Beranda / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Bab 55. Apa Yang Kamu Sembunyikan

Share

Bab 55. Apa Yang Kamu Sembunyikan

Penulis: Rifat Nabilah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 22:00:44

Hari ketika Hafizah sibuk mengantar Putri ke sekolah, Hafidz ternyata memiliki rencana lain untuk mencari anak Hafizah yang hilang.

"Kamu bisa mencari informasi tentang anak kecil yang hilang lima tahun lalu. Tentu saja dia tidak menghilang begitu saja, dan aku tidak ingin mendengar tentang kegagalan," perintah Hafidz kepada orang yang ada di depannya.

"Baik, Bos. Jika begitu, saya pamit untuk mencarinya," jawab orang itu.

"Ya, silakan," balas Hafidz sebelum orang itu pergi dari ruangan kerjanya.

Sementara itu, Hafidz mulai mendapatkan informasi terbaru mengenai anak Hafizah, sedikit demi sedikit, termasuk tanggal di mana anak itu dibuang oleh Ibu Lestari dan Dera.

"Apa ini? Tanggalnya sama dengan saat aku mengadopsi Putri di panti asuhan itu. Aku juga tidak tahu asal-usul orang tua Putri. Apakah ada hubungannya dengan semua ini? Atau mungkin Putri adalah anak Hafizah yang hilang? Apa yang harus aku lakukan untuk membuktikan semua ini?" <
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Upik Abu Mertua   Bab 56. Belum Waktunya

    "Aku langsung pulang. Jangan lupa istirahat hari ini, nanti aku akan kabari lagi setelah sampai di rumah," ucapnya dengan nada yang masih dingin, membuatku semakin penasaran dengan sikapnya.Hafidz berhasil mendapatkan sehelai rambut Hafizah saat dia memasang sabuk pengaman di mobil tadi."Ini dia, aku tidak akan pulang sebelum mendaftarkan tes DNA antara Hafizah dan Putri. Jika mereka memang Ibu dan anak, aku tidak akan bisa memisahkan mereka. Hafizah akan menikah denganku, dan itu berarti dia tidak akan menjauhkan aku dari Putri. Rasanya mungkin akan jauh lebih bahagia jika kami bisa bersatu."Hafidz bersedia melakukan apa pun demi kebahagiaan Putri dan Hafizah. Mereka adalah alasan utama yang membuatnya tetap hidup, meskipun ia dikelilingi oleh harta yang sebenarnya tidak ingin diambilnya saat diwariskan kepadanya.Sementara itu, di dalam rumah, Hafizah merasa penasaran. Ia segera keluar malam-malam dan mengendarai mobilnya dengan cepat, mengikuti mobil Hafidz yang baru saja mening

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Upik Abu Mertua   Bab 57. Hafidz Posesif Pada Putri

    Hafidz berada di ruang rumah sakit bersama seorang dokter yang telah menyelesaikan analisis tes DNA. Ia merasa cemas menunggu hasilnya, meskipun ia tahu bahwa ini adalah taruhan besar terkait anaknya sendiri.Saat hasilnya sudah keluar, dokter sudah menyerahkan kertas hasil tes DNA tersebut. "Rasanya aku sangat takut, tapi aku harus segera membuka hasilnya. Aku harus memastikan tidak ada orang lain yang mengikuti ku," pikirnya.Ketika Hafidz membuka hasil tes tersebut, ia terkejut melihat bahwa Putri ternyata adalah anak dari Hafizah. Ia tidak bisa langsung mempercayai informasi itu."Ini tidak mungkin! Kenapa aku tidak menyadarinya sebelumnya? Apakah selama ini kedekatan mereka disebabkan oleh ikatan batin antara ibu dan anak? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku memberi tahu Hafizah tentang semua ini atau lebih baik aku menyimpannya? Aku khawatir jika Hafizah tahu bahwa Putri adalah anaknya, dia akan mengambilnya, sementara status hubungan kami berdua masih belum jelas

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Upik Abu Mertua   Bab 58. Ke Tempat Yang Sama

    Hafizah sudah tiba lebih dulu di kantor polisi dan melihat Hafidz memasuki ruangan yang sama."Hafidz, ada urusan apa kamu di sini?" Hafidz tampak terkejut saat melihat Hafizah juga hadir, mungkin dalam pikirannya ia mengira Hafizah akan menemui ibu mertua mereka."Aku ingin bertemu dengan Ibu. Lalu, kamu sendiri ke sini untuk apa?" tanyanya sambil berpura-pura tidak mengerti maksud Hafizah."Aku ingin bertemu Ibu juga. Jadi, kita memiliki tujuan yang sama. Kenapa kamu tidak bilang sebelumnya bahwa kamu akan ke sini? Kita bisa pergi bersama. Aku ke sini untuk menanyakan tentang anakku, lalu kamu ingin bertanya apa kepada Ibu?""Aku ... hanya ingin menjenguk Ibu. Meskipun Ibu telah berbuat jahat, dia tetap mertuaku, dan aku masih memiliki tanggung jawab untuk mengurusnya."Hafizah memperhatikan bahwa Hafidz menghindari kontak mata dengannya, sepertinya ada sesuatu yang ingin disembunyikan oleh Hafidz."Kalau begitu, kita bisa masuk bersama untuk menemui Ibu. Apakah kamu keberatan?""O

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Upik Abu Mertua   Bab 59. Cerita Pada Hafidz

    "Mas! Mas Hamid, apakah kamu membawa uang untuk belanja hari ini?"Hafizah berdiri di depan rumah, melihat suaminya pulang saat ia melirik ke arah jendela."Uang, uang, terus yang ada di pikiranmu, Hafizah! Kamu terus meminta tanpa memikirkan bagaimana aku mendapatkan uang itu."Alih-alih memberikan uang kepada istrinya, Hamid justru memarahi Hafizah di depan ibunya, Lestari, yang tinggal bersama mereka. Tentu saja, hal ini membuat Lestari semakin marah pada Hafizah karena merasa anaknya dijadikan mesin pencetak uang."Hafizah! Sejak anakku menikah denganmu, kenapa dia harus selalu memberikanmu uang? Bukankah kamu juga bekerja? Gunakanlah uangmu sendiri, jangan terus-menerus mengandalkan uang anakku. Uang anakku seharusnya juga untuk ibunya, aku juga butuh uangnya."Lestari sudah berani mencampuri urusan rumah tangga anaknya dan tidak ragu untuk memarahi Hafizah ketika merasa anaknya terpojok."Ibu, aku hanya ingin memasak, dan i

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Upik Abu Mertua   Bab 60. Perlakuan Suami Dan Mertua

    "Tutup mulutmu, Hafizah! Jangan sekali lagi berani bicara seolah Ayahmu lebih baik darimu! Aku tidak mau tahu, sekarang minta maaf kepada Ibuku atau aku akan melakukan sesuatu padamu."Ancaman itu dilontarkan Hamid kepada Hafizah, yang merasa terinjak-injak oleh sikap Hafizah, sementara sikap Hafizah sendiri sudah kurang pantas pada ibunya, itu yang membuat emosi Hamid membara. "Mas Hamid, aku tidak mau. Kamu tahu aku tidak bersalah di sini, tetapi kamu selalu membela Ibumu meskipun dia salah. Apa yang salah dariku? Aku hanya membela diriku sendiri, dan Ibu juga yang memulai. Aku rasa Ibu terlalu ikut campur dalam pernikahan kita. Seharusnya kamu bisa tegas sebagai suami. Apakah kamu ingin pernikahan ini hancur?"Hafizah berusaha menyadarkan suaminya agar menegur ibunya, setidaknya memberikan ketegasan bahwa ibunya sudah terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga mereka."Jadi, menurutmu, ibuku adalah orang yang akan merusak rumah tangga kita? Apakah kamu tidak menyadari bahwa kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Upik Abu Mertua   Bab 61. Penyesalan Suamiku

    "Bu, kenapa Ibu selalu meminta uang dari Mas Hamid? Kami juga memiliki banyak kebutuhan yang belum terpenuhi setiap bulannya. Aku berusaha menghemat untuk semua itu, tetapi Ibu dengan mudahnya berbelanja untuk kebutuhan pribadi dan uangnya cepat habis. Aku tidak suka jika Ibu terus-menerus melakukan hal ini kepada Mas Hamid. Aku adalah istrinya, dan aku berhak untuk tidak setuju mengenai masalah keuangan dalam rumah tangga kami."Hafizah berusaha menegur mertuanya yang tampaknya tidak mempertimbangkan kehidupan Hamid dan istrinya. Mereka masih memiliki banyak cicilan yang harus dibayar setiap bulan, dan situasi keuangan mereka semakin memburuk, ditambah lagi dengan permintaan uang dari mertuanya hanya untuk bersenang-senang."Diam lah, Hafizah! Jangan berani menegur aku tanpa sepengetahuan anakku. Kamu tahu bahwa anakku sendiri memberikan uangnya padaku, jadi kenapa kamu yang harus pusing? Uang itu adalah uang anakku, dan kamu tidak berhak mengatur, meskipun kamu adalah istrinya. Seor

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Upik Abu Mertua   Bab 62. Selalu Disalahkan

    Hamid menyentuh kaki Hafizah yang terjulur tanpa selimut. Selimut itu memang tak pernah dipakai Hafizah karena Hamid melarang. Bagi Hamid, selimut tersebut miliknya semata. “Hafizah!” serunya mencoba membangunkan istrinya, tetapi Hafizah tetap tertidur. Saat panggilan kedua tidak membuahkan hasil, Hamid menarik tangan Hafizah dengan kasar hingga hampir membuatnya terjatuh dari tempat tidur. “Bangun kamu!” bentaknya tajam. Hafizah membuka mata dengan pandangan kebingungan dan nada lemah bertanya, “Mas Hamid, kenapa Mas seperti ini?” Ia lelah, baik fisik maupun hatinya. Beban dari sikap mertua yang terus-menerus menyalahkannya serta suami yang jarang berpihak sudah cukup menguras emosinya. Namun, jawaban Hamid jauh dari kata meredakan. “Masih tanya kenapa? Kamu itu istri! Tugas kamu membahagiakan aku dan ibu aku! Kamu tuh siapa? Hanya seorang wanita sebatang kara yang soalnya beruntung bisa masuk ke keluarga kami. Tapi apa yang kamu lakukan? Bukan cuma nggak membuat ibuku senang,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Upik Abu Mertua   Bab 63. Mencoba Melawan

    "Cukup, Hafizah! Apakah kamu masih belum bisa menerima aku dan keluargaku? Aku sudah memperkenalkanmu sebelum kita menikah, tetapi kamu tetap ingin bersamaku. Aku dan Dera tidak bisa dipisahkan, dan jika kamu bersikap keras padanya, aku tidak akan membiarkannya. Lagipula, aku telah berjanji kepada ibuku untuk bertanggung jawab penuh atas adik perempuanku yang satu-satunya."Hafizah menghela napas panjang mendengar suaminya yang masih membela adik kesayangannya. Dera, adik kandungnya, tidak pernah memikirkan dari mana kakaknya mendapatkan uang tersebut. Yang Dera tahu hanyalah bahwa Hamid selalu memberikannya sesuai permintaannya setiap kali dia membutuhkan bantuan dari kakaknya."Mas Hamid, tolong pahami situasi ini. Aku tahu kita sudah sepakat sebelum menikah, tetapi aku tidak bisa terus bertahan dengan sikap Dera yang terlalu boros dalam menghabiskan uang. Apakah kamu tidak pernah mempertimbangkan bahwa Dera bisa hidup mandiri? Dia mampu melakukannya, atau kamu bisa membantunya untu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07

Bab terbaru

  • Upik Abu Mertua   Bab 81. Sebuah Kejujuran

    Pada malam hari, saat Hafidz tiba di rumah sakit, ia mendapati Hafizah sudah menunggunya dengan senyuman. Di sampingnya, terdapat beberapa makanan dan selimut yang disiapkan untuk Hafidz jika ia ingin menunggu di sana."Selamat datang, Hafidz," sapa Hafizah."Ada apa ini? Kenapa kamu menyambut ku dengan begitu meriah?" tanya Hafidz."Saya hanya ingin menghargai kamu yang kemarin menunggu saya tanpa makanan dan selimut. Sekarang, karena saya sudah sadar, saya ingin memberikan semua ini. Anggap saja ini sebagai latihan saya sebagai calon istrimu. Meskipun kemarin kita tidak jadi menikah, bukan berarti kita tidak bisa bersatu, kan?" Hafidz mendekati Hafizah yang terbaring di tempat tidurnya dan menggenggam tangannya."Tentu, kita akan bersatu dan menjelajahi samudera yang luas bersama. Selain itu, kamu akan bersama Putri, yang akan menjadi anakmu."Hafizah tersenyum, terharu mendengar kata-kata itu. Ia merasa bahagia melihat orang

  • Upik Abu Mertua   Bab 80. Menjebak Lestari

    Ketika Lestari berusaha melarikan diri dari kamar Hafidz, tiba-tiba tiga orang polisi masuk dan mengepungnya di hadapan Hafidz, yang telah merencanakan semua ini."Menyerah lah, Lestari! Polisi sudah datang untuk menjemputmu, dan aku pastikan kamu tidak akan bisa bebas. Di sana adalah tempatmu," kata Hafidz dengan tegas.Hafidz tidak ingin melihat wajah Lestari lagi, apalagi membiarkannya masuk ke rumahnya. Ini adalah yang terakhir kalinya."Dasar licik, Hafidz! Kamu telah menjebak aku di sini, padahal kamu sendiri yang berniat mencuri barangku," Lestari berusaha memfitnah mantan menantunya."Apa lagi yang ingin kamu lakukan, Lestari? Memfitnah lagi? Itu tidak akan berhasil, karena bukti-buktinya sudah ada. Polisi juga mendengar percakapan kita di luar tadi. Jadi, jika kamu ingin memfitnahku, lebih baik bicarakan semua itu kepada dokter jiwa yang akan memeriksa kejiwaanmu."Lestari tampak sangat ketakutan saat polisi mengarahkan pistol ke

  • Upik Abu Mertua   Bab 79. Kemarahan Hafidz Pada Lestari

    Hafidz menggendong anaknya dan memasuki rumah. Mereka telah tiba dan berencana melanjutkan ke kamar Putri. Saat itu, Hafidz merasa tenang karena rumahnya cukup aman dengan banyak penjagaan di luar.Namun, ia keliru. Seseorang sedang mengendap-endap dari samping, memasuki rumah melalui jendela yang terbuka, dan bergerak di dalam mencari ruangan dengan niat yang tidak baik."Di mana kamar, Hafidz?"Lestari berjalan perlahan di dalam rumah, bertekad untuk mengambil apa yang diinginkannya. Dia tidak melihat Hafidz di sekitarnya, tetapi yakin bahwa Hafidz dan Putri sudah ada di sana.Sementara itu, Hafidz masih sibuk di dalam kamar, memberikan obat kepada anaknya agar bisa beristirahat. Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh dari luar kamar, sesuatu jatuh dengan keras, meskipun suara itu tidak akan terdengar dari luar rumah. Hafidz membuka sedikit pintu kamar anaknya dan melihat tidak ada orang di luar. Namun, dia mulai curiga bahwa seseorang telah masuk

  • Upik Abu Mertua   Bab 78. Ketahuan

    "Hafizah, aku harus pulang sekarang. Sepertinya kamu sudah merasa lebih baik. Aku perlu mengganti pakaian, tapi nanti aku akan kembali ke sini. Apakah kamu baik-baik saja jika aku pergi?"Hafidz berusaha mencari kesempatan untuk melihat anaknya di ruangan lain, sementara Hafizah masih berjuang untuk membuka diri."Baiklah, kamu bisa pulang dulu. Aku melihat wajahmu yang sangat lelah. Pergilah sekarang," jawab Hafizah.Meskipun Hafizah tidak ingin menahan Hafidz untuk tetap bersamanya, ada rasa curiga yang menggelayuti pikirannya tentang alasan di balik kepergian Hafidz."Kalau begitu, aku akan pergi. Kamu bisa menghubungiku jika membutuhkan sesuatu, atau aku bisa menugaskan seseorang yang aku percayai untuk menjagamu di sini.""Sepertinya itu tidak perlu, Hafidz. Di sini masih ada dokter dan perawat. Kamu bisa pergi sekarang, tidak perlu berlebihan menjagaku."Hafizah sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan saat sakit, tidak ada yang menemaninya sep

  • Upik Abu Mertua   Bab 77. Menutupi Dari Hafizah

    Hafidz terus berdoa dengan penuh harapan dan air mata, memohon agar Putri tidak meninggalkannya. Ia telah berjuang keras agar anaknya tidak sakit, meskipun kenyataannya Putri menderita penyakit yang sangat serius."Putri, Ayah tidak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri jika kamu pergi. Bangunlah, sayang. Kamu tahu betapa besar kasih sayang Ayah padamu, dan Ayah tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja."Di tengah kecemasannya, Hafidz juga ingin menjenguk Hafizah, yang telah dipindahkan ke ruangan lain yang tidak jauh dari tempat Putri dirawat. Dengan perlahan, ia memasuki ruangan dan melihat Hafizah yang masih terbaring tak sadarkan diri."Hafizah, bangunlah. Aku tidak akan kuat menghadapi semua ini sendirian, terutama saat anakmu berjuang melawan rasa sakitnya sejak kecil. Aku sudah berusaha, tapi kali ini aku tidak tahu harus berbuat apa."Hafidz menangis sambil memegang tangan Hafizah, diliputi rasa takut akan hidup tanpa anaknya.

  • Upik Abu Mertua   Bab 76. Masih Gagal

    "Apa yang kamu lakukan di sini, Lestari?"Hafidz memergoki wanita tua itu berdiri dekat pintu ruang perawatan tempat Hafizah dan Putri dirawat. Keberadaannya mengisyaratkan bahwa Lestari mungkin memiliki maksud buruk terhadap kedua wanita yang tengah berusaha untuk sembuh."Hafidz, kamu juga di sini? Apakah kamu tahu betapa aku menikmati permainan ini? Aku akan melaksanakan apa yang sudah seharusnya.""Apa maksudmu?""Putri akan mati, Hafidz!"Ucapan Lestari terucap tegas di depan Hafidz, yang tengah dilanda kemarahan. Mereka saling menatap serius, tatapan tajam Hafidz memperlihatkan kemarahannya atas ancaman Lestari terhadap anaknya."Tidak akan kubiarkan! Semua ucapanmu hanya buntut dari amarahmu belaka. Aku takkan membiarkan itu terjadi dan akan melindungi Putri serta Hafizah.""Tidak! Yang aku katakan akan jadi kenyataan, mungkin bukan saat ini, tapi jika kamu gagal memenuhi permintaanku, kamu akan menyesal. Kamu akan melihatnya sendiri, Hafidz."Hafidz merespons dengan senyum sin

  • Upik Abu Mertua   Bab 75. Hafizah, Putri Berada Di Rumah Sakit

    Hafidz berlari menuju mobilnya setelah melihat wajah Putri yang sangat pucat. Dia menyadari bahwa penyakit yang diderita anaknya mulai kambuh dan segera memerlukan penanganan."Putri, jangan tinggalkan Ayah, ya. Ayah tidak akan sanggup hidup tanpamu, sayang. Kita akan pergi ke rumah sakit, kamu pasti akan sembuh. Ayah akan melakukan segalanya untukmu, anak Ayah yang cantik."Setelah Putri masuk ke dalam mobil, Hafidz segera mengemudikan kendaraan menuju rumah sakit, meninggalkan Lestari yang merasa kesal karena kehilangan uang yang sudah dia impikan untuk mengubah masa depannya dan melarikan diri dari masalah yang dihadapinya."Hafidz, kamu salah jika berurusan denganku. Aku pasti akan datang untuk mengambil uang itu, dan aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan semua yang aku inginkan."Lestari bertekad untuk tidak menyerah dan berjanji untuk tidak lagi berbuat jahat kepada Hafidz, Hafizah, dan Putri. Bagi Lestari, mereka adalah sarana untuk meraih kekayaan tanpa harus berusaha kera

  • Upik Abu Mertua   Bab 74. Menyelamatkan Putri

    "Lihatlah Ayahmu, Putri! Dia tidak mau mengangkat telepon dariku. Apakah aku harus bersikap kasar padamu?"Saat Lestari sedang marah pada Hafidz, Putri tampak tidak sadarkan diri, matanya terpejam ketika Lestari kembali ke ruangan itu."Putri! Apakah kamu mendengar ku? Ini tidak sopan! Tidur di saat seperti ini? Aku rasa kamu pantas mendapatkan hukuman yang setimpal karena Ayahmu mengabaikan ku."Lestari menggoyang tubuh Putri yang terasa dingin, dan wajah anak itu terlihat pucat."Ada apa ini? Apakah dia sakit? Atau mungkin kelaparan? Dasar anak manja, bagaimana bisa kamu seperti ini? Aku tidak akan membawamu ke dokter, jangan harap aku akan membawamu ke sana. Nanti kamu sembuh dan bisa bertemu dengan Ayahmu dengan mudah."Hafidz menatap jam, menyadari bahwa Putri seharusnya sudah meminum obatnya di rumah. Dia merasa cemas memikirkan apa yang akan terjadi pada anaknya jika tidak mengonsumsi obat dari dokter seperti biasanya."Pu

  • Upik Abu Mertua   Bab 73. Tertusuk

    Hafizah sedang berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Pisau yang dipegang oleh Lestari kini terarah kepadanya meskipun Hafizah sudah memohon untuk dilepaskan. Namun, Lestari tetap tidak bergeming."Ibu, tolong lepaskan aku. Tidak puas kah Ibu selalu menyiksa sejak aku memasuki hidup Mas Hamid di rumah ini? Aku tidak kuat untuk melawan seseorang yang sudah aku anggap sebagai ibu sendiri."Lestari tetap waspada terhadap Hafidz yang memerhatikan setiap gerakannya saat menyandera Hafizah. Dia enggan mendengarkan ucapan Hafizah yang diutarakan dengan nada lantang."Kamu diam, Hafizah! Kamu telah menghancurkan hidupku. Karena kamu anakku meninggal, dan aku masuk penjara sehingga kini menjadi buronan polisi. Dan kamu masih merasa menjadi korban?"Hafizah menarik napas dalam mendengar jawaban penuh kebencian dari Lestari. Dia tidak berharap lagi bahwa mantan mertuanya akan berubah baik padanya."Bu, itu semua bukan salahku. Apakah Ibu tidak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status