempet beli kipas! Lagian kenapa, sih' Mas kamu sewot kayak gitu? Lagi pula kamu udah sering liat tubuh aku, kenapa jadi canggung kayak gitu?" tanya Nisa dengan polosnya. Ia membuka bagian pahanya seolah ingin menggoda Anton.Anton memalingkan wajahnya dari layar ponselnya. Sesungguhnya ia enggan untuk menanggapi tingkah polah mantan istrinya itu."Tidak enak jika
Sedangkan Nisa langsung menghempaskan bokongnya di atas kasur. Rasa kecewa pada Anton membuat mood nya rusak. Nisa mengotak-atik ponselnya, ia mengirimkan pesan pada mantan suaminya itu dan berharap Anton segera meresponsnya. Namun, semua itu nihil. Deretan pesan berantai yang dikirim oleh Nisa sama sekali tidak dihiraukan oleh Anton.'Baca dong Mas! Kenapa nggak di baca juga' sih? Padahal kamu lagi online. Kamu ngapain aja si Mas? Kenapa jadi kayak gini?' gumam Nisa dengan perasaan yang campur aduk. Setelah lama menunggu dan tak kunjung direspon oleh Anton, akhirnya Nisa pun memutuskan untuk memakai bajunya dan kembali mencoba menelpon pria idamannya itu. Berulang kali Nisa menghubungi Anton, tapi nomornya selalu sibuk. [Kenapa sibuk terus, sih' Mas? Kamu lagi telponan dengan siapa?][Aku sudah pakai baju lengkap, ayo kita video call!][Angkat dong Mas! Aku sudah tidak telanjang sekarang! Aku mohon angkat panggilan
Malam berganti pagi, keluarga Nyonya Wina tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk acara pertunangan putri semata wayang mereka. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, Nyonya Wina tampak antusias saat perias yang ia pesan tiba di rumahnya."Adel, kamu jangan lama-lama mandinya! Orang salonnya udah dateng tuh! Ayo cepat jangan buang-buang waktu!" teriak Nyonya Wina menghampiri pintu kamar mandi anaknya."Iya, Mah, ini juga udah selesai ko, bentar lagi juga keluar," sahut Adel. Tak lama kemudian gadis itu pun keluar menghampiri Ibunya.Nyonya Wina telah memesan perias terbaik Jakarta. Ia ingin putrinya tampil sempurna di acara pertunangannya dengan seorang anak konglomerat terpandang di kota ini. Menjadi pendamping Anton adalah impian setiap orang tua yang memiliki anak gadis. Dibalik ketidak sempurnaannya, Anton memiliki banyak kelebihan, salah satunya wajah yang tampan dan harta yang berlimpah. Ia pasti menjadi incaran banyak wanita. Ad
Bu Aminah terperangah mendengar ucapan dari mantan majikannya itu. Ia benar-benar tidak percaya jika laki-laki yang sudah lama pergi dalam kehidupannya tiba-tiba mengajaknya untuk bersama. Belum sempat wanita itu menjawab, ponsel Tuan Romy berdering. Sebuah panggilan dari Anton. Tuan Romy pun segera mengusap layar benda pipih itu dan berbicara dengan putranya. "Hallo, Ayah! Adel dan keluarganya sudah tiba, mereka mencari Ayah," ucap Anton pada Ayahnya. "Baiklah, suruh mereka menunggu. Ayah dan Ibumu segera kesana," sahut Tuan Romy. Ia pun segera mematikan panggilan dan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku. "Minah, ayo kita masuk! Besan kita sudah tiba. Kau harus berkenalan dengan mereka," ucap Tuan Romy
Adel memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan bibir kekasihnya itu. Sudah lama ia menginginkan momen indah ini. Ciuman hangat yang ia impikan dari dulu. Adel tidak menyangka jika Anton sehebat ini saat bercumbu. Pria itu membuatnya terhipnotis, dibalik sikapnya yang cuek dan polos, ternyata Anton adalah pria romantis yang mampu meluluhkan hatinya yang keras seperti batu. "Sudah, " Bisik Anton ditelinga Adelia sesaat setelah ia melepaskan bibirnya dari bibir sang kekasih. Adel yang masih memejamkan matanya pun terkejut, ia seolah tersadar dari kenikmatannya. "Are u oke?" tanya Anton pada gadis yang masih melongo dengan bibir terbuka itu. Adel pun langsung membuka mata, dan berusaha membetulkan posisi duduknya yang sedikit merosot. "Owh … o-ke, gu-gue oke!" jawab Adel terbata.'Astaga!! Apa yang terjadi dengan gue? Kenapa gue jadi kaku gini? Gue seperti habis tersengat listrik tegangan tinggi. Tubuh gue panas dingin gini rasanya. Oh my god, gue nggak nyangka ni
Adzan magrib berkumandang saat Anton tiba di rumahnya. Pria itu pun langsung turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya di garasi.Ia melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Setelah menanggalkan pakaiannya, Anton pun lantas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan berwudhu. Jam dinding sudah menunjukan pukul enam lebih tiga puluh menit, Anton segera merapikan sajadah yang baru saja ia pakai untuk shalat. Ia pun segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Namun, pria itu kembali beranjak. Sepertinya ia melupakan sesuatu. "Astaga, aku sampai lupa tidak mengecek ponselku," ucap Anton. Ia pun bangkit dari kasur dan mengambil gawai yang masih tersimpan di saku jas nya.Dengan antusias Anton menekan tombol power untuk menghidupkan ponselnya. Ia ingin berselancar didunia maya, sudah lama pria itu tidak mengecek sosial media miliknya. Entah kenapa hari ini ia ingin sekali membuka facebuk atau hanya sekedar