Home / Romansa / Untuk Asa (Indonesia) / 2 | Rara dan Pilihan Sulit

Share

2 | Rara dan Pilihan Sulit

Author: ByMiu
last update Last Updated: 2020-10-23 18:54:29

Di kediaman keluarga Wijaya, Jae bergantian melirik Dio dan Irana. Kedua orang tua inilah yang sebenarnya ada dibalik layar. Jae hanya pesuruh, dalangnya sudah pasti Dio dan Irana. Walau Jae bingung, kenapa harus terkesan tidak peduli pada Rara yang sedang hamil tua itu. Setelah Jae menerima pesan dari kakaknya, terjadilah rundingan dadakan di ruang keluarga Wijaya.

"Tanyain Rara udah dapet rumah belum?"

Ini Irana, usianya 42 tahun. Masih cantik dan segar. Rara mewarisi semuanya dari sang Mama, benar-benar plek. Berbeda dengan Jaelani Wijaya (Jae), bungsu dari Irana dan Dio ini lebih mirip papanya. Kulit coklat dan hidung agak masuk ke dalam. Tapi tenang dia tetap jadi salah satu pangeran di SMA Bakti Persada kok.

"Kasih aja sih, Ma, Pa. Jangan kayak orang susah. Kasian kan Rara." Jae menembak ke titik utama. Benar, bisnis Event Organizer dan Properti yang dikelola Dio membuat hartanya mustahil habis dalam waktu singkat. Event-event di Jakarta nyaris dipegang oleh Dio semua. Perusahaannya sudah dikenal luas. Intinya mereka salah satu keluarga yang mempuni secara finansial, sehingga apa yang diminta Jae merupakan perkara mudah.

"Pa?" Bujuk Irana pada Dio. "Kita belikan rumah buat mereka, ya? Mama juga nggak tega lama-lama kayak gini. Mama kangen Rara." Irana memang pihak yang mengusir, tapi itu hanya amarah sesaat. Dia sulit percaya kalau putri kecilnya tahu-tahu hamil. Padahal hari itu baru saja pengumuman kelulusan SMA. Dari bibir putrinya bukan kalimat mengenai tempat kuliah yang akan dituju ataupun program jurusan yang sekiranya diminati, justu Rara datang bersama Abi, dan dunia Irana saat itu juga hancur. Sangat hancur.

"Biarkan saja. Rara sudah punya suami. Dia sudah jadi tanggungjawab suaminya, bukan kita lagi."

Ucapan menohok Dio diikuti dengan bibir Jae yang membacakan balasan pesan dari Rara.

"Katanya udah dapet rumah. Dia juga nanya, gimana kabar papa mama?"

Dio bangkit sofa sambil berujar, "Bilang kalau kita lagi liburan ke Jepang."

Pun Jae dan Irana ditinggalkan oleh Dio. Pria berusia 45 tahun ini melepaskan kacamatanya sebelum mengelap matanya yang terasa berair.

Sebenarnya terlepas dari saran Jae barusan soal membelikan rumah untuk Rara, Dio sudah jauh-jauh hari melakukannya. Namun justru jawaban Abimanyu adalah;

"Rara sudah tanggungjawab saya, Pak. Kalau saya terima rumah dari Bapak, di mana nilai saya sebagai suami?"

Abimanyu agaknya sadar dia sudah melakukan kesalahan besar. Dia sudah merusak masa depan Rara. Setelahnya dia ingin memberikan seluruh hidupnya untuk Rara, sekalipun harus berdarah-darah, dia akan senang jika apa yang diterima Rara adalah murni hasil keringatnya sendiri.

"Jadi kamu berniat buat saya anak susah?" Tanya Dio. Dia menekan ponselnya lebih kuat. "Sedari kecil sampai sekarang saya selalu berikan yang terbaik untuk Rara. Lalu kamu akan mengambil Rara untuk kamu ajak hidup susah begitu?!"

Abi pandangi Rara dari kejauhan yang sedang menjemur pakaian di depan kamar kosan mereka. Memang, semenjak Rara bersamanya, istrinya nampak menjadi hidup lebih susah dan banyak melamun.

