Home / Romansa / Ups! Salah Suami / Bab 4. Membeli Cheetah Dalam Karung

Share

Bab 4. Membeli Cheetah Dalam Karung

Author: Dacytta Peach
last update Last Updated: 2022-08-23 01:32:32

Entah sudah berapa lama Anggun pingsan, ia baru saja sadar saat aroma minyak kayu putih menyengat hidungnya beberapa kali. Gadis itu perlahan membuka mata, tatapannya yang gelap kini berangsur membaik. Menatap langit-langit kamar, mata Anggun lantas mengedar ke seluruh ruangan. Otaknya yang kosong kini mulai terisi oleh adegan demi adegan sebelum akhirnya ia jatuh pingsan.

Semua orang kini berada di dalam kamarnya, satu per satu ditatapnya dengan tatapan sedikit heran hingga akhirnya ia menatap sosok yang ia yakini sebagai Vicky Rahmanto. Bergegas bangun, Anggun lantas memeluk pria yang duduk di sisi ranjangnya dengan begitu erat. "Vicky, aku hanya bermimpi 'kan? Semua yang terjadi ini hanyalah mimpi buruk 'kan? Aku hanya ingin kamu yang menjadi suamiku, bukan yang lain."

Semuanya terdiam begitu saja ketika mendengar Anggun berkata demikian. Hingga akhirnya salah satu orang yang hadir dalam ruangan itu angkat bicara dan menyadarkan Anggun. "Mbak Anggun, yang kamu peluk itu Mas Vickal bukan Mas Vicky."

Mendengar teguran dari Rani, adik angkat Vicky~sontak saja Anggun melepaskan pelukannya dan beringsut mundur. Mata Anggun menyorot tajam ke arah pria itu dan mulai menyalak marah. "Kamu bukan Vicky tapi kok kamu diam saja sih saat aku peluk? Kamu cari kesempatan ya?!"

"Mbak, yang cari kesempatan itu siapa? Kamu sendiri 'kan yang peluk-peluk saya?!" Vickal menyanggah dengan wajah mulai kesal, ia memalingkan muka dan sengaja tidak menatap Anggun.

Anggun menggeleng, ia menutup kedua telinganya dengan menggunakan telapak tangan. Kenyataan ini begitu sulit untuk ia terima, terlebih ia harus menerima kenyataan dimana ia salah suami di hari penting seperti ini. Siapa orangnya yang bisa menerima jika pada kenyataannya ia dibuat malu dan harus menderita banyak kerugian.

Semua orang menatap Anggun dengan resah, mereka seolah mengerti rasa bingung yang kini dialami oleh Anggun. Menarik napas, gadis manis itu lantas menyentuh tangan pria yang katanya bernama Vickal tersebut dengan gemetar. "Mas Vickal, semua ini adalah kesalahpahaman. Aku sama sekali tidak tahu jika kamu bukanlah Vicky yang aku maksud."

Pria itu hanya melirik Anggun untuk sesaat, tak menanggapi meskipun rasa kesal masih terlihat awet di wajahnya yang tampan. Anggun kembali melanjutkan ucapannya, "Jadi, apakah kamu bisa membatalkan akad nikah barusan? Aku sama sekali tidak mengenalmu, yang kukenal adalah Vicky dan aku hanya ingin menikah dengan Vicky."

Tatapan keduanya kini bertumpu satu sama lain, alih-alih seperti kucing yang menggemaskan Vickal terlihat seperti cheetah yang siap menerjang dengan taring-taring tajamnya.

"Sebenarnya kamu ingin menikah dengan siapa? Vicky Rahmanto bukan?" tanya Vickal lalu menyipitkan bola maya, ia mulai menipiskan jarak dengan mendekatkan wajahnya ke arah Anggun. "Vicky Rahmanto itu saya."

"Bohong! Kamu berbohong padaku! Dasar bujang lapuk!" Anggun berteriak histeris, ia menyambar bantal lalu memukulkan benda empuk itu ke tubuh Vickal secara bertubi-tubi. "Berhentilah membohongiku! Kau ingin mengambil kesempatan 'kan?!"

Semua orang saling pandang, mereka turut cemas dengan perubahan sikap Anggun yang terlihat begitu berputus asa. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali menyadarkan Anggun dan memberinya pengertian secara perlahan.

"Nak Anggun, kami mohon jangan berteriak histeris seperti itu." Andini membuka suara, wanita itu maju dari tengah-tengah kerumunan keluarga besar. Wanita paruh baya berwajah cantik itu Anggun mengenalnya sebagai mama sambung Vicky selama ini. Peringatan yang beliau lontarkan membuat Anggun berhenti menyerang Vickal. "Apa yang dikatakan Vickal benar, dia bernama Vicky Rahmanto. Nama yang sama dengan Vicky yang kamu kenal."

Anggun terbengong untuk sesaat, kepalanya seolah dihantam batu dengan penjelasan tersebut. Andini menghela napas, ia maju beberapa langkah untuk mendekat ke arah Anggun. "Kedua anak kembar ini sama-sama memiliki nama Vicky Rahmanto. Hanya saja sewaktu kecil kakek mereka memanggil Vicky yang tertua dengan nama Vickal agar lebih mudah dalam membedakan. Jadi Nak Anggun, tidak ada yang salah dengan nama itu karena keduanya memang memiliki nama yang sama di buku kelahiran."

Anggun terdiam beberapa saat, ia lantas memberanikan diri untuk menatap Andini dan orang-orang disekitarnya. "Kalo begitu aku ingin menikah dengan Vicky yang satunya. Aku sama sekali tidak mengenal Vickal dan aku hanya butuh Vicky disampingku."

Semua orang kembali saling tatap, kini Vicky yang diinginkan Anggun hadir maju mendekat ke arah Anggun. "Anggun, apa bedanya aku dengan Mas Vickal? Kamu bisa mengenal Mas Vickal mulai sekarang, dia pria yang begitu baik dan bertanggungjawab. Aku yakin dalam insiden ini, Tuhan telah memilih dia sebagai pendampingmu yang terbaik dan sebenarnya."

"Vicky, kenapa kamu bilang begitu? Kita sudah saling mengenal sejak SMP, apakah kamu tidak memiliki perasaan apapun kepadaku?" tanya Anggun dengan alis mengerut. Gadis itu tanpa sadar mencengkeram sprei yang berada dibawah tubuhnya dengan perasaan harap-harap cemas.

Vicky menatap ibunya sejenak, ada perasaan sungkan yang tidak bisa ia jelaskan dengan gamblang. "Bukan begitu Anggun, akad nikah itu sudah diucapkan oleh Mas Vickal. Sekarang keputusannya tinggal ditangan Mas Vickal, apakah dia mau melepaskanmu atau tidak."

Mendengar ucapan Vicky demikian, Anggun lantas mengalihkan tatap ke arah Vickal. Sungguh ia sangat berharap kerelaan Vickal untuk melepas dirinya dan bisa meresmikan hubungannya dengan Vicky. "Mas Vickal, kamu dengar sendiri 'kan? Semua ini tergantung padamu. Tolong Mas Vickal lepaskan aku, aku ingin Vicky-lah yang mengucapkan janji suci itu untukku. Sungguh, aku sangat ingin menikah dengan Vicky dan bukan dirimu."

Vickal yang sedari tadi cuek dan dingin, perlahan membalas tatapan Anggun. Meskipun tidak terlalu mengenal, bibir tipis warna peach di hadapannya itu memiliki racun yang cukup membuat hati Vickal tersakiti. "Kamu kira semudah itu, Anggun? Saya tidak akan pernah mengucapkan akad nikah sembarangan apalagi harus menariknya."

"Jadi maksudmu?" Anggun tak berani mengatakan kemungkinan yang bakal terjadi kali ini. Bola matanya yang indah kini tertuju penuh pada sosok Vickal yang duduk diatas ranjang di hadapannya.

Vickal menarik napas, ia lalu menoleh ke arah Vicky. "Vicky, katakan pada saya apakah saya tidak pantas untuk menjadi pendamping Anggun?"

"Ehmm... Kamu—"

"Saya tidak akan melepaskan Anggun, saya telah menikahinya hari ini." Vickal memutuskan, membuat Anggun tercengang dan shock parah. Perlahan pria itu bangkit dari duduknya lalu menatap Anggun sekali lagi. "Saya bukan tipe pria yang suka mempermainkan akad nikah, Anggun. Saya tetap akan mempertanggungjawabkan apa yang sudah saya ucapkan di depan umum."

"Ka-kamu—"

"Paman, kita lanjutkan saja pernikahannya. Jangan membuat orang lain dan tamu undangan menunggu. Jangan sampai Anda mempermalukan diri sendiri di depan tamu agung," ucap Vickal pada Hermawan yang sedari tadi membisu karena merasa turut bersalah. Pria bernama Vickal itu melenggang pergi tanpa beban, membuat Anggun benci setengah mati.

"Dasar kau bujang lapuk! Jika kau membenciku maka jangan membuatku menderita seperti ini. Dasar sialan kamu!" Anggun histeris, kesal sampai ke ubun-ubun karena nyatanya Vickal sendiri tidak mau melepaskannya dan memilih untuk bertahan. Anggun mengambil bantal sekali lagi lalu melemparkannya ke arah Vickal hingga menimpuk punggung kekar tersebut. "Sialan kamu, sialan!"

****

Atas persetujuan bersama akhirnya pesta pernikahan tetap saja dilanjutkan. Meskipun Anggun begitu terguncang, ia tidak punya pilihan lain karena ia masih bisa memikirkan bagaimana wajah pamannya jika sampai ia tidak hadir di depan tamu undangan.

Dengan begitu sangat terpaksa, Anggun akhirnya harus bersanding dengan Vickal—saudara kembar Vicky yang tertua. Meskipun tidak bahagia, Anggun menerima keadaan dengan perasaan kesal dan benci yang besar.

Sedikit menjaga jarak, Anggun tidak ingin berdekatan dengan Vickal. Meskipun mereka suami istri sekarang, Anggun sendiri merasa menyesal karena telah memilih seekor cheetah hadir dalam kehidupannya.

Melihat pernikahan itu, Vicky duduk memojok di salah satu sudut ruangan. Pria bertubuh kekar yang memiliki postur tubuh dan bentuk wajah yang sama dengan Vickal tersebut menatap jauh ke arah pelaminan dimana Anggun dan Vickal duduk bersandingan meskipun ada jarak tipis diantara mereka.

Menatap putra angkatnya menyendiri, Andini tidak tinggal diam. Perlahan ia menghampiri Vicky dan menyentuh pundaknya untuk menyadarkan lamunan pemuda tersebut. "Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja bukan?"

Vicky tersadar, ia menoleh cepat ke arah ibunya lalu menghela napas. "Tidak Bu, aku tidak apa-apa."

"Sungguh?" Andini mencoba menegaskan, sesekali ia melirik ke arah pelaminan dengan tatapan penuh rasa penasaran. "Kamu tidak sedang kecewa 'kan?"

Vicky terlihat resah, ia terkekeh lalu menggosok dahinya beberapa kali. "Ibu bicara apa? Tentu saja aku bahagia dengan pernikahan Vickal. Akhirnya saudara laki-lakiku bisa menikah juga dengan seorang gadis, bukankah itu kabar yang begitu menggembirakan?"

Andini terdiam sesaat lalu mengulas senyum tipis. "Tapi wajahmu terlihat sedih, Vicky."

"Oh benarkah? Aku rasa tidak demikian Bu. Aku turut bahagia dengan pernikahan Mas Vickal, aku berharap dia akan mendapatkan jodoh suatu hari nanti dan lihatlah ia berjodoh dengan Anggun sekarang."

Andini hanya diam, ia kembali menatap ke arah pelaminan dengan tatapan dingin dan tak terbaca. "Lalu apa rencanamu setelah ini Vicky?"

Vicky belum menjawab, ia menatap ke penjuru arah lalu menggosok tengkuknya. "Entahlah, mungkin aku akan melanjutkan kuliah sementara waktu sambil belajar mengelola bisnis pabrik mebel milik almarhum ayah."

Andini menghela napas, perlahan ia maju ke arah meja prasmanan dan mengambil dua buah gelas berisi jus jeruk yang nikmat dan segar. Membawanya ke hadapan Vicky, Andini menatap anak angkatnya lalu menyerahkan gelas tersebut secara perlahan. "Vicky, tidakkah kau iri melihat mereka bersanding?"

"Bu, kau bicara apa?" Vicky mencebik, ia menerima gelas itu lalu buru-buru meminum isinya. "Aku sudah bilang bahwa aku sangat bahagia dengan pernikahan mereka."

"Kamu bohong, Vicky. Bohong!" Andini lalu menyeringai, perlahan ia menyesap jusnya. "Aku bisa melihat kekecewaan itu di matamu, Anakku. Bukankah Anggun adalah gadis yang cantik dan baik?! Tidakkah kau ingin memilikinya juga?"

"Bu, apa maksudmu? Tentu saja ia cantik, dia seorang gadis." Vicky menyanggah, mengedarkan pandang dan berharap tidak menatap bola mata ibunya yang begitu awas.

Andini tersenyum tipis, ia meminum kembali jusnya sebelum akhirnya ia melanjutkan ucapannya. "Tidakkah kau memiliki rencana untuk merebutnya, Vicky?"

"Bu, apa yang kau katakan?" Vicky terkejut, ia segera menoleh ke arah ibu angkatnya dengan tatapan tak mengerti.

"Ya, tidak salah lagi. Kamu tidak salah dengar Vicky." Andini menjawab dengan mantap, ia menatap anak angkatnya dengan tatapan berbeda. "Jika kamu benar-benar menyukainya, kenapa tidak merebutnya saja? Vicky, kebahagiaan itu mahal dan kamu harus memperjuangkannya. Lalu untuk apa bertahan dan menderita jika alternatif untuk merebut telah tersedia di depan mata. Vicky, jangan jadi anak bodoh. Pergi dan rebut apa yang kau mau, kamu pantas mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan."

****

Related chapters

  • Ups! Salah Suami   Bab 5. Suami Aneh

    Penyesalan besar telah mendera seorang Anggun Clarissa, di mana ia bersedia membeli kucing justru cheetah ganas yang ia dapat. Tak ayal, Vickal sama sekali tidak mau melepaskannya, hal ini membuat Anggun merasa rugi lebih besar dari yang ia kira. Selama ini, selama mengenal Vicky, Anggun sama sekali tidak tahu jika teman masa kecilnya itu memiliki saudara kembar. Entah apa yang terjadi, Vicky sendiri juga tidak pernah menceritakan perihal itu pada Anggun. Benar-benar kejadian fatal hingga akhirnya Anggun masuk ke dalam kubangan pasir hisap yang membuatnya tak mampu keluar karena Vickal telanjur menggenggamnya."Mbak Anggun, saatnya sesi foto-foto. Berpose yang manis ya biar kami bisa mengabadikan momen romantis kalian," ucap sang fotografer yang disewa Hermawan dengan nada sedikit genit.Pria itu tersenyum cemerlang, bersiap mengarahkan kamera digital ke arah Anggun dan juga Vickal. Anggun ingin mengamuk hanya saja ia teringat pada pamannya yang begitu susah payah menyediakan pesta u

    Last Updated : 2022-08-23
  • Ups! Salah Suami   Bab 6. Pinjamkan Aku Pakaian

    Gadis itu menerima tatapan yang ditujukan ke arahnya dengan tajam, kedua mempelai saling bertukar pandangan dengan kilat cahaya yang berbeda. Tak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh kedua orang ini sama persis hanya saja mungkin perang dunia ketiga mungkin akan segera terjadi.Suasana ruang makan yang ramai dan sesekali berdenting akibat alat makan yang diadu, sama sekali tidak menyurutkan niat keduanya untuk saling menunjukkan siapa yang telah melakukan kesalahan fatal hingga pernikahan yang tak diinginkan itu terjadi."Oh, jangan seperti itu Vickal." Andini bersuara, wajahnya terlihat khawatir saat kedua anaknya saling berpandangan tak biasa. "Kalian adalah pasangan baru, setidaknya ambil cuti dari pekerjaanmu dan ajak pasanganmu berwisata. Ya, meskipun tidak mewah seharusnya kamu membahagiakan Anggun."Vickal menghela napas, ia memutus kontak mata dengan Anggun lalu kembali fokus pada makanan yang terhampar diatas piringnya. Tak ada komentar dari pria itu, ia terlihat tenang n

    Last Updated : 2022-08-30
  • Ups! Salah Suami   Bab 7. Malam Pertama

    Vickal memilih untuk tidak membuat kegaduhan semakin parah malam itu dengan cara kembali masuk ke kamar mandi dan memakai pakaian kotor yang semula ia pakai. Sungguh dirinya merasa menjadi pengantin pria paling apes sedunia dimana ia harus menikah tanpa persiapan apapun dan harus menikahi seekor rakun yang begitu rewel.Selepas memakai pakaiannya kembali, Vickal keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang basah menyisakan beberapa tetes air yang mengalir melewati dahi dan juga pipinya. Pria itu nampak cuek, melirik sekilas ke arah Anggun yang memperhatikannya dengan begitu detail. "Ada apa? Tidak pernah melihat orang seganteng saya?"Anggun lantas memalingkan wajah, ia tidak ingin pria ini menilainya dengan beraneka macam penilaian tak jelas. "Aku tidak tahu kenapa kamu harus hadir disaat suasana genting seperti ini?! Entah, apakah aku harus bersyukur atau kesal karena hal ini."Vickal tak berkomentar, ia berjalan menuju ke pintu untuk keluar dari kamar pribadi milik Anggun. "Kamu terlalu

    Last Updated : 2022-10-04
  • Ups! Salah Suami   Bab 8. Jangan Berharap Banyak

    Vickal menatap Anggun datar, matanya terlihat genit membuat Anggun makin kalap dibuatnya. Bagaimana bisa pria yang baru saja ia kenal kini berlaku genit kepadanya dalam hitungan jam?! "Apa kau bilang? Jangan menatapku segenit itu. Dasar pria mesum! Turun kau dari ranjangku!" Anggun mulai mengusir, ia meraih bantal dan memukulkan benda empuk itu ke tubuh Vickal berkali-kali. "Jangan berharap ada malam pertama diantara kita. Pergi kau! Tidur di sofa dan jangan sekali-kali mendekati ranjangku."Vickal lantas turun dari ranjang, ia berdiri dan bersedekap. "Baik kalau begitu, cepatlah tidur dan jangan main game. Jika kau tidak menurut pada saya maka saya akan menidurimu malam ini juga."Anggun menganga, sungguh tak percaya jika cheetah yang terlihat diam dan tenang kini mulai menunjukkan taring di depannya. Bagaimana bisa pria ini bersikap galak terhadapnya sementara di depan orang-orang ia terlihat kalem dan begitu luar biasa? Ah, inikah berkah akibat ketiban E'ek cicak? Sungguh sialan

    Last Updated : 2022-10-04
  • Ups! Salah Suami   Bab 9. Rencana Untuk Berlibur

    "Jangan pernah berpikir bahwa aku akan menyetujui apa ucapanmu, Vickal." Anggun mendesis, sudah pasti ia tidak pernah setuju dengan apa yang dikatakan pria tersebut.Seluruh keluarga tampak menatap Anggun dan Vickal dengan tatapan tegang. Sepertinya akan selalu ada badai setiap kali mereka bersama dan lihat sekarang, pada hari pertama setelah pernikahan mereka keduanya terlihat seperti Tom dan Jerry. Bahkan tanda-tanda untuk berbaikan pun tidak ada, sungguh sebaiknya mereka banyak berdoa untuk keselamatan mereka masing-masing.Vickal terus menatap Anggun, tatapannya yang tajam tentu saja membuat gadis manapun meleleh tapi hal itu sama sekali tidak berefek pada Anggun. Kesal karena terus ditatap seperti itu, Anggun memiliki inisiatif untuk menginjak kaki Vickal hingga sang pemuda mengaduh kesakitan.Anggun tersenyum tipis, ia kembali mengamati nasi yang mengepul panas diatas piringnya dengan tatapan syahdu. "Sungguh hari yang indah, wahai keluarga besar mari kita sarapan bersama-sama."

    Last Updated : 2022-10-04
  • Ups! Salah Suami   Bab 10. Kekecewaan Andini

    Saat mereka sibuk sarapan pagi, bel rumah terdengar berbunyi. Anggun meletakkan sendoknya lalu menatap satu per satu orang yang hadir di acara makan pagi tersebut dengan tatapan serius. "Oh ya, aku mengajak Ratih untuk menemaniku pulang kampung nanti. Aku butuh seseorang untuk menemani mengobrol, mungkin dia saat ini sudah berada di depan pintu dan menekan bel rumah. Aku akan datang dan mempersilakannya masuk."Anggun berdiri dari duduknya lalu pergi membukakan pintu. Andini terdiam sesaat, merasa heran dengan sikap Anggun yang berada di luar batas. Saat ini mereka akan pulang kampung dan tidak menutup kemungkinan untuk berbulan madu lantas kenapa anak gadis ini justru mengajak sahabatnya bersama? Apakah otak Anggun terbentur tadi sewaktu mandi? Entahlah.Vickal yang mendengar pengakuan itu hanya diam tak bersuara. Sedari awal Anggun memang bersikap aneh kepadanya, ia tidak bisa marah begitu saja karena memang sedari awal Anggun begitu membencinya.Seluruh anggota keluarga menunggu An

    Last Updated : 2022-10-04
  • Ups! Salah Suami   Bab 11. Pulang Ke Kampung

    Setelah semua barang bawaan sudah diangkut ke dalam mobil, perjalanan panjang menuju kampung halaman Vickal yang terdapat di pesisir selatan kota tersebut dimulai. Tidak hanya mobil Vickal saja yang berangkat, namun ada mobil Nyonya Andini dan juga Pak Hermawan yang turut serta mengantar sang keponakan menuju ke rumah mertua dan juga kakeknya.Rombongan pertama, sebuah mobil SUV warna merah yang dikemudikan oleh Vickal terlihat memimpin jalan. Mobil itu ditumpangi Vickal, Vicky, Anggun, dan juga sahabatnya Ratih. Perjalanan memakan waktu cukup lama mengingat mereka terjebak macet karena kebetulan hari itu adalah hari libur dimana banyak warga kota yang memilih berlibur dengan menggunakan mobil pribadi mereka."Nggun, nggak lelah kamu main game melulu?" Ratih menyindir Anggun yang sedari tadi sibuk memainkan games dan memilih diam di kursi belakang.Vickal melirik mereka dari kaca spion depan, sebagai driver Vickal tetap fokus pada jalanan panjang yang terhampar di hadapannya tersebut.

    Last Updated : 2022-10-07
  • Ups! Salah Suami   Bab 12. Cobaan Untuk Vickal

    Vickal lantas menepikan mobil, bergantian dengan Vicky dalam menyetir mobil. Perjalanan masih panjang, terlebih saat berangkat ke rumah Anggun, Vickal harus menyetir mobilnya sendirian selama hampir delapan sampai sembilan jam."Maaf Mbak, bisa gantian tempat duduk nggak? Saya ingin duduk di belakang sambil lurusin punggung" ucap Vickal pada Ratih yang duduk di samping Anggun.Ratih menoleh sekilas ke arah Anggun yang rupanya cepet banget molornya. Ia tersenyum lalu mengangguk dengan ringan. "Ya, boleh Mas. Silakan."Gadis berwajah manis dan periang itu lantas membuka pintu mobil, ia berganti tempat duduk dengan Vickal. Rasanya tidak masalah jika ia duduk di depan dan membiarkan si Pak Sopir meluruskan punggung di belakang kursi kemudi."Makasih ya Mbak," ucap Vickal lirih tanpa mengurangi rasa sopannya terhadap wanita.Setelah turun dan berganti posisi, perjalanan kembali dilanjutkan. Melewati jalan tol yang panjang dan terkadang macet m

    Last Updated : 2022-10-07

Latest chapter

  • Ups! Salah Suami   Bab 18. Pulang Ke Kota

    Vicky terdiam, berat baginya untuk menuruti kata ibu sambung. Bagaimanapun Vickal adalah saudara laki-lakinya, ia tidak bisa melakukan kecurangan itu demi sebuah harta tapi...."Ngerti nggak sih Vicky?!" Andini setengah membentak, menahan suaranya agar tidak terdengar orang lain. Wanita itu hendak menjewer kuping Vicky namun segera ditepis oleh si empunya kuping."Iya-iya Bu, iya. Vicky ngerti kok," ucap Vicky lalu mundur beberapa langkah untuk menghindari serangan tiba-tiba dari Andini.Wanita paruh baya itu tersenyum puas lalu menganggukkan kepala, ia berkacak pinggang sekali lagi. "Bagus, itu baru anaknya Andini. Ya sudah, kamu segera mandi sana. Bau sekali badanmu!"Vicky menarik napas lalu berbalik badan meninggalkan Andini. Kini di depan gudang itu hanya tinggal Andini seorang diri, sambil tersenyum puas Andini bersedekap dan membayangkan indahnya masa depan. "Dengan memperalat Vicky, aku akan mendapatkan harta dari Hariyadi. Andini akan menjadi wanita paling kaya se-Indonesia."

  • Ups! Salah Suami   Bab 17. Siasat Licik

    ****"Apakah kamu yakin Mas?" Vicky terlihat bingung, untuk sesaat ia terbengong dengan keputusan Vickal yang menurutnya diluar nalar. "Mas, kamu dan Anggun sekarang suami istri. Jika aku berada ditengah kalian, aku takut Anggun tidak bisa berpaling dariku. Maaf ya Mas, bukannya aku sombong atau apa tapi ini demi kebaikan rumah tangga kalian juga."Vickal terdiam, tanpa diketahui Vicky pria itu meremas jarinya di dalam saku celana dengan erat. Sebenarnya apa yang dikatakan adiknya memanglah benar, jika ia membiarkan Vicky terus hadir dalam rumah tangganya maka sejauh apapun Vickal berusaha maka Anggun tetap tidak akan bisa melupakan Vicky dan terus mencintainya. Namun di lain sisi, Vickal tidak mau dicap sebagai seorang pria yang tak berperasaan. Ia tidak cukup mengenal Anggun, sebuah kesulitan bagi dirinya untuk mengenali gadis itu terlebih mereka baru mengenal dalam hitungan hari. Rasanya pasti sulit untuk Anggun menjalani hari di tempat terasing seperti ini tanpa ada satupun keluar

  • Ups! Salah Suami   Bab 16. Vickal Yang Baik Hati

    Mendengar Kakek Jayadi berkata demikian, tatapan Anggun lantas tertuju pada pria tua berambut putih dengan tatapan serius. "Semuanya?""Ya, tentang pernikahan kamu yang tidak sesuai ekspektasi bukan?!" Kakek menjawab dengan jujur, ia tersenyum tipis lalu menarik napas. "Sedari kecil Vicky dan Vickal tidak bisa terpisahkan. Barulah sekitar usia sepuluh tahun mereka terpisah karena ayah mereka meninggal karena sebuah kecelakaan mobil. Andini, ibu sambung mereka memilih pergi ke kota dan membawa Vicky. Aku sengaja menahan Vickal di sini karena jujur aku sendiri takut akan kesendirian. Setelah putraku meninggal, aku melihat masa tuaku begitu suram. Aku tidak memiliki siapapun kecuali hanya Vickal. Beruntung anak itu mau tinggal dan menemaniku sampai sekarang."Keduanya kini diam, Anggun menyimak cerita itu dengan kedua tangan saling beradu sedangkan Kakek Jayadi terdiam guna mengenang masa-masa sulit yang pernah ia lalui selepas anak laki-lakinya meninggal kala itu. Kembali menarik napas,

  • Ups! Salah Suami   Bab 15. Pura-pura Pingsan

    Vickal lantas membopong tubuh Anggun memasuki kamar, meskipun ia sudah menjanjikan pada keluarganya bahwa Anggun akan baik-baik saja dibawah penangananya namun hal itu sama sekali tidak berlaku untuk Kakek Jayadi. Pria tua berambut putih dan memiliki tahi lalat di pipi itu mengikuti langkah Vickal sampai di depan pintu kamar mereka."Cucuku, apa yang terjadi pada istrimu? Kenapa ia mendadak pingsan? Apa kau melakukan sesuatu yang jahat padanya tadi malam?" Kakek Jayadi memberondong Vickal kendati ia terus mengekor cucunya dengan perasaan was-was.Vickal tak menjawab, ia merebahkan tubuh Anggun di atas ranjang lalu berbalik badan menatap kakeknya. Vickal mengembuskan napas panjang, dari sekian jumlah anggota keluarganya hanya Kakek Jayadi-lah yang begitu khawatir dengan Anggun. Hanya beliau-lah satu-satunya orang yang peduli dengan keberadaan orang asing yang baru saja masuk ke dalam keluarganya."Kakek, Anggun baik-baik saja. Sebentar lagi dia pasti siuman," ucap Vickal mencoba menena

  • Ups! Salah Suami   Bab 14. Malu Bukan Kepalang

    Anggun menggosok pipinya pada bantal berulang kali, terasa sangat lembut dan juga nyaman. Rasa hangat yang ditawarkan sang selimut membuatnya sejenak terlena, ia tersenyum dengan mata masih terpejam. Kenyamanan ini selalu ia rasakan ketika hari libur telah tiba di kamarnya yang besar dan juga hangat.Namun tunggu dulu, bukankah ia sedang dalam perjalanan menuju ke kampung halaman Vickal? Lalu kamar siapa yang ia tempati kali ini? Tidak mungkin 'kan jika ia berada di kamarnya sendiri?! Melalui gagasan itu, Anggun buru-buru membuka matanya dengan cepat. Setelah mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer, Anggun dengan cepat bangun dari tidurnya. Gadis itu menendang selimut, memandang sekitar dengan tatapan asing dan juga bingung. Kamar siapakah ini? Kenapa tidak ada orang sama sekali?Deburan ombak menyapa telinga Anggun, gadis itu sejenak tertarik lalu beringsut bangun dari ranjang. Dengan kaki telanjang, Anggun berjalan menuju ke jendela kaca besar dan menyibak tirai putih yang menutu

  • Ups! Salah Suami   Bab 13. Bertemu Keluarga Besar

    "Melakukan apa?" Tiba-tiba Anggun menyahut ucapan Vickal. Sebuah reaksi yang benar-benar mengguncang dada Vickal saat itu.Anggun membalasnya dengan nada lirih, kendati kepalanya masih tertunduk namun Vickal dibuat kebat-kebit karenanya. Terdiam cukup lama, Vickal mencoba menunggu reaksi Anggun setelahnya. Jantung yang semula berdebar mulai teratur kini harus mengalami guncangan paling hebat.Vickal menahan napas ketika Anggun membetulkan letak kepalanya yang tertunduk cukup dalam, suasana tidak mengenakkan seperti ini jangan sampai Anggun terbangun dan justru menuduhnya yang tidak-tidak.Setelah sekian lama menunggu reaksi Anggun, Vickal dapat bernapas lega karena nyatanya Anggun hanya mengigau dalam keadaan mata masih terpejam. Mengembuskan napas di udara, wajah Vickal memanas luar biasa. Untung saja Anggun tidak terbangun, coba saja si rakun ini bangun mungkin dia akan langsung menyerang secara ganas.Tersenyum tipis, Vickal mengusap wajahnya yang panas dingin tidak karuan. Baru ju

  • Ups! Salah Suami   Bab 12. Cobaan Untuk Vickal

    Vickal lantas menepikan mobil, bergantian dengan Vicky dalam menyetir mobil. Perjalanan masih panjang, terlebih saat berangkat ke rumah Anggun, Vickal harus menyetir mobilnya sendirian selama hampir delapan sampai sembilan jam."Maaf Mbak, bisa gantian tempat duduk nggak? Saya ingin duduk di belakang sambil lurusin punggung" ucap Vickal pada Ratih yang duduk di samping Anggun.Ratih menoleh sekilas ke arah Anggun yang rupanya cepet banget molornya. Ia tersenyum lalu mengangguk dengan ringan. "Ya, boleh Mas. Silakan."Gadis berwajah manis dan periang itu lantas membuka pintu mobil, ia berganti tempat duduk dengan Vickal. Rasanya tidak masalah jika ia duduk di depan dan membiarkan si Pak Sopir meluruskan punggung di belakang kursi kemudi."Makasih ya Mbak," ucap Vickal lirih tanpa mengurangi rasa sopannya terhadap wanita.Setelah turun dan berganti posisi, perjalanan kembali dilanjutkan. Melewati jalan tol yang panjang dan terkadang macet m

  • Ups! Salah Suami   Bab 11. Pulang Ke Kampung

    Setelah semua barang bawaan sudah diangkut ke dalam mobil, perjalanan panjang menuju kampung halaman Vickal yang terdapat di pesisir selatan kota tersebut dimulai. Tidak hanya mobil Vickal saja yang berangkat, namun ada mobil Nyonya Andini dan juga Pak Hermawan yang turut serta mengantar sang keponakan menuju ke rumah mertua dan juga kakeknya.Rombongan pertama, sebuah mobil SUV warna merah yang dikemudikan oleh Vickal terlihat memimpin jalan. Mobil itu ditumpangi Vickal, Vicky, Anggun, dan juga sahabatnya Ratih. Perjalanan memakan waktu cukup lama mengingat mereka terjebak macet karena kebetulan hari itu adalah hari libur dimana banyak warga kota yang memilih berlibur dengan menggunakan mobil pribadi mereka."Nggun, nggak lelah kamu main game melulu?" Ratih menyindir Anggun yang sedari tadi sibuk memainkan games dan memilih diam di kursi belakang.Vickal melirik mereka dari kaca spion depan, sebagai driver Vickal tetap fokus pada jalanan panjang yang terhampar di hadapannya tersebut.

  • Ups! Salah Suami   Bab 10. Kekecewaan Andini

    Saat mereka sibuk sarapan pagi, bel rumah terdengar berbunyi. Anggun meletakkan sendoknya lalu menatap satu per satu orang yang hadir di acara makan pagi tersebut dengan tatapan serius. "Oh ya, aku mengajak Ratih untuk menemaniku pulang kampung nanti. Aku butuh seseorang untuk menemani mengobrol, mungkin dia saat ini sudah berada di depan pintu dan menekan bel rumah. Aku akan datang dan mempersilakannya masuk."Anggun berdiri dari duduknya lalu pergi membukakan pintu. Andini terdiam sesaat, merasa heran dengan sikap Anggun yang berada di luar batas. Saat ini mereka akan pulang kampung dan tidak menutup kemungkinan untuk berbulan madu lantas kenapa anak gadis ini justru mengajak sahabatnya bersama? Apakah otak Anggun terbentur tadi sewaktu mandi? Entahlah.Vickal yang mendengar pengakuan itu hanya diam tak bersuara. Sedari awal Anggun memang bersikap aneh kepadanya, ia tidak bisa marah begitu saja karena memang sedari awal Anggun begitu membencinya.Seluruh anggota keluarga menunggu An

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status