Home / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Bab 65. Kerasnya Hidup Bersama Mertua

Share

Bab 65. Kerasnya Hidup Bersama Mertua

Author: Rifat Nabilah
last update Last Updated: 2025-04-12 22:20:25

Hafizah berdiri dengan kaki gemetar saat ibu mertuanya mendekat dalam kemarahan besar.

"Jawab, Hafizah!"

Lestari menegur Hafizah yang masih terdiam, dengan tangan yang terluka akibat memanjat jendela sebelumnya.

"Maaf, Bu. Aku pergi karena takut jika Mas Hamid mencari ku dan aku tidak ada di sampingnya, itu bisa membuat nama Ibu menjadi buruk jika Mas Hamid tahu semuanya. Aku keluar juga untuk menyiapkan semua kebutuhan Mas Hamid, karena tidak mungkin Ibu atau Dera yang melakukannya."

Hafizah sudah berusaha menjelaskan agar mertuanya memahami, tetapi Lestari semakin marah.

"Kamu pikirkan anakku! Dia anakku! Jadi, jangan khawatirkan dia, biar aku yang urus, lagipula sebelum menikah denganmu, Hamid selalu menerima perlakuan dariku. Aku ini ibunya, jangan beralasan tentang semua itu. Aku kecewa padamu, Hafizah. Kamu ingin merusak Hamid supaya menjauh dariku? Atau kamu mengincar hartanya sebelum menikah dengannya?"

Tuduhan menyudutkan itu tak menghentikan air mata Hafizah di hadapan me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Upik Abu Mertua   Bab 66. Amarah Memuncak

    "Baiklah, aku serahkan pada Ibu. Tapi, apakah Ibu akan menghabiskan semuanya?" tanyanya."Ya, tentu saja aku akan menghabiskannya. Lagipula, kamu tidak boleh meminta uangku yang diberikan oleh Hamid. Sekarang, aku harus pergi. Sebelum aku kembali, semuanya harus sudah selesai.""Iya, Ibu."Hafizah sudah melihat Ibu mertuanya menjauh dari pandangannya. Dia tidak menyangka masih diberi kesempatan untuk bernapas tanpa kehadiran ketiga orang yang selalu membuatnya stres."Mereka semua pergi, jadi aku bebas di rumahku sendiri tanpa harus berperan sebagai pembantu. Lebih baik aku menghubungi seseorang untuk menyelesaikan semua ini, dan aku bisa bersantai."Hafizah hampir mengeluarkan ponselnya ketika tiba-tiba ada yang memanggilnya lagi."Hafizah!"Suara keras itu berasal dari arah pintu. Ternyata, yang berteriak adalah Dera yang sedang menatapnya."Dera, ternyata kamu sudah pulang. Aku ingin berbicara berdua denganmu," kata Hafizah sambil mendekati Dera yang menyilangkan tangan di pinggang

    Last Updated : 2025-04-14
  • Upik Abu Mertua   Bab 67. Hafidz Yang Sempurna

    Saat Hafizah merasa ketakutan akan kemarahan Hamid yang sudah tak terkendali, ia menutup mata, enggan melihat tatapan suaminya yang penuh kebencian. "Buka mata kamu, Hafizah! Aku sedang bicara sama kamu!" suara Hamid menggelegar, sembari tangannya menggenggam lengan Hafizah yang gemetar di hadapannya. Hafizah berusaha melepaskan diri, meski kesulitan, tetap berjuang keras untuk bebas. "Lepaskan! Lepaskan aku!" teriak Hafizah, teringat kembali saat-saat dirinya perlahan membuka mata karena genggaman Hamid tak kunjung longgar. Saat ia menatap di depannya, ternyata yang ada adalah seseorang yang duduk di sampingnya, menatap dengan penuh perhatian. "Hafidz, apa yang kamu lakukan di sini?" "Hafizah, kamu sudah lama tertidur. Aku tidak mau menjelaskan panjang lebar sekarang, lebih baik kamu istirahat saja. Aku bisa pergi kalau kamu mau.""Apa maksudmu, Hafidz? Mengapa aku di sini bersamamu? Bisa jelaskan sebelum pergi?""Kamu terlalu banyak berbicara tentang masa lalu mu, meski seperti