"Saya memang salah, Pak. Saya sudah membuat Rara hamil. Tapi di luar itu, saya ingin memberikan yang terbaik untuknya. Saya sangat hargai kebaikan bapak, tapi mohon pengertiannya, Pak. Izinkan saya membahagiakan putri bapak dengan cara saya sendiri."

Dio pun menutup ponselnya. Sejak hari itu dia putuskan tak pernah mau tahu lagi persoalan Rara-Abi.

******

Abimanyu sholat Isya di mushola rumah sakit dengan perasaan tidak menentu. Rara sebelumnya dilarikan ke bidan yang kebetulan dekat lokasi tempat makan. Bukaan pun sudah lengkap, sayangnya bayinya tidak mau turun-turun dan Rara mengalami kelainan panggul. Praktis Bidan memberikan rujukan ke rumah sakit, dan Abi langsung bergegas menghubungi ambulance. Rara terus menangis sepanjang jalan, yang bisa Abi perbuat sebatas menggenggam tangan mungil istrinya.

"Mas, nggak kuat..."

"Sakit banget...."

Terlebih Dokter Obgyn bilang; "Air ketuban istri anda sudah keruh. Satu-satunya cara yaitu tindakan operasi. Istri anda harus secepatnya dicaesar."

Tanpa pikir panjang Abi setuju. Abi menyanggupi. Urusan biaya biar belakangan. Istri dan anaknya yang paling penting.

Dilanjut dia menghubungi keluarga masing-masing. Abi hanya memiliki Ibu, Tia, di bumi Bandung, dan kemungkinan besar baru bisa menjenguk besok hari. Lain halnya dengan pihak Rara yang memang asli Jakarta. Selepas hilang kontak perkara menolak rumah, Abi singkirkan sejenak egonya untuk menghubungi Ayah dari Rara. Sayangnya nihil, sehingga Abi memilih mengirimkan sebuah pesan singkat.

"Permisi, Bapak Abi. Anak anda sudah lahir. Kondisi Ibu Larasati juga sudah stabil."

Alhamdulilah...

Abi sontak yang dalam posisi berdoa, langsung sujud syukur. Dia berlari menuju ruang persalinan. Air mata Abi gagal dibendung setelah menggendong anaknya. Seorang putri kecil yang sangat cantik. Begitu mungil dan asik mengulet dalam dekapan Abi. Bibir pink putrinya mengecap-ngecap, juga sepasang mata kecil itu terasa rapat. Kalau bisa, putrinya mungkin akan protes agar boboknya jangan diganggu. Ada-ada saja pikiran papa baru itu.

"Mas... tolong adzanin dedeknya."

Itulah kalimat pertama yang dilontarkan Rara. Istrinya terlihat pucat pasi dan lelah. Wajar, Rara baru saja dihadapkan pada hidup dan mati. Abi sempatkan menciumi puncak kepala Rara. Dia betulan merasa sangat bahagia. Abi selalu tahu bahwa istrinya adalah perempuan yang kuat.

"Saya sayang banget sama kamu, Ra. Makasih sudah melahirkan putri kecil kita."

'Saya'nya seorang Abimanyu selalu muncul untuk membuat hati Rara berdesir. Teringat yang sebelum-sebelumnya; "Jangan gugurkan janin itu, saya siap bertanggungjawab. Saya akan selalu mendampingi kamu. Saya akan menikahi kamu."

Abimanyu melantunkan adzan di telinga bayi mereka. Pelan, namun pasti. Rara otomatis terisak. Awalnya dia pikir air matanya sudah habis karena tangisannya hari ini sudah jatuh banyak, nyatanya dia kembali menangis disuguhkan pemandangan indah ini. Kecupan turut diberikan Abi di pipi buah hati mereka.

Cup.

Si kecil kemudian ditempatkan di dada Rara yang sengaja dibiarkan terbuka. Bibir putri mereka sekarang tengah asik minum ASI. Telunjuk abi terus dipagut posesif oleh jemari dedek bayik. Alhasil Abimanyu tersenyum lebar dan hatinya melambung. Ini salah satu hari terbaik dalam hidup Abi.

"Mirip kamu, Ra. Cantik."

Rara terdiam dan memilih memainkan lembut rambut si kecil. "Mas, udah ngabarin mama papa? Ibu mas gimana?"

"Udah semua, Ra. Papa kamu tadi nggak ngangkat, tapi mas udah tinggalin pesan. Jae juga udah mas chat. Apa ditelpon lagi aja, ya?"

"Nggak usah. Mereka lagi di Jepang."

Jawaban Rara berbarengan dengan dibukanya pintu kamar inapnya. Irana dan Dio muncul di sana.

Loh, katanya lagi di Jepang?

Related chapters

  • Untuk Asa (Indonesia)   3 | Cibiran Pedas

    Irana duduk di kasur menemani Rara. Terakhir bertemu, Rara masih mengenakan seragam SMA. Dikira putrinya akan pulang dengan seragam penuh coretan untuk merayakan kelulusan. Walau bukan contoh yang baik, setidaknya itu jauh lebih baik di mata Irana ketimbang memberikan kabar bahwa Rara hamil. Abimanyu, pria yang waktu itu datang ke rumah Rara, langsung mendapatkan tamparan. Irana pelakunya. Sementara Dio hanya mampu diam seraya menelan kekecewaan besar.Waktu berjalan terlampau cepat bagi keluarga Wijaya. Putri dari Irana kini sudah memiliki putri kecilnya sendiri. Mereka sempat canggung sebelum Rara menyerahkan bayinya untuk digendong Irana. Dapat terlihat mata Irana penuh genangan air mata."Mama udah jadi nenek, Ra." Tutur Irana, terpikat. Cantik, persis Rara sewaktu bayi. "Udah dikasih nama belum?"

    Last Updated : 2020-10-23
  • Untuk Asa (Indonesia)   4 | Trio SKY

    Jae punya dua sahabat dekat, mereka adalah Darwin Mahendra dan Putra Ilyas. Mereka 3 serangkainya Bakti Persada, sebutannya yaitu SKY. SKY karena mereka memiliki tubuh tinggi menjulang dan tidak seperti murid SMA kebanyakan. Jangan lupakan jika ketiganya juga tampan, apalagi Darwin yang paling sering bikin kaum cewek klepek-klepek nan histeris. Namun beberapa bulan terakhir geng SKY gugur 1, alias pindah sekolah. Dia adalah Darwin. Sekalipun begitu nongki-nongki tetaplah hal wajib.Seperti malam itu misalnya. Mereka bertiga sedang asik cuci mata di daerah Kemang. Satnite alias Saturday Night ceritanya. Entah kenapa juga ketiganya anteng menjomblo bersama. Pun tiba-tiba masuklah whatsapp beruntun ke ponsel Jae.Abang Abi: Jae, Rara lahiran. Kamu ce

    Last Updated : 2020-10-24
  • Untuk Asa (Indonesia)   5 | Tempat Baru, Petaka Baru

    Abi menyewa sebuah rumah sederhana. Setelah dikalkulasi biaya rumah sakit Rara selama satu minggu, cek pinjaman dari Dio masih berlebih. Abi pun putuskan angkat kaki dari tempat kosan. Bukannya tidak boleh tiga anggota keluarga menempati kosan tersebut, Abi hanya ingin Rara lebih leluasa. Istri dan anaknya perlu tempat yang layak."Mas, barang dari kosan udah diangkut semua?"Memakaikan baju untuk Airin, Rara bertanya. Abi mengusulkan nama Airin, dan Rara pun suka. Jadilah mereka sepakat menamai si kecil dengan Airin Humaira Wicaksono."Udah, Ra." Jawab Abi. Dirinya sedang memasukan pakaian Rara ke dalam tas. Rara sudah diperbolehkan pulang dan mereka tengah bersiap. Rencananya hari ini akan langsung menempati rumah baru."Kapan mas b

    Last Updated : 2020-10-24
  • Untuk Asa (Indonesia)   6 | Mine

    "Jaitan lo gimana? Gue bayanginnya ngilu sendiri."Jasmine Putri, mengambil toples cookies dari ruang tamu dan langsung melahapnya. Satu-satunya teman dekat Rara ini datang berkunjung. Jasmine sudah mulai disibukan dengan dunia perkuliahan. Sejak dulu dia bercita-cita menjadi Diplomat untuk Inggris, biar gampang pedekate sama bule-bule British. Dan sekarang Jasmine berhasil masuk ke jurusan Hubungan Internasional di salah satu universitas swasta. Rara bangga dan... sedikit iri.Seperti apa sih rasanya berkuliah?"Udah lumayan kering, tapi masih sakit." Rara menyodorkan segelas sirup. "Lusa paling gue ke rumah sakit lagi buat lepas jaitan."Airin telelap di kasur yang sengaja digelar di ruang tengah. Ditutupi kelambu cantik be

    Last Updated : 2020-10-24
  • Untuk Asa (Indonesia)   7 | Udang Saus Tiram

    Pagi pertama sejak kedatangan Tia, dan Larasati Wijaya sudah stres berat.Dia dibangunkan paksa oleh suara panci yang seperti sengaja dibuat beradu. Beruntung Airin yang tertidur di sampingnya tidak terusik. Tanpa mencuci muka apalagi sikat gigi, Rara bergegas ke arah dapur. Ada Tia di sana yang sedang mencuci piring sambil mendumel sendiri dalam bahasa daerah."Geus jam sakieu can wae hudang! Karunya pisan Abi boga istri kawas si Rara!" (Udah jam segini, tapi belum bangun juga! Kasian Abi punya istri kayak si Rara!)Bisa dipastikan Rara tidak paham apa artinya, namun dia sadar bahwa ibu mertuanya tengah marah. Apalagi namanya disebut-sebut, jelas ini bukan pertanda bagus."Maaf, Bu. Rara bangunnya telat." Hendak membuka pintu kulkas,

    Last Updated : 2020-11-08
  • Untuk Asa (Indonesia)   8 | Sama, Jadi Tidak Istimewa

    Rara bangun pukul 4 pagi. Dia tidur dengan perasaan tak tenang karena takut kesiangan. Perlahan Rara menaruh guling kecil di samping Airin. Walau Abi tidur disebelah Airin, suaminya masih lelap tertidur. Tentu saja, semalaman Abi mencari apotek yang masih buka untuk menyembuhkan alergi Rara. Abi tidak percaya dengan obat yang istrinya miliki, takutnya memiliki efek samping yang macam-macam. Jadi Abi dengan segenap usahanya mencari obat terbaik.Pun dikecuplah dahi Airin, lalu Abi.Rara berniat membuat sarapan dengan menu ikan bumbu acar kuning dan perkedel kentang. Agak keterlaluan memang berkutat di dapur sepagi ini, tapi inilah yang Rara lakukan sekarang. Handphonenya memutarkan video tutorial selagi dia menggigit bibir. Tak lupa dahinya dikerutkan. Dia ulang satu kali. Dua kali. Tiga kali.Nggg... kok agak ngeri?Oke, mari coba dulu.Di tengah geraknya yang terbatas akibat

    Last Updated : 2020-12-06
  • Untuk Asa (Indonesia)   9 | Semakin Banyak

    Rara tidak mau bertindak implusif dengan melabrak atau semacamnya. Dia mencoba berpikiran positif, bahwa yang dilihatnya siang tadi adalah hal wajar. Pasalnya wanita itu mengenakan seragam kantor. Mereka pasti rekan kerja, dan buku yang dibeli oleh wanita itu sudah tentu untuk pria lain. Ya, tebakannya pasti benar. Penggemar karya Gibran Effendi sudah meluas dan bukan hanya Abi saja.Tapi... kenapa suaminya tadi harus sampai bohong saat Rara tanya sedang ada di mana? Jujur bisa, kan?"Mbak Rara, makasih loh. Si kecil nyemilin terus."Tetangga sebelah datang ke rumah guna mengembalikan wadah puding. Kemarin dia sengaja bikin banyak puding untuk bagi-bagi ke tetangga sekitar. Bagaimana pun juga Rara dan Abi adalah pendatang, dan lumayan sebagai tanda perkenalan biar ada silaturahmi."Kakaknya Mbak Rara mana, nih?" Tanya ibu itu sambil kepalanya celingak-celinguk ke dalam rumahnya.Hah? Kakak?

    Last Updated : 2020-12-09
  • Untuk Asa (Indonesia)   10 | Permulaan yang Menarik

    Satu bulan yang lalu Abimanyu dipecat dari kantor tempatnya bekerja. Pihak HRD transparan bilang mereka kurang nyaman dengan rumor yang beredar di lingkungan kantor. Mereka tahu dulu Abi adalah seorang guru yang menghamili salah satu murid didiknya. Memalukan, tapi Abi bisa apa. Ingin mengelak demi menghidupi Rara dan calon bayi mereka pun tetap dirasa keliru. Jadi, dia mencoba legowo.Marine Ardiansyah, mantan tunangan Abi, entah ada angin apa menghubunginya di siang itu. Abi tengah mengisi perut di salah satu rumah makan karena lelah setelah memasukan CV ke banyak perusahaan. Dengan enggan Abi menerima panggilan itu."Ada perlu apa kamu hubungin saya?" Tanya Abi tanpa basa-basi."Ya ampun, ini beneran Mas Abi!"Sambungan pun dimatik

    Last Updated : 2021-01-04

Latest chapter

  • Untuk Asa (Indonesia)   23 | Jantung

    "Serius gini doang nggak bisa?" Cibir Rara. Padahal soal ekonomi dari buku paket milik Jae ini, berhasil membuat dirinya migren alias pusing 7 keliling."Emang lo bisa haa?!" Senga Jae."Hahaha ya jelas nggaklah! Lagian kalau gue bisa, ogah juga gue jelasin ke lo. Buang-buang waktu!" Jawab Rahee sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Abi. Dia ndusel-ndusel di bahu kokoh itu, sementara sang suami hanya mampu menggelengkan kepala. Sungguh kakak-beradik ini memang sulit bicara tanpa perlu pakai urat. Selalu saja saling ngegas. "Mas, kita bobo aja yuk nemenin Airin. Biarin Jae pusing sendiri.""Bang, gue besok uts." Ujar Jae dengan raut wajah memelas."Makanya jangan main basket terus. Lagian Mas Abi pernahnya ngajar bimbingan konseling, bukan mapel ekonomi.""Gapapa, Ra. Mas kayaknya masih inget beberapa sub bahasannya."Ugh, Rara kalau gini jadi tambah gemas. Kenapa suaminya harus serba bisa? Padahal tadi usai maaf-maafan, Rara harap mere

  • Untuk Asa (Indonesia)   22 | Ibu

    Sore hari tiba.Rara sedang makan keripik ketika Abi memasuki rumah utama. Ingin berlari ke kamar tentu terlambat. Selain karena Airin tengah anteng di pangkuannya, Abi juga sudah terlanjur melihat sosok dirinya yang kumal. Maklum, baru kena air saat siang tadi kelelep di kolam renang. Jadi dia lanjutkan saja sesi ngemil, dan berusaha cuek."Cium tangan suaminya kek. Jangan masuk list calon-calon istri durhaka." Jae yang tadi membukakan pintu untuk Abi, kini berjalan melewati keduanya sambil menyindir sang kakak.Kontan Rara memincingkan mata. "Lo mau dihapus dari Kartu Keluarga? Mau gue aduin?"Jae langsung ngibrit pergi. Dalam hati Rara tertawa puas. Ada untungnya dia jatuh ke kolam renang, terbukti Rara jadi punya kartu agar Jae tidak asal bicara lagi.Pun perlahan Rara menarik tangan kanan sang suami. Cup. Sama halnya dengan tangan mungil Airin yang juga Rara arahkan untuk mencium punggung tangan Abi. Abi tersenyum senang, sambil membelai rambu

  • Untuk Asa (Indonesia)   21 | Saling Bertukar

    "Hei, jangan ngelamun."Rara menoleh ke sumber suara. Pria berseragam SMA itu datang, bergabung bersama Rara yang duduk santai di pingir kolam renang. Darwin melipat ujung celana abu-abunya, meniru Rara memasukan kakinya ke air."Loh, itu celana lo basah." Seru Rara, tahu usaha Darwin melipat celananya berakhir sia-sia. Sedengkul sudah air membasahi celana pria tersebut."Gampang, nanti tinggal pinjem punya Jae.""Terus kenapa dilipet segala? Buang-buang tenaga." Rara menggelengkan kepala, lalu ujung bibirnya tertarik ke atas, tergelak singkat. Memang Darwin satu spesies dengan adiknya, sama-sama aneh."Biar lo ketawa, Ra. Dari tadi gue perhatiin lo cemberut terus."

  • Untuk Asa (Indonesia)   20 | Mari Buat Semua Lebih Jelas

    "Istri kamu kemana? Dari kemarin pergi sama temennya yang namanya Jasmine, dan sampai sekarang nggak pulang-pulang." Kalimat Tia meluncur begitu Abi datang sambil menyeka keringat. Semalaman Abi susah tidur, merasa aneh karena Rara tidak ada di sampingnya. Padahal ini baru satu hari, tapi Abi sudah seperti kehilangan arah. Sehingga pagi-pagi buta Abi memilih jogging disekitar komplek selama satu jam penuh."Rara nginep di rumah orang tuanya." Jawab Abi setelah meminum segelas air mineral."Jangan terlalu manjain istri kamu. Lihat, dia jadi seenaknya sendiri. Masa sudah berkeluarga, masih numpang tidur di sana. Apa kata tetangga nanti?" Ujar Tia seiring membuat teh hangat dalam wadah jar."Gapapa, bu. Rara juga sudah lama nggak mampir ke rumah utama. Pasti kangen mama papanya.""Makanya kamu jangan nikahin anak kecil kayak dia. Sudah manja, nggak bisa kerjain pekerjaan rumah lagi. Repot sendiri, kan?" Sindir Tia, lalu menaruh cangkir teh tepat di depan putrany

  • Untuk Asa (Indonesia)   19 | Tidur Terpisah

    Sudah lama Rara tidak menginjakan kaki di rumah utama. Terakhir yaitu saat datang bersama Abi, memberi tahu pada kedua orang tuanya bahwa dirinya hamil dan berakhir dengan diusir. Kini dia kembali bersama putri kecilnya. Terasa aneh begitu Rara memasuki kamarnya, karena semua tetap sama, sementara dirinya telah mengalami banyak perubahan. Menjadi ibu sekaligus istri di usianya yang bahkan belum memasuki kepala 2. Hidupnya persis permainan roller coaster."Sayang, kamarnya mau mama dekor ulang?" Inisiatif Irana. "Atau kamu mau beli furniture baru? Wallpaper baru? Nanti mama atur semua.""Aku cuma nginep sehari, ma." Geleng Rara lemah. "Makasih udah bolehin aku pulang ke rumah ya, ma.""Jangan bilang gitu. Ini kan rumah kamu juga. Kamu bebas ke sini kapanpun." Irana agaknya lupa kalau kedatangan Rara bukanlah untuk liburan, melainkan akibat sedang selisih paham dengan Abi. Rara bukanlah anak kecil lagi, dia sudah menjadi istri orang. Beberapa saat yang lalu Irana

  • Untuk Asa (Indonesia)   18 | Ayo Pulang

    Dio, ayah dari Larasati Wijaya, baru saja selesai meeting dengan kliennya di gedung FWC. Kumpulan orang di lobby membuat fokusnya teralihkan. Semula dia tak terlalu ambil pusing, namun setelah melihat sosok yang ditandu oleh tim paramedis, Dio berhasil bergeming di tempat. Pria berkacamata itu segera berlari tergesa-gesa. Kenapa Rara bisa di sini? Dan apabila dilihat sekilas Rara jelas mengalami serangan panik lagi! Astaga, dunia Dio langsung runtuh!"Maaf, pak. Hanya yang berkepentingan yang dapat menemani pasien." Tahan seorang tim paramedis ketika Dio akan ikut naik ke ambulance."Saya ayahnya Rara. Dia putri saya."Pun sirene ambulance membelah jalanan siang Jakarta yang padat. Ketika orang-orang mulai berjubel keluar untuk mencari makan siang, di sini ada Dio yang terus memegang erat tangan Rara dengan perasaaan teriris. Kesadaran Rara masih terjaga, tapi sulit bernapas dan harus terhubung dengan bantuan oksigen. Sementara bagian paramedis mengecek tekanan

  • Untuk Asa (Indonesia)   17 | Panic Attack

    Rara coba telpon Abi. Satu kali. Dua kali. Tidak ada jawaban. Mine sebelumnya turun dari mobil untuk bertanya tentang tempat kerja baru Abi kepada security. Hasilnya nihil. Dengan pikiran semrawut Rara mencari kontak yang sekiranya dapat dihubungi, namun baru beberapa detik berselang, dia terdiam. Rara tidak kenal satupun teman Abi. Serenggang ini kah hubungan mereka?"Kenapa kamu tanya ke ibu? Bukannya kamu yang harusnya lebih tahu?" Kalimat Tia di ujung ponselnya terdengar. Ya, dengan nekat Rara bertanya pada sang mertua. Sungguh dia tak memiliki pilihan lain untuk menjawab rasa penasarannya."Rara lupa nama perusahaan Mas Abi yang baru, bu. Ini Rara mau nyusul ke sana. Kasian bekal makan siangnya ketinggalan.""Bukan ketinggalan, tapi sengaja. Toh bekal yang kamu buat nggak pantas dimakan." Tanpa sadar, Rara mencengkram ponselnya kuat-kuat. "Abi kerja di FWC bareng mantan tunangannya. Sudah kamu nggak usah anter ke sana. Biarin Abi lepas rindu sama Marine."

  • Untuk Asa (Indonesia)   16 | Satu Hal Terungkap

    Bahagianya Rara adalah perkara mudah. Contohnya saja soal makanan. Abi tak hanya membelikan Rara martabak asin plus manis, tapi juga sushi. Iya, sebelum mengantar Marine pulang, mereka makan malam bersama di restoran tersebut."Mas, bener nggak mau?""Iya, mas udah makan di luar." Jawab Abi, mulai membuka kancing kemejanya."Sama siapa?"Abi menelan air liurnya susah payah dan seketika merasa bersalah. "Temen kerja. Gimana enak, Ra?" Langsung Abi yang balik bertanya, takutnya Rara mengajukan pertanyaan macam-macam. Abi menemukan istrinya tahu-tahu sudah duduk bersila di lantai kamar dan terlihat lahap."BANGET. Dulu pas sekolah aku sering ke tempat sushi ini sama Mine." Antusias Rara sambil mengigit ujung sumpit, sesenang itu. "Oh ya, kenapa chat aku yang bahas film azab nggak dibales-bales? Aku kan bukan koran, masa chatnya dibaca doang.""Tenggelam, Ra.""Pin makanya. Biar chat dari aku ada di atas.""Nggak ngerti. Lagian kamu juga u

  • Untuk Asa (Indonesia)   15 | Sulit Menghindar

    Abi baru saja bersantai di kubikelnya seusai beres dengan berbagai kerjaan. Sejak pagi hingga pukul 7, dia disibukkan dengan tampilan excel dan macam-macam angka. Memang ini hari pertamanya bekerja di tempat baru dan ada perkenalan singkat dengan karyawan lain, namun setelahnya jadwalnya padat. Pun Abi mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Rara. Belum sempat bertanya Rara ingin martabak asin atau manis, Abi ternyata sudah menerima banyak chat dari sang istri. Ada 25 chat yang tenggelam. Astagfirullah. Ini sih bisa-bisa Abi kena amuk.Larasati Wijaya:-Mas, pernah nonton film azab? Judulnya mertua jahat pada menantu, liang lahatnya menyempit.-Mertuanya nampar si menantu-Padahal menantunya baik. Ya... walaupun nggak sempurna-sempurna amat. Masakannya kurang enak, bangunnya kadang siang, tapi dia mau belajar.-Mas? Ih dicuekin :(-Aku VN aja. Capek ngetik.Lalu Abi dengarkan satu persatu pesan suara itu. Tak jarang, Abi terkekeh selagi merap

DