Share

Bab 21. Pulang

Author: Rifat Nabilah
last update Huling Na-update: 2025-01-17 22:00:36

Pada pukul delapan pagi rumah kedatangan orang-orang yang kemarin diusir oleh Hafizah, terlihat juga ada Lestari yang berdiri di antara mereka semua.

"Ibu, kenapa bersama mereka lagi? Dan berlian palsu itu, kenapa Ibu memakainya? Oh, apa Ibu jadi membelinya?" tanya Hafizah mencecar Ibu mertuanya dengen banyak pertanyaan setelah Lestari membuka pintu dapur.

"Sudahlah Hafizah, jangan banyak drama lagi, aku membeli barang apa pun bukan urusan kamu. Sekarang cepat buatkan aku dan teman-temanku minuman, dan jangan lupa panggil aku 'Nyonya' jangan Ibu lagi."

Teman-teman ibu menahan tawanya karena ternyata Hafizah dijadikan pembantu oleh mertuanya sendiri, tentu Hafizah kesal melihat mereka semua.

"Hmmm, aku buatkan Nyonya."

"Cepat!"

"Iya."

Lestari dan yang lainnya pergi ke ruang tamu kembali setelah melihat adegan Hafizah dikunci oleh Lestari di dapur karena hukuman telah mengusir mereka semua, dan itu membuat mereka senang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Upik Abu Mertua   Bab 22. Lestari Tidak Pulang

    "Kamu benar, Hafidz. Sebenarnya aku yang membuat diriku masuk dalam amarah Ibu. Aku mau masuk dulu, kamu istirahatlah, terima kasih telah membantuku."Hafidz melihat ke mata Hafizah yang terlihat lembab karena hampir menangis. "Sama-sama, aku pergi dulu.""Iya, Hafidz."Hafizah masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan yang berbeda dari biasanya, mengingat tatapan mata Hafidz selalu meneduhkan hatinya yang kacau ditinggalkan oleh suaminya, bahkan pikirannya menjadi rumit memikirkan sifat ibu mertuanya. "Tatapannya seperti mengandung arti yang berbeda, tapi aku tidak mengerti, kenapa dia yang bisa membuat aku seperti ini?"Hafizah memejamkan matanya karena lelah dengan apa yang terjadi, begitu juga Hafidz yang tidur di kamarnya dengan tenang karena sudah memastikan Hafizah baik-baik saja. Alarm ponsel Hafizah berbunyi sangat keras, tanda jika dirinya harus bangun jam lima untuk memberikan kabar pada Rina seperti biasanya. "Sudah pagi, aku harus segera sebelum Ibu pulang."Tangannya m

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Upik Abu Mertua   Bab 23. Semakin Penasaran

    Dengan cepat Hafizah menghapus air matanya sendiri untuk terlihat tegar di depan Putri yang sudah mengkhawatirkannya. "Tante tidak apa-apa, tadi Tante terkena debu, kamu baik sekali mau menghapus air mata Tante, terima kasih sayang." Hafizah memeluk Putri, rasanya tenang saat berada di dekat anak Hafidz, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan bisa dirasakan hatinya. "Sama-sama Tante, aku tadi baru buat gambar untuk Tante cantik, gambar ini aku buat sembunyi-sembunyi dari Ayah." "Kenapa begitu?" "Karena di gambar ini ada Tante cantik menggunakan gaun pengantin yang cantik dan Ayah yang menggunakan jas pengantin. Aku takut Ayah marah, jadi aku berikan gambar ini sama Tante saja. Semoga Tante menyukai gambar aku," jawab Putri memberikan gambar yang dibuatnya ketika di kamar sendirian. Hafizah mengambilnya, melihat dengan jelas kalau gambar anak kecil memang tidak berbentuk rapih dan bagus, tetapi a

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • Upik Abu Mertua   Bab 24. Kecelakaan

    Saat keduanya masih berbicara membahas ibu kandung Putri, ada suara telepon rumah yang terdengar lama, sudah pasti dari seseorang yang sangat penting ingin mengabari sesuatu. "Biarkan aku yang angkat teleponnya," ucap Hafidz berjalan meninggalkan Hafizah yang tadinya mau dirinya yang angkat telepon masuk itu. "Ya, sudahlah. Aku mau taman depan dulu, rasanya menenangkan diri di luar jauh lebih baik," ucap Hafizah berjalan ke arah pintu depan. Sedangkan Hafidz sudah mengangkat telepon masuk, ternyata dari seseorang yang memberikan kabar buruk. Hafidz:"Siapa ini?"Lestari: "Ini aku, cepat datang ke rumah sakit yang dekat dari rumah, aku kecelakaan dan membutuhkan biaya rumah sakit, bilang sama Hafizah untuk keluarkan uang tabungan yang dia miliki, itu juga uang anakku."Suara ketus itu tentu dikenali oleh Hafidz yang malas menanggapinya, tetapi Lestari sedang membutuhkan pertolongan sekarang ini, walaupun terdengar men

    Huling Na-update : 2025-01-20
  • Upik Abu Mertua   Bab 25. Mencari Anakku

    "Apa yang kamu lakukan?" tanya Hafidz setelah menerima pesanan makanan yang dia beli tadi. Hafizah masih sibuk dengan pot yang rusak beberapa sudah dikumpulkan menjadi satu, sedangkan masih ada dua pot lagi di tangannya akan dia rapihkan. "Kamu bisa melihatnya sendiri, jadi kamu beli makanan untuk orang rumah lagi? Dari mana uang yang kamu dapatkan sedangkan kata Ibu kamu itu pengangguran? Maaf aku bertanya soal ini, tapi aku penasaran dari mana kamu mendapatkannya?"Sebenarnya tidak enak bertanya seperti itu, tetapi Hafizah penasaran sekali dengan kebenaran yang selama ini ibu katakan setiap marah pada Hafidz. "Aku meminjamnya dari temanku, kami selalu bisa berbagi ataupun meminjam, bisa dikatakan kita berdua sahabat," jawab Hafidz membohongi Hafizah. Terlihat dari wajah Hafidz yang berpaling ke arah lain membuat Hafizah meragukan jawaban pria itu. Tentu karena Hafidz memakai uang bukan uangnya, sedangkan Hafidz menggunakan setiap ha

    Huling Na-update : 2025-01-21
  • Upik Abu Mertua   Bab 26. Pelampiasan

    Ketika memasuki panti asuhan yang cukup kecil dengan banyaknya penghuni di dalamnya semakin membuat Hafizah tidak berhenti menitikkan air mata. "Jadi panti asuhan seperti ini? Bagaimana anakku bisa tinggal di tempat semacam ini tanpa aku? Tega Dera dan Ibu membuang anakku di tempat begini. Aku akan pastikan anakku kembali padaku."Hafizah duduk bersama Hafidz dan ada ibu panti yang ingin mengetahui maksud keduanya datang ke panti. Sedangkan di dalam rumah terlihat sepasang mata sedang memastikan sesuatu di dalam sana. "Hafizah! Di mana kamu? Aku memanggilmu beberapa kali tapi kamu berani tidak menjawab aku!"Sudah beberapa kali jalan menggunakan tongkatnya ke depan rumah dan kamar Hafizah, tidak menemukan Hafizah sama sekali, bahkan dapur terlihat sepi dari jendela kaca yang terlihat dari luar. "Kurang ajar! Awas kamu Hafizah, rupanya kamu melanggar apa yang aku larang. Kamu pasti pergi dari rumah lagi tanpa berpamitan sama a

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Upik Abu Mertua   Bab 27. Hukuman Lagi

