Beranda / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Bab 17. Hampir Dibunuh

Share

Bab 17. Hampir Dibunuh

Penulis: Rifat Nabilah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 23:02:01

"Rasakan ini, Hafizah!"

Tangan Hafizah diinjak-injak oleh Lestari yang berdiri di balkon, ternyata Hafizah masih bertahan dengan keadaannya yang hampir jatuh.

"Aw ... Sakit, Bu."

Hafizah menyadari kalau ibu mertuanya tidak mungkin membantunya, apalagi sekarang ibu mertuanya berusaha menjatuhkan dirinya dengan menginjak-injak tangannya agar tidak lagi mempertahankan pegangannya.

"Kamu harus mati, Hafizah! Aku tidak mau melihat kamu lagi di rumah anakku, mau berusaha sekeras apa pun kamu untuk memegang pagar ini, akan aku pastikan kamu jatuh ke bawah dengan mengenaskan."

Lestari semakin menginjakkan kakinya pada tangan Hafizah yang mulai merah. Sekali lagi Hafizah harus menerima akibat dari kebencian yang menumpuk dihati ibu mertuanya.

"Bu, tolong jangan begini, sakit sekali rasanya."

Hafizah berusaha untuk kuat tidak menangis saat kondisinya sudah bergelantungan di atas pagar balkon.

"Sakit ya, Hafizah? Memangnya aku perduli padamu? Sayangnya aku tidak mau kamu selamat, kasihan ka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Upik Abu Mertua   Bab 18. Mengerjakan Dalam Waktu Singkat

    Menjelang pagi Hafizah belum menyelesaikan pekerjaannya, dia masih dijaga oleh Ibu mertuanya yang ingin memastikan kalau menantunya memang bekerja setiap hari untuknya tanpa bantuan orang lain, dengan terpaksa Rina pembantu bayaran harian Hafizah tidak masuk hari ini karena Hafizah belum memberikan kabar. "Bu, mau sampai kapan di situ terus? Ini sudah jam setengah enam pagi, apa Ibu tidak mau tidur?" tanya Hafizah masih menyetrika baju-baju Lestari. Lestari masih duduk memperhatikan Hafizah yang sibuk dengan pekerjaannya, wanita tua itu tidak menjawab pertanyaan Hafizah dikarenakan sedang memegang ponsel di tangannya. "Bu, bolehkah aku istirahat dulu? Sungguh aku bosan dari semalam begini. Ini sudah pagi, aku harus membuat sarapan untuk Ibu."Lestari masih sibuk dengan ponselnya yang melihat konten mengenai perhiasan dan barang-barang mewah seperti tas bermerk yang tidak kalah menakjubkan harganya. "Bu!" "Apa?"Akhirnya Lestari menjawab, baru Hafizah memberanikan dirinya untuk be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Upik Abu Mertua   Bab 19. Dia Hanya Pembantu!

    "Cepat Bu, segera Ibu ganti ke tempat yang ada di rumah ini dan sajikan untuk tamu-tamu Ibu mertua, aku harus pulang lagi bersama yang lainnya."Rina ada di dapur, dia masuk melalui pintu dapur yang dibuka oleh Hafizah, mereka memang sudah sepakat tentang semua ini, sedangkan Lestari masih sibuk dengan ponselnya membalas pesan grup teman-temannya yang mau datang. "Terima kasih Rin, kamu dan temanmu sangat membantuku, maaf kalau pekerjaannya ditambah mendadak seperti ini, tapi kamu tenang saja, aku pasti memberikan lebih," ucap Hafizah tidak enak pada Rina yang mengikuti permainannya agar tidak ketahuan ibu mertua. "Sama-sama Bu. Rina dengan senang hati membantu Ibu Hafizah, karena lima tahun yang lalu membuat Rina tidak memiliki pekerjaan seperti ini, rasanya bersyukur Ibu telah menghubungi Rina lagi.""Baiklah, ini uangnya dan sekali lagi aku berhutang budi padamu Rin, kalau kamu membutuhkan bantuan apa pun, tolong segera kabari aku.""Siap Bu, Hafizah. Kalau begitu Rina permisi du

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Upik Abu Mertua   Bab 20. Dikunci

    "Bisa-bisanya kamu menggagalkan transaksi berlian yang akan aku beli dari teman-temanku, mulutmu itu tidak bisa di jaga untuk menjaga perasaan tamuku, sampai-sampai kamu menuduh mereka menjadi penipu, di mana otak kamu, Hafizah? Pantas aku begitu membencimu. Dan tingkahmu yang seperti ini membuat orang tidak ingin kamu hidup!" Kemarahan Lestari tidak bisa dikendalikan di depan menantunya yang sekarang ketakutan, padahal tadi sangat berani mengusir orang-orang yang menjadi tamu Ibu mertuanya. "Bu, aku tidak bermaksud begitu, tapi aku perduli sama Ibu, mereka semua akan jahat. Ibu harus berhati-hati membeli barang mahal seperti berlian, lebih baik langsung ke tempatnya kalau Ibu mau membeli sesuatu yang mahal, aku takut Ibu akan menyesalinya di belakang kalau percaya dengan orang-orang tadi. Aku tidak menuduh mereka, karena faktanya mereka penipu Bu, aku bisa menjamin kalau berlian yang mereka bawa itu palsu." Hafizah masih meyakinkan mertuanya untuk percaya padanya, tetapi Lesta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Upik Abu Mertua   Bab 21. Pulang

    Pada pukul delapan pagi rumah kedatangan orang-orang yang kemarin diusir oleh Hafizah, terlihat juga ada Lestari yang berdiri di antara mereka semua. "Ibu, kenapa bersama mereka lagi? Dan berlian palsu itu, kenapa Ibu memakainya? Oh, apa Ibu jadi membelinya?" tanya Hafizah mencecar Ibu mertuanya dengen banyak pertanyaan setelah Lestari membuka pintu dapur. "Sudahlah Hafizah, jangan banyak drama lagi, aku membeli barang apa pun bukan urusan kamu. Sekarang cepat buatkan aku dan teman-temanku minuman, dan jangan lupa panggil aku 'Nyonya' jangan Ibu lagi."Teman-teman ibu menahan tawanya karena ternyata Hafizah dijadikan pembantu oleh mertuanya sendiri, tentu Hafizah kesal melihat mereka semua. "Hmmm, aku buatkan Nyonya.""Cepat!""Iya."Lestari dan yang lainnya pergi ke ruang tamu kembali setelah melihat adegan Hafizah dikunci oleh Lestari di dapur karena hukuman telah mengusir mereka semua, dan itu membuat mereka senang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Upik Abu Mertua   Bab 22. Lestari Tidak Pulang

    "Kamu benar, Hafidz. Sebenarnya aku yang membuat diriku masuk dalam amarah Ibu. Aku mau masuk dulu, kamu istirahatlah, terima kasih telah membantuku."Hafidz melihat ke mata Hafizah yang terlihat lembab karena hampir menangis. "Sama-sama, aku pergi dulu.""Iya, Hafidz."Hafizah masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan yang berbeda dari biasanya, mengingat tatapan mata Hafidz selalu meneduhkan hatinya yang kacau ditinggalkan oleh suaminya, bahkan pikirannya menjadi rumit memikirkan sifat ibu mertuanya. "Tatapannya seperti mengandung arti yang berbeda, tapi aku tidak mengerti, kenapa dia yang bisa membuat aku seperti ini?"Hafizah memejamkan matanya karena lelah dengan apa yang terjadi, begitu juga Hafidz yang tidur di kamarnya dengan tenang karena sudah memastikan Hafizah baik-baik saja. Alarm ponsel Hafizah berbunyi sangat keras, tanda jika dirinya harus bangun jam lima untuk memberikan kabar pada Rina seperti biasanya. "Sudah pagi, aku harus segera sebelum Ibu pulang."Tangannya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Upik Abu Mertua   Bab 23. Semakin Penasaran

    Dengan cepat Hafizah menghapus air matanya sendiri untuk terlihat tegar di depan Putri yang sudah mengkhawatirkannya. "Tante tidak apa-apa, tadi Tante terkena debu, kamu baik sekali mau menghapus air mata Tante, terima kasih sayang." Hafizah memeluk Putri, rasanya tenang saat berada di dekat anak Hafidz, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan bisa dirasakan hatinya. "Sama-sama Tante, aku tadi baru buat gambar untuk Tante cantik, gambar ini aku buat sembunyi-sembunyi dari Ayah." "Kenapa begitu?" "Karena di gambar ini ada Tante cantik menggunakan gaun pengantin yang cantik dan Ayah yang menggunakan jas pengantin. Aku takut Ayah marah, jadi aku berikan gambar ini sama Tante saja. Semoga Tante menyukai gambar aku," jawab Putri memberikan gambar yang dibuatnya ketika di kamar sendirian. Hafizah mengambilnya, melihat dengan jelas kalau gambar anak kecil memang tidak berbentuk rapih dan bagus, tetapi a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Upik Abu Mertua   Bab 24. Kecelakaan

    Saat keduanya masih berbicara membahas ibu kandung Putri, ada suara telepon rumah yang terdengar lama, sudah pasti dari seseorang yang sangat penting ingin mengabari sesuatu. "Biarkan aku yang angkat teleponnya," ucap Hafidz berjalan meninggalkan Hafizah yang tadinya mau dirinya yang angkat telepon masuk itu. "Ya, sudahlah. Aku mau taman depan dulu, rasanya menenangkan diri di luar jauh lebih baik," ucap Hafizah berjalan ke arah pintu depan. Sedangkan Hafidz sudah mengangkat telepon masuk, ternyata dari seseorang yang memberikan kabar buruk. Hafidz:"Siapa ini?"Lestari: "Ini aku, cepat datang ke rumah sakit yang dekat dari rumah, aku kecelakaan dan membutuhkan biaya rumah sakit, bilang sama Hafizah untuk keluarkan uang tabungan yang dia miliki, itu juga uang anakku."Suara ketus itu tentu dikenali oleh Hafidz yang malas menanggapinya, tetapi Lestari sedang membutuhkan pertolongan sekarang ini, walaupun terdengar men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Upik Abu Mertua   Bab 25. Mencari Anakku

    "Apa yang kamu lakukan?" tanya Hafidz setelah menerima pesanan makanan yang dia beli tadi. Hafizah masih sibuk dengan pot yang rusak beberapa sudah dikumpulkan menjadi satu, sedangkan masih ada dua pot lagi di tangannya akan dia rapihkan. "Kamu bisa melihatnya sendiri, jadi kamu beli makanan untuk orang rumah lagi? Dari mana uang yang kamu dapatkan sedangkan kata Ibu kamu itu pengangguran? Maaf aku bertanya soal ini, tapi aku penasaran dari mana kamu mendapatkannya?"Sebenarnya tidak enak bertanya seperti itu, tetapi Hafizah penasaran sekali dengan kebenaran yang selama ini ibu katakan setiap marah pada Hafidz. "Aku meminjamnya dari temanku, kami selalu bisa berbagi ataupun meminjam, bisa dikatakan kita berdua sahabat," jawab Hafidz membohongi Hafizah. Terlihat dari wajah Hafidz yang berpaling ke arah lain membuat Hafizah meragukan jawaban pria itu. Tentu karena Hafidz memakai uang bukan uangnya, sedangkan Hafidz menggunakan setiap ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Upik Abu Mertua   Bab 63. Mencoba Melawan

    "Cukup, Hafizah! Apakah kamu masih belum bisa menerima aku dan keluargaku? Aku sudah memperkenalkanmu sebelum kita menikah, tetapi kamu tetap ingin bersamaku. Aku dan Dera tidak bisa dipisahkan, dan jika kamu bersikap keras padanya, aku tidak akan membiarkannya. Lagipula, aku telah berjanji kepada ibuku untuk bertanggung jawab penuh atas adik perempuanku yang satu-satunya."Hafizah menghela napas panjang mendengar suaminya yang masih membela adik kesayangannya. Dera, adik kandungnya, tidak pernah memikirkan dari mana kakaknya mendapatkan uang tersebut. Yang Dera tahu hanyalah bahwa Hamid selalu memberikannya sesuai permintaannya setiap kali dia membutuhkan bantuan dari kakaknya."Mas Hamid, tolong pahami situasi ini. Aku tahu kita sudah sepakat sebelum menikah, tetapi aku tidak bisa terus bertahan dengan sikap Dera yang terlalu boros dalam menghabiskan uang. Apakah kamu tidak pernah mempertimbangkan bahwa Dera bisa hidup mandiri? Dia mampu melakukannya, atau kamu bisa membantunya untu

  • Upik Abu Mertua   Bab 62. Selalu Disalahkan

    Hamid menyentuh kaki Hafizah yang terjulur tanpa selimut. Selimut itu memang tak pernah dipakai Hafizah karena Hamid melarang. Bagi Hamid, selimut tersebut miliknya semata. “Hafizah!” serunya mencoba membangunkan istrinya, tetapi Hafizah tetap tertidur. Saat panggilan kedua tidak membuahkan hasil, Hamid menarik tangan Hafizah dengan kasar hingga hampir membuatnya terjatuh dari tempat tidur. “Bangun kamu!” bentaknya tajam. Hafizah membuka mata dengan pandangan kebingungan dan nada lemah bertanya, “Mas Hamid, kenapa Mas seperti ini?” Ia lelah, baik fisik maupun hatinya. Beban dari sikap mertua yang terus-menerus menyalahkannya serta suami yang jarang berpihak sudah cukup menguras emosinya. Namun, jawaban Hamid jauh dari kata meredakan. “Masih tanya kenapa? Kamu itu istri! Tugas kamu membahagiakan aku dan ibu aku! Kamu tuh siapa? Hanya seorang wanita sebatang kara yang soalnya beruntung bisa masuk ke keluarga kami. Tapi apa yang kamu lakukan? Bukan cuma nggak membuat ibuku senang,

  • Upik Abu Mertua   Bab 61. Penyesalan Suamiku

    "Bu, kenapa Ibu selalu meminta uang dari Mas Hamid? Kami juga memiliki banyak kebutuhan yang belum terpenuhi setiap bulannya. Aku berusaha menghemat untuk semua itu, tetapi Ibu dengan mudahnya berbelanja untuk kebutuhan pribadi dan uangnya cepat habis. Aku tidak suka jika Ibu terus-menerus melakukan hal ini kepada Mas Hamid. Aku adalah istrinya, dan aku berhak untuk tidak setuju mengenai masalah keuangan dalam rumah tangga kami."Hafizah berusaha menegur mertuanya yang tampaknya tidak mempertimbangkan kehidupan Hamid dan istrinya. Mereka masih memiliki banyak cicilan yang harus dibayar setiap bulan, dan situasi keuangan mereka semakin memburuk, ditambah lagi dengan permintaan uang dari mertuanya hanya untuk bersenang-senang."Diam lah, Hafizah! Jangan berani menegur aku tanpa sepengetahuan anakku. Kamu tahu bahwa anakku sendiri memberikan uangnya padaku, jadi kenapa kamu yang harus pusing? Uang itu adalah uang anakku, dan kamu tidak berhak mengatur, meskipun kamu adalah istrinya. Seor

  • Upik Abu Mertua   Bab 60. Perlakuan Suami Dan Mertua

    "Tutup mulutmu, Hafizah! Jangan sekali lagi berani bicara seolah Ayahmu lebih baik darimu! Aku tidak mau tahu, sekarang minta maaf kepada Ibuku atau aku akan melakukan sesuatu padamu."Ancaman itu dilontarkan Hamid kepada Hafizah, yang merasa terinjak-injak oleh sikap Hafizah, sementara sikap Hafizah sendiri sudah kurang pantas pada ibunya, itu yang membuat emosi Hamid membara. "Mas Hamid, aku tidak mau. Kamu tahu aku tidak bersalah di sini, tetapi kamu selalu membela Ibumu meskipun dia salah. Apa yang salah dariku? Aku hanya membela diriku sendiri, dan Ibu juga yang memulai. Aku rasa Ibu terlalu ikut campur dalam pernikahan kita. Seharusnya kamu bisa tegas sebagai suami. Apakah kamu ingin pernikahan ini hancur?"Hafizah berusaha menyadarkan suaminya agar menegur ibunya, setidaknya memberikan ketegasan bahwa ibunya sudah terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga mereka."Jadi, menurutmu, ibuku adalah orang yang akan merusak rumah tangga kita? Apakah kamu tidak menyadari bahwa kamu

  • Upik Abu Mertua   Bab 59. Cerita Pada Hafidz

    "Mas! Mas Hamid, apakah kamu membawa uang untuk belanja hari ini?"Hafizah berdiri di depan rumah, melihat suaminya pulang saat ia melirik ke arah jendela."Uang, uang, terus yang ada di pikiranmu, Hafizah! Kamu terus meminta tanpa memikirkan bagaimana aku mendapatkan uang itu."Alih-alih memberikan uang kepada istrinya, Hamid justru memarahi Hafizah di depan ibunya, Lestari, yang tinggal bersama mereka. Tentu saja, hal ini membuat Lestari semakin marah pada Hafizah karena merasa anaknya dijadikan mesin pencetak uang."Hafizah! Sejak anakku menikah denganmu, kenapa dia harus selalu memberikanmu uang? Bukankah kamu juga bekerja? Gunakanlah uangmu sendiri, jangan terus-menerus mengandalkan uang anakku. Uang anakku seharusnya juga untuk ibunya, aku juga butuh uangnya."Lestari sudah berani mencampuri urusan rumah tangga anaknya dan tidak ragu untuk memarahi Hafizah ketika merasa anaknya terpojok."Ibu, aku hanya ingin memasak, dan i

  • Upik Abu Mertua   Bab 58. Ke Tempat Yang Sama

    Hafizah sudah tiba lebih dulu di kantor polisi dan melihat Hafidz memasuki ruangan yang sama."Hafidz, ada urusan apa kamu di sini?" Hafidz tampak terkejut saat melihat Hafizah juga hadir, mungkin dalam pikirannya ia mengira Hafizah akan menemui ibu mertua mereka."Aku ingin bertemu dengan Ibu. Lalu, kamu sendiri ke sini untuk apa?" tanyanya sambil berpura-pura tidak mengerti maksud Hafizah."Aku ingin bertemu Ibu juga. Jadi, kita memiliki tujuan yang sama. Kenapa kamu tidak bilang sebelumnya bahwa kamu akan ke sini? Kita bisa pergi bersama. Aku ke sini untuk menanyakan tentang anakku, lalu kamu ingin bertanya apa kepada Ibu?""Aku ... hanya ingin menjenguk Ibu. Meskipun Ibu telah berbuat jahat, dia tetap mertuaku, dan aku masih memiliki tanggung jawab untuk mengurusnya."Hafizah memperhatikan bahwa Hafidz menghindari kontak mata dengannya, sepertinya ada sesuatu yang ingin disembunyikan oleh Hafidz."Kalau begitu, kita bisa masuk bersama untuk menemui Ibu. Apakah kamu keberatan?""O

  • Upik Abu Mertua   Bab 57. Hafidz Posesif Pada Putri

    Hafidz berada di ruang rumah sakit bersama seorang dokter yang telah menyelesaikan analisis tes DNA. Ia merasa cemas menunggu hasilnya, meskipun ia tahu bahwa ini adalah taruhan besar terkait anaknya sendiri.Saat hasilnya sudah keluar, dokter sudah menyerahkan kertas hasil tes DNA tersebut. "Rasanya aku sangat takut, tapi aku harus segera membuka hasilnya. Aku harus memastikan tidak ada orang lain yang mengikuti ku," pikirnya.Ketika Hafidz membuka hasil tes tersebut, ia terkejut melihat bahwa Putri ternyata adalah anak dari Hafizah. Ia tidak bisa langsung mempercayai informasi itu."Ini tidak mungkin! Kenapa aku tidak menyadarinya sebelumnya? Apakah selama ini kedekatan mereka disebabkan oleh ikatan batin antara ibu dan anak? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku memberi tahu Hafizah tentang semua ini atau lebih baik aku menyimpannya? Aku khawatir jika Hafizah tahu bahwa Putri adalah anaknya, dia akan mengambilnya, sementara status hubungan kami berdua masih belum jelas

  • Upik Abu Mertua   Bab 56. Belum Waktunya

    "Aku langsung pulang. Jangan lupa istirahat hari ini, nanti aku akan kabari lagi setelah sampai di rumah," ucapnya dengan nada yang masih dingin, membuatku semakin penasaran dengan sikapnya.Hafidz berhasil mendapatkan sehelai rambut Hafizah saat dia memasang sabuk pengaman di mobil tadi."Ini dia, aku tidak akan pulang sebelum mendaftarkan tes DNA antara Hafizah dan Putri. Jika mereka memang Ibu dan anak, aku tidak akan bisa memisahkan mereka. Hafizah akan menikah denganku, dan itu berarti dia tidak akan menjauhkan aku dari Putri. Rasanya mungkin akan jauh lebih bahagia jika kami bisa bersatu."Hafidz bersedia melakukan apa pun demi kebahagiaan Putri dan Hafizah. Mereka adalah alasan utama yang membuatnya tetap hidup, meskipun ia dikelilingi oleh harta yang sebenarnya tidak ingin diambilnya saat diwariskan kepadanya.Sementara itu, di dalam rumah, Hafizah merasa penasaran. Ia segera keluar malam-malam dan mengendarai mobilnya dengan cepat, mengikuti mobil Hafidz yang baru saja mening

  • Upik Abu Mertua   Bab 55. Apa Yang Kamu Sembunyikan

    Hari ketika Hafizah sibuk mengantar Putri ke sekolah, Hafidz ternyata memiliki rencana lain untuk mencari anak Hafizah yang hilang."Kamu bisa mencari informasi tentang anak kecil yang hilang lima tahun lalu. Tentu saja dia tidak menghilang begitu saja, dan aku tidak ingin mendengar tentang kegagalan," perintah Hafidz kepada orang yang ada di depannya."Baik, Bos. Jika begitu, saya pamit untuk mencarinya," jawab orang itu."Ya, silakan," balas Hafidz sebelum orang itu pergi dari ruangan kerjanya.Sementara itu, Hafidz mulai mendapatkan informasi terbaru mengenai anak Hafizah, sedikit demi sedikit, termasuk tanggal di mana anak itu dibuang oleh Ibu Lestari dan Dera."Apa ini? Tanggalnya sama dengan saat aku mengadopsi Putri di panti asuhan itu. Aku juga tidak tahu asal-usul orang tua Putri. Apakah ada hubungannya dengan semua ini? Atau mungkin Putri adalah anak Hafizah yang hilang? Apa yang harus aku lakukan untuk membuktikan semua ini?"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status