    Last Updated : 2025-04-16
  • Upik Abu Mertua   Bab 68. Kekhawatiran Luar Biasa

    Saat mereka berdua sedang menikmati waktu bersama sambil makan, tiba-tiba Hafidz menerima panggilan. "Kenapa tidak kamu angkat, Hafidz?" tanya Hafizah.Hafizah melihat dengan jelas bahwa Hafidz menatap ponselnya, tetapi ia enggan mengangkatnya di hadapannya. "Tidak terlalu penting, nanti aku akan menghubungi balik," jawab Hafidz.Hafizah merasa penasaran dengan pernyataan Hafidz, seolah ada sesuatu yang disembunyikannya dari calon suaminya. "Kalau begitu, lanjutkan makan. Aku tidak ingin kamu sakit. Lagipula, jika memang tidak penting, kenapa wajahmu terlihat panik seperti tadi?" Hafidz langsung menghentikan makannya dan menatap mata Hafizah yang penuh rasa ingin tahu tentang penelepon yang dianggapnya tidak penting itu. "Apa yang ada di pikiranmu, Hafizah? Apakah kamu meragukan kejujuranku?" tanyanya dengan serius."Aku penasaran dengan apa yang kamu sembunyikan dariku. Apakah salah jika aku ingin tahu leb

    Last Updated : 2025-04-17
  • Upik Abu Mertua   Bab 69. Kebahagiaan Bersama Hafidz Dan Putri

    Setelah dokter menjelaskan bahwa kondisi Hafidz tidak terlalu serius, Hafizah membawa Putri masuk ke ruangan tempat Hafidz dirawat."Ayah, Tante cantik, apakah Ayah akan sembuh?" tanya Putri dengan polos, menatap Hafidz yang masih tidak sadarkan diri."Tenang, sayang. Ayahmu pasti akan sembuh. Ayah juga tidak ingin jauh darimu terlalu lama, jadi kamu harus percaya bahwa Ayah akan pulih," jawab Hafizah menenangkan."Iya, Tante. Aku percaya Ayah tidak akan meninggalkan anaknya yang lucu ini," balas Putri dengan penuh keyakinan.Hafizah tersenyum mendengar perkataan Putri. Tiba-tiba, ia melihat jari tangan Hafidz bergerak."Putri, lihat! Tangan Ayahmu mulai bergerak. Kita harus segera memanggil dokter!" seru Hafizah."Benar, Tante. Ayah pasti akan sembuh segera!" jawab Putri dengan penuh semangat.Kebahagiaan meliputi Putri saat melihat ayahnya bisa menggerakkan tangan, menandakan bahwa Hafidz merespons kehadirannya di teng

    Last Updated : 2025-04-18
  • Upik Abu Mertua   Bab 70. Mencintai Kamu Lebih Dalam

    "Ya, aku mau, Hafidz."Hafizah tidak menyesali jawabannya setelah mendengar pernyataan Hafidz. Mereka saling menatap dalam keheningan, seolah melupakan bahwa Hafidz masih merasakan sakit. Hafizah terlihat menyentuh luka di tangan Hafidz, dan ia pun meringis kesakitan akibat sentuhan itu. "Maaf, Hafidz. Aku tidak sengaja," katanya dengan penuh penyesalan. "Tidak apa-apa. Kamu tahu aku senang dekat denganmu, dan aku mengerti bahwa kamu tidak bermaksud menyakiti lukaku," jawab Hafidz dengan lembut. "Iya, Hafidz. Sekali lagi, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Kata-katamu membuatku melayang, jadi apakah kita akan melanjutkan persiapan untuk pernikahan kita?" Hafidz menggelengkan kepala, menegaskan bahwa ia tidak akan menunda pernikahan mereka dan ingin segera melangsungkannya bersama Hafizah."Ya, jika memungkinkan, setelah aku diizinkan keluar dari rumah sakit, aku ingin segera melakukannya. Rasanya semua ini terlalu lama."Hafizah hanya tersenyum malu mendengar keingi

    Last Updated : 2025-04-19
  • Upik Abu Mertua   Bab 71. Kedekatan Yang Berlanjut

    Hafidz dengan lembut berkata pada Hafizah yang baru mendekatinya, "Kamu terlihat sangat alami saat baru bangun tidur."Hafizah masih mencoba menepuk-nepuk wajahnya, berusaha memahami situasi di depannya. "Apakah ini benar-benar kamu?""Aku di sini, kenapa meragukan kehadiranku?" jawab Hafidz.Hafizah mencubit tangan Hafidz dengan keras, membuatnya berteriak kesakitan. "Hafizah! Lepaskan cubitanmu!"Hafizah tertawa kecil dan mengendurkan cubitannya. "Maaf, sekarang aku percaya ini memang kamu. Bisakah kamu jelaskan kenapa kamu ada di rumah ini?"Hafidz berdiri dekat Hafizah yang menunggu jawaban. "Aku memaafkan mu, tapi seharusnya kamu bangunkan Putri. Sudah saatnya dia berangkat sekolah," katanya, mencoba mengalihkan pembicaraan dari kepulangannya."Kamu belum menjawab ku, Hafidz. Tapi Putri pasti sudah siap sendiri kalau memang waktunya," kata Hafizah, yakin bahwa Putri mandiri atau bisa minta bantuan orang rumah."Benar, Putri sudah di meja makan. Apakah kamu mau sarapan bersama kam

    Last Updated : 2025-04-20
  • Upik Abu Mertua   Bab 72. Empat Bulan Kemudian

    Hafizah menggenggam tangan Putri setelah melepaskan pelukannya, lalu mereka berjalan beriringan menuju Hafidz yang tersenyum di depan. Hari itu menandai awal kehidupan baru bagi mereka.Tiga bulan berlalu dengan cepat, dan hari-hari indah yang dilalui bersama Putri dan Hafidz terasa begitu singkat. Namun, di hari ini, Hafizah merasakan kegugupan yang luar biasa, jantungnya berdegup kencang saat semua orang memandang ke arahnya dan Hafidz. Mereka berdua kini berdiri saling berhadapan, siap untuk mengucapkan janji suci pernikahan.Tempat yang indah itu dihiasi dengan bunga-bunga beraneka warna, menciptakan suasana seperti taman yang mempesona."Apakah kamu sudah siap, Hafizah?" tanya Hafidz."Iya, aku siap menjadi istrimu," jawabnya.Keduanya saling menggenggam tangan dan melangkah menuju meja di depan, di mana penghulu telah menunggu dengan sabar."Kamu sangat cantik, Hafizah. Aku merasa beruntung bisa bersamamu.""Terima

    Last Updated : 2025-04-21
  • Upik Abu Mertua   Bab 73. Tertusuk

    Hafizah sedang berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Pisau yang dipegang oleh Lestari kini terarah kepadanya meskipun Hafizah sudah memohon untuk dilepaskan. Namun, Lestari tetap tidak bergeming."Ibu, tolong lepaskan aku. Tidak puas kah Ibu selalu menyiksa sejak aku memasuki hidup Mas Hamid di rumah ini? Aku tidak kuat untuk melawan seseorang yang sudah aku anggap sebagai ibu sendiri."Lestari tetap waspada terhadap Hafidz yang memerhatikan setiap gerakannya saat menyandera Hafizah. Dia enggan mendengarkan ucapan Hafizah yang diutarakan dengan nada lantang."Kamu diam, Hafizah! Kamu telah menghancurkan hidupku. Karena kamu anakku meninggal, dan aku masuk penjara sehingga kini menjadi buronan polisi. Dan kamu masih merasa menjadi korban?"Hafizah menarik napas dalam mendengar jawaban penuh kebencian dari Lestari. Dia tidak berharap lagi bahwa mantan mertuanya akan berubah baik padanya."Bu, itu semua bukan salahku. Apakah Ibu tidak

    Last Updated : 2025-04-22

Latest chapter

  • Upik Abu Mertua   Bab 76. Masih Gagal

    "Apa yang kamu lakukan di sini, Lestari?"Hafidz memergoki wanita tua itu berdiri dekat pintu ruang perawatan tempat Hafizah dan Putri dirawat. Keberadaannya mengisyaratkan bahwa Lestari mungkin memiliki maksud buruk terhadap kedua wanita yang tengah berusaha untuk sembuh."Hafidz, kamu juga di sini? Apakah kamu tahu betapa aku menikmati permainan ini? Aku akan melaksanakan apa yang sudah seharusnya.""Apa maksudmu?""Putri akan mati, Hafidz!"Ucapan Lestari terucap tegas di depan Hafidz, yang tengah dilanda kemarahan. Mereka saling menatap serius, tatapan tajam Hafidz memperlihatkan kemarahannya atas ancaman Lestari terhadap anaknya."Tidak akan kubiarkan! Semua ucapanmu hanya buntut dari amarahmu belaka. Aku takkan membiarkan itu terjadi dan akan melindungi Putri serta Hafizah.""Tidak! Yang aku katakan akan jadi kenyataan, mungkin bukan saat ini, tapi jika kamu gagal memenuhi permintaanku, kamu akan menyesal. Kamu akan melihatnya sendiri, Hafidz."Hafidz merespons dengan senyum sin

  • Upik Abu Mertua   Bab 75. Hafizah, Putri Berada Di Rumah Sakit

    Hafidz berlari menuju mobilnya setelah melihat wajah Putri yang sangat pucat. Dia menyadari bahwa penyakit yang diderita anaknya mulai kambuh dan segera memerlukan penanganan."Putri, jangan tinggalkan Ayah, ya. Ayah tidak akan sanggup hidup tanpamu, sayang. Kita akan pergi ke rumah sakit, kamu pasti akan sembuh. Ayah akan melakukan segalanya untukmu, anak Ayah yang cantik."Setelah Putri masuk ke dalam mobil, Hafidz segera mengemudikan kendaraan menuju rumah sakit, meninggalkan Lestari yang merasa kesal karena kehilangan uang yang sudah dia impikan untuk mengubah masa depannya dan melarikan diri dari masalah yang dihadapinya."Hafidz, kamu salah jika berurusan denganku. Aku pasti akan datang untuk mengambil uang itu, dan aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan semua yang aku inginkan."Lestari bertekad untuk tidak menyerah dan berjanji untuk tidak lagi berbuat jahat kepada Hafidz, Hafizah, dan Putri. Bagi Lestari, mereka adalah sarana untuk meraih kekayaan tanpa harus berusaha kera

  • Upik Abu Mertua   Bab 74. Menyelamatkan Putri

    "Lihatlah Ayahmu, Putri! Dia tidak mau mengangkat telepon dariku. Apakah aku harus bersikap kasar padamu?"Saat Lestari sedang marah pada Hafidz, Putri tampak tidak sadarkan diri, matanya terpejam ketika Lestari kembali ke ruangan itu."Putri! Apakah kamu mendengar ku? Ini tidak sopan! Tidur di saat seperti ini? Aku rasa kamu pantas mendapatkan hukuman yang setimpal karena Ayahmu mengabaikan ku."Lestari menggoyang tubuh Putri yang terasa dingin, dan wajah anak itu terlihat pucat."Ada apa ini? Apakah dia sakit? Atau mungkin kelaparan? Dasar anak manja, bagaimana bisa kamu seperti ini? Aku tidak akan membawamu ke dokter, jangan harap aku akan membawamu ke sana. Nanti kamu sembuh dan bisa bertemu dengan Ayahmu dengan mudah."Hafidz menatap jam, menyadari bahwa Putri seharusnya sudah meminum obatnya di rumah. Dia merasa cemas memikirkan apa yang akan terjadi pada anaknya jika tidak mengonsumsi obat dari dokter seperti biasanya."Pu

  • Upik Abu Mertua   Bab 73. Tertusuk

    Hafizah sedang berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Pisau yang dipegang oleh Lestari kini terarah kepadanya meskipun Hafizah sudah memohon untuk dilepaskan. Namun, Lestari tetap tidak bergeming."Ibu, tolong lepaskan aku. Tidak puas kah Ibu selalu menyiksa sejak aku memasuki hidup Mas Hamid di rumah ini? Aku tidak kuat untuk melawan seseorang yang sudah aku anggap sebagai ibu sendiri."Lestari tetap waspada terhadap Hafidz yang memerhatikan setiap gerakannya saat menyandera Hafizah. Dia enggan mendengarkan ucapan Hafizah yang diutarakan dengan nada lantang."Kamu diam, Hafizah! Kamu telah menghancurkan hidupku. Karena kamu anakku meninggal, dan aku masuk penjara sehingga kini menjadi buronan polisi. Dan kamu masih merasa menjadi korban?"Hafizah menarik napas dalam mendengar jawaban penuh kebencian dari Lestari. Dia tidak berharap lagi bahwa mantan mertuanya akan berubah baik padanya."Bu, itu semua bukan salahku. Apakah Ibu tidak

  • Upik Abu Mertua   Bab 72. Empat Bulan Kemudian

    Hafizah menggenggam tangan Putri setelah melepaskan pelukannya, lalu mereka berjalan beriringan menuju Hafidz yang tersenyum di depan. Hari itu menandai awal kehidupan baru bagi mereka.Tiga bulan berlalu dengan cepat, dan hari-hari indah yang dilalui bersama Putri dan Hafidz terasa begitu singkat. Namun, di hari ini, Hafizah merasakan kegugupan yang luar biasa, jantungnya berdegup kencang saat semua orang memandang ke arahnya dan Hafidz. Mereka berdua kini berdiri saling berhadapan, siap untuk mengucapkan janji suci pernikahan.Tempat yang indah itu dihiasi dengan bunga-bunga beraneka warna, menciptakan suasana seperti taman yang mempesona."Apakah kamu sudah siap, Hafizah?" tanya Hafidz."Iya, aku siap menjadi istrimu," jawabnya.Keduanya saling menggenggam tangan dan melangkah menuju meja di depan, di mana penghulu telah menunggu dengan sabar."Kamu sangat cantik, Hafizah. Aku merasa beruntung bisa bersamamu.""Terima

  • Upik Abu Mertua   Bab 71. Kedekatan Yang Berlanjut

    Hafidz dengan lembut berkata pada Hafizah yang baru mendekatinya, "Kamu terlihat sangat alami saat baru bangun tidur."Hafizah masih mencoba menepuk-nepuk wajahnya, berusaha memahami situasi di depannya. "Apakah ini benar-benar kamu?""Aku di sini, kenapa meragukan kehadiranku?" jawab Hafidz.Hafizah mencubit tangan Hafidz dengan keras, membuatnya berteriak kesakitan. "Hafizah! Lepaskan cubitanmu!"Hafizah tertawa kecil dan mengendurkan cubitannya. "Maaf, sekarang aku percaya ini memang kamu. Bisakah kamu jelaskan kenapa kamu ada di rumah ini?"Hafidz berdiri dekat Hafizah yang menunggu jawaban. "Aku memaafkan mu, tapi seharusnya kamu bangunkan Putri. Sudah saatnya dia berangkat sekolah," katanya, mencoba mengalihkan pembicaraan dari kepulangannya."Kamu belum menjawab ku, Hafidz. Tapi Putri pasti sudah siap sendiri kalau memang waktunya," kata Hafizah, yakin bahwa Putri mandiri atau bisa minta bantuan orang rumah."Benar, Putri sudah di meja makan. Apakah kamu mau sarapan bersama kam

  • Upik Abu Mertua   Bab 70. Mencintai Kamu Lebih Dalam

    "Ya, aku mau, Hafidz."Hafizah tidak menyesali jawabannya setelah mendengar pernyataan Hafidz. Mereka saling menatap dalam keheningan, seolah melupakan bahwa Hafidz masih merasakan sakit. Hafizah terlihat menyentuh luka di tangan Hafidz, dan ia pun meringis kesakitan akibat sentuhan itu. "Maaf, Hafidz. Aku tidak sengaja," katanya dengan penuh penyesalan. "Tidak apa-apa. Kamu tahu aku senang dekat denganmu, dan aku mengerti bahwa kamu tidak bermaksud menyakiti lukaku," jawab Hafidz dengan lembut. "Iya, Hafidz. Sekali lagi, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Kata-katamu membuatku melayang, jadi apakah kita akan melanjutkan persiapan untuk pernikahan kita?" Hafidz menggelengkan kepala, menegaskan bahwa ia tidak akan menunda pernikahan mereka dan ingin segera melangsungkannya bersama Hafizah."Ya, jika memungkinkan, setelah aku diizinkan keluar dari rumah sakit, aku ingin segera melakukannya. Rasanya semua ini terlalu lama."Hafizah hanya tersenyum malu mendengar keingi

  • Upik Abu Mertua   Bab 69. Kebahagiaan Bersama Hafidz Dan Putri

    Setelah dokter menjelaskan bahwa kondisi Hafidz tidak terlalu serius, Hafizah membawa Putri masuk ke ruangan tempat Hafidz dirawat."Ayah, Tante cantik, apakah Ayah akan sembuh?" tanya Putri dengan polos, menatap Hafidz yang masih tidak sadarkan diri."Tenang, sayang. Ayahmu pasti akan sembuh. Ayah juga tidak ingin jauh darimu terlalu lama, jadi kamu harus percaya bahwa Ayah akan pulih," jawab Hafizah menenangkan."Iya, Tante. Aku percaya Ayah tidak akan meninggalkan anaknya yang lucu ini," balas Putri dengan penuh keyakinan.Hafizah tersenyum mendengar perkataan Putri. Tiba-tiba, ia melihat jari tangan Hafidz bergerak."Putri, lihat! Tangan Ayahmu mulai bergerak. Kita harus segera memanggil dokter!" seru Hafizah."Benar, Tante. Ayah pasti akan sembuh segera!" jawab Putri dengan penuh semangat.Kebahagiaan meliputi Putri saat melihat ayahnya bisa menggerakkan tangan, menandakan bahwa Hafidz merespons kehadirannya di teng

  • Upik Abu Mertua   Bab 68. Kekhawatiran Luar Biasa

    Saat mereka berdua sedang menikmati waktu bersama sambil makan, tiba-tiba Hafidz menerima panggilan. "Kenapa tidak kamu angkat, Hafidz?" tanya Hafizah.Hafizah melihat dengan jelas bahwa Hafidz menatap ponselnya, tetapi ia enggan mengangkatnya di hadapannya. "Tidak terlalu penting, nanti aku akan menghubungi balik," jawab Hafidz.Hafizah merasa penasaran dengan pernyataan Hafidz, seolah ada sesuatu yang disembunyikannya dari calon suaminya. "Kalau begitu, lanjutkan makan. Aku tidak ingin kamu sakit. Lagipula, jika memang tidak penting, kenapa wajahmu terlihat panik seperti tadi?" Hafidz langsung menghentikan makannya dan menatap mata Hafizah yang penuh rasa ingin tahu tentang penelepon yang dianggapnya tidak penting itu. "Apa yang ada di pikiranmu, Hafizah? Apakah kamu meragukan kejujuranku?" tanyanya dengan serius."Aku penasaran dengan apa yang kamu sembunyikan dariku. Apakah salah jika aku ingin tahu leb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status