    "Diam kamu Hafidz! Beraninya kamu ikut campur masalah aku sama Hafizah. Oh, pasti kamu mau menjadi pahlawan buat dia ya? Percuma Hafidz. Dia ini tidak akan menyukai kamu, ingat kamu masih suami dari anak perempuanku."Lestari mengingatkan dua menantunya yang sudah ketahuan pergi berdua tanpa sepengetahuannya. Dan dibalik sorot mata Lestari memiliki kekhawatiran akan keduanya bisa saling jatuh cinta. "Sudah cukup, Bu! Aku bilang cukup. Ibu bahkan tidak memiliki rasa kasih sayang pada cucumu, apa yang Ibu lakukan sama Putri?"Jelas Hafidz marah anaknya disiksa oleh ibu mertuanya yang tidak menyukainya sejak pertama bertemu. Namun, Hafidz tidak menyangka Lestari berani menyakiti Putri sampai mengikat seperti tadi. "Hanya memberikan dia tinggal di tempat seharusnya, dan aku tidak mau ada orang berisik mencari Ayahnya yang keluar dengan menantuku yang lain. Kalian dari mana? Jangan mengira aku tidak tau kalau kalian pergi bersama berdua dan Hafidz ma

    Huling Na-update : 2025-01-23
  • Upik Abu Mertua   Bab 28. Menggunakan Uang

    "Tenanglah, aku akan menolong kamu," ucap Hafidz mendekati Hafizah yang hampir tidak sadarkan diri. Hafizah tersenyum setelah tangan dan kakinya dilepaskan oleh penolongnya, tidak pernah dibayangkannya kalau Hafidz berani melepaskan dirinya dari hukuman mertuanya . "Hafidz, bagaimana Ibu?""Sudahlah jangan bicara tentang Ibu, aku harus bersembunyi dulu," jawab Hafidz sudah melepaskan semua ikatan Hafizah. "Kenapa bersembunyi?""Karena aku telah memukul Ibu Lestari dengan kayu yang ada di kamarmu, jadi sekarang kita harus bersembunyi sebelum Ibu memaki kita berdua."Hafizah menahan tawanya, ternyata Hafidz lebih berani daripada yang dipikirkannya, tentu laki-laki semacam ini adalah idaman wanita-wanita di luar sana. "Jadi menurutmu ini lucu, Hafizah?""Tidak, aku tidak bilang ini lucu, maaf kalau aku menertawakan perbuatanmu ke Ibu, aku seharusnya berterima kasih sama kamu, karena telah menolong aku."Hafidz membantu Hafizah berdiri untuk berjalan, tetapi Hafizah kesulitan karena l

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Upik Abu Mertua   Bab 29. Masih Disembunyikan

    "Putri, kamu mau sekolah lagi besok 'kan? Ayah ada acara penting, jadi nanti Ayah kemungkinan tidak bisa menjemput kamu, tapi kamu tenang saja, Ayah akan mengirim seseorang untuk datang menjemput kamu," ucap Hafidz duduk di samping anaknya yang sedang bermain boneka. "Tidak apa-apa Ayah, Putri tau kalau Ayah pasti mau mencari uang untuk kebutuhan Putri. Kalau Tante cantik yang menjemput Putri, bagaimana Ayah?" tanyanya menatap mata ayahnya yang sendu akibat kesedihan yang dipendam sendiri. Hafidz meraih tangan anaknya yang mungil, dia mengecupnya lembut penuh kasih sayang, ditatapnya mata anaknya yang ingin dipenuhi keinginannya. "Maafkan Ayah, untuk kali ini Ayah tidak mungkin memaksa Tante Hafizah untuk menjemput kamu. Tante Hafizah sibuk di rumah membersihkan semuanya, nanti Tante Hafizah bisa dimarahi Nenek kalau pergi sembarangan. Jadi kamu harus memahami itu semua, kamu tau bagaimana Nenek 'kan?""Baiklah Ayah, Putri mengerti. Nenek memil

    Huling Na-update : 2025-01-25

Pinakabagong kabanata

  • Upik Abu Mertua   Bab 68. Kekhawatiran Luar Biasa

    Saat mereka berdua sedang menikmati waktu bersama sambil makan, tiba-tiba Hafidz menerima panggilan. "Kenapa tidak kamu angkat, Hafidz?" tanya Hafizah.Hafizah melihat dengan jelas bahwa Hafidz menatap ponselnya, tetapi ia enggan mengangkatnya di hadapannya. "Tidak terlalu penting, nanti aku akan menghubungi balik," jawab Hafidz.Hafizah merasa penasaran dengan pernyataan Hafidz, seolah ada sesuatu yang disembunyikannya dari calon suaminya. "Kalau begitu, lanjutkan makan. Aku tidak ingin kamu sakit. Lagipula, jika memang tidak penting, kenapa wajahmu terlihat panik seperti tadi?" Hafidz langsung menghentikan makannya dan menatap mata Hafizah yang penuh rasa ingin tahu tentang penelepon yang dianggapnya tidak penting itu. "Apa yang ada di pikiranmu, Hafizah? Apakah kamu meragukan kejujuranku?" tanyanya dengan serius."Aku penasaran dengan apa yang kamu sembunyikan dariku. Apakah salah jika aku ingin tahu leb

  • Upik Abu Mertua   Bab 67. Hafidz Yang Sempurna

    Saat Hafizah merasa ketakutan akan kemarahan Hamid yang sudah tak terkendali, ia menutup mata, enggan melihat tatapan suaminya yang penuh kebencian. "Buka mata kamu, Hafizah! Aku sedang bicara sama kamu!" suara Hamid menggelegar, sembari tangannya menggenggam lengan Hafizah yang gemetar di hadapannya. Hafizah berusaha melepaskan diri, meski kesulitan, tetap berjuang keras untuk bebas. "Lepaskan! Lepaskan aku!" teriak Hafizah, teringat kembali saat-saat dirinya perlahan membuka mata karena genggaman Hamid tak kunjung longgar. Saat ia menatap di depannya, ternyata yang ada adalah seseorang yang duduk di sampingnya, menatap dengan penuh perhatian. "Hafidz, apa yang kamu lakukan di sini?" "Hafizah, kamu sudah lama tertidur. Aku tidak mau menjelaskan panjang lebar sekarang, lebih baik kamu istirahat saja. Aku bisa pergi kalau kamu mau.""Apa maksudmu, Hafidz? Mengapa aku di sini bersamamu? Bisa jelaskan sebelum pergi?""Kamu terlalu banyak berbicara tentang masa lalu mu, meski seperti

  • Upik Abu Mertua   Bab 66. Amarah Memuncak

    "Baiklah, aku serahkan pada Ibu. Tapi, apakah Ibu akan menghabiskan semuanya?" tanyanya."Ya, tentu saja aku akan menghabiskannya. Lagipula, kamu tidak boleh meminta uangku yang diberikan oleh Hamid. Sekarang, aku harus pergi. Sebelum aku kembali, semuanya harus sudah selesai.""Iya, Ibu."Hafizah sudah melihat Ibu mertuanya menjauh dari pandangannya. Dia tidak menyangka masih diberi kesempatan untuk bernapas tanpa kehadiran ketiga orang yang selalu membuatnya stres."Mereka semua pergi, jadi aku bebas di rumahku sendiri tanpa harus berperan sebagai pembantu. Lebih baik aku menghubungi seseorang untuk menyelesaikan semua ini, dan aku bisa bersantai."Hafizah hampir mengeluarkan ponselnya ketika tiba-tiba ada yang memanggilnya lagi."Hafizah!"Suara keras itu berasal dari arah pintu. Ternyata, yang berteriak adalah Dera yang sedang menatapnya."Dera, ternyata kamu sudah pulang. Aku ingin berbicara berdua denganmu," kata Hafizah sambil mendekati Dera yang menyilangkan tangan di pinggang

  • Upik Abu Mertua   Bab 65. Kerasnya Hidup Bersama Mertua

    Hafizah berdiri dengan kaki gemetar saat ibu mertuanya mendekat dalam kemarahan besar. "Jawab, Hafizah!" Lestari menegur Hafizah yang masih terdiam, dengan tangan yang terluka akibat memanjat jendela sebelumnya."Maaf, Bu. Aku pergi karena takut jika Mas Hamid mencari ku dan aku tidak ada di sampingnya, itu bisa membuat nama Ibu menjadi buruk jika Mas Hamid tahu semuanya. Aku keluar juga untuk menyiapkan semua kebutuhan Mas Hamid, karena tidak mungkin Ibu atau Dera yang melakukannya."Hafizah sudah berusaha menjelaskan agar mertuanya memahami, tetapi Lestari semakin marah. "Kamu pikirkan anakku! Dia anakku! Jadi, jangan khawatirkan dia, biar aku yang urus, lagipula sebelum menikah denganmu, Hamid selalu menerima perlakuan dariku. Aku ini ibunya, jangan beralasan tentang semua itu. Aku kecewa padamu, Hafizah. Kamu ingin merusak Hamid supaya menjauh dariku? Atau kamu mengincar hartanya sebelum menikah dengannya?"Tuduhan menyudutkan itu tak menghentikan air mata Hafizah di hadapan me

  • Upik Abu Mertua   Bab 64. Kemarahan Lestari Yang Semakin Membesar

    Tangan Lestari menarik lengan Hafizah dengan kuat, membawa dia ke tempat yang sebenarnya tidak ingin dimasukinya. "Masuklah! Jangan harap kamu bisa keluar dari ruangan ini sebelum aku yang membukakannya. Ini adalah hukuman karena kamu terus melawan mertuamu," tegas Lestari.Hafizah pun dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan barang-barang di belakang rumah. "Bu, tolong jangan lakukan ini. Keluarkan aku dari gudang kotor ini. Aku tidak ingin berada di sini. Aku tidak bisa mengikuti semua yang kalian lakukan padaku. Aku juga ingin menjelaskan sesuatu kepada Ibu dan Detail tentang Mas Hamid, tetapi belum bisa sekarang karena ada kesepakatan antara aku dan Mas Hamid yang tidak bisa dilanggar," pinta Hafizah dengan penuh harap kepada mertuanya agar tidak menguncinya di dalam gudang.Lestari mengabaikan ucapan Hafizah dan segera mendorongnya menjauh dari pintu, lalu menutupnya rapat-rapat. Dalam keadaan panik, Hafizah mendekati pintu dan mulai mengetuknya, memohon untuk dibebaskan."Bu, to

  • Upik Abu Mertua   Bab 63. Mencoba Melawan

    "Cukup, Hafizah! Apakah kamu masih belum bisa menerima aku dan keluargaku? Aku sudah memperkenalkanmu sebelum kita menikah, tetapi kamu tetap ingin bersamaku. Aku dan Dera tidak bisa dipisahkan, dan jika kamu bersikap keras padanya, aku tidak akan membiarkannya. Lagipula, aku telah berjanji kepada ibuku untuk bertanggung jawab penuh atas adik perempuanku yang satu-satunya."Hafizah menghela napas panjang mendengar suaminya yang masih membela adik kesayangannya. Dera, adik kandungnya, tidak pernah memikirkan dari mana kakaknya mendapatkan uang tersebut. Yang Dera tahu hanyalah bahwa Hamid selalu memberikannya sesuai permintaannya setiap kali dia membutuhkan bantuan dari kakaknya."Mas Hamid, tolong pahami situasi ini. Aku tahu kita sudah sepakat sebelum menikah, tetapi aku tidak bisa terus bertahan dengan sikap Dera yang terlalu boros dalam menghabiskan uang. Apakah kamu tidak pernah mempertimbangkan bahwa Dera bisa hidup mandiri? Dia mampu melakukannya, atau kamu bisa membantunya untu

  • Upik Abu Mertua   Bab 62. Selalu Disalahkan

    Hamid menyentuh kaki Hafizah yang terjulur tanpa selimut. Selimut itu memang tak pernah dipakai Hafizah karena Hamid melarang. Bagi Hamid, selimut tersebut miliknya semata. “Hafizah!” serunya mencoba membangunkan istrinya, tetapi Hafizah tetap tertidur. Saat panggilan kedua tidak membuahkan hasil, Hamid menarik tangan Hafizah dengan kasar hingga hampir membuatnya terjatuh dari tempat tidur. “Bangun kamu!” bentaknya tajam. Hafizah membuka mata dengan pandangan kebingungan dan nada lemah bertanya, “Mas Hamid, kenapa Mas seperti ini?” Ia lelah, baik fisik maupun hatinya. Beban dari sikap mertua yang terus-menerus menyalahkannya serta suami yang jarang berpihak sudah cukup menguras emosinya. Namun, jawaban Hamid jauh dari kata meredakan. “Masih tanya kenapa? Kamu itu istri! Tugas kamu membahagiakan aku dan ibu aku! Kamu tuh siapa? Hanya seorang wanita sebatang kara yang soalnya beruntung bisa masuk ke keluarga kami. Tapi apa yang kamu lakukan? Bukan cuma nggak membuat ibuku senang,

  • Upik Abu Mertua   Bab 61. Penyesalan Suamiku

    "Bu, kenapa Ibu selalu meminta uang dari Mas Hamid? Kami juga memiliki banyak kebutuhan yang belum terpenuhi setiap bulannya. Aku berusaha menghemat untuk semua itu, tetapi Ibu dengan mudahnya berbelanja untuk kebutuhan pribadi dan uangnya cepat habis. Aku tidak suka jika Ibu terus-menerus melakukan hal ini kepada Mas Hamid. Aku adalah istrinya, dan aku berhak untuk tidak setuju mengenai masalah keuangan dalam rumah tangga kami."Hafizah berusaha menegur mertuanya yang tampaknya tidak mempertimbangkan kehidupan Hamid dan istrinya. Mereka masih memiliki banyak cicilan yang harus dibayar setiap bulan, dan situasi keuangan mereka semakin memburuk, ditambah lagi dengan permintaan uang dari mertuanya hanya untuk bersenang-senang."Diam lah, Hafizah! Jangan berani menegur aku tanpa sepengetahuan anakku. Kamu tahu bahwa anakku sendiri memberikan uangnya padaku, jadi kenapa kamu yang harus pusing? Uang itu adalah uang anakku, dan kamu tidak berhak mengatur, meskipun kamu adalah istrinya. Seor

  • Upik Abu Mertua   Bab 60. Perlakuan Suami Dan Mertua

    "Tutup mulutmu, Hafizah! Jangan sekali lagi berani bicara seolah Ayahmu lebih baik darimu! Aku tidak mau tahu, sekarang minta maaf kepada Ibuku atau aku akan melakukan sesuatu padamu."Ancaman itu dilontarkan Hamid kepada Hafizah, yang merasa terinjak-injak oleh sikap Hafizah, sementara sikap Hafizah sendiri sudah kurang pantas pada ibunya, itu yang membuat emosi Hamid membara. "Mas Hamid, aku tidak mau. Kamu tahu aku tidak bersalah di sini, tetapi kamu selalu membela Ibumu meskipun dia salah. Apa yang salah dariku? Aku hanya membela diriku sendiri, dan Ibu juga yang memulai. Aku rasa Ibu terlalu ikut campur dalam pernikahan kita. Seharusnya kamu bisa tegas sebagai suami. Apakah kamu ingin pernikahan ini hancur?"Hafizah berusaha menyadarkan suaminya agar menegur ibunya, setidaknya memberikan ketegasan bahwa ibunya sudah terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga mereka."Jadi, menurutmu, ibuku adalah orang yang akan merusak rumah tangga kita? Apakah kamu tidak menyadari bahwa kamu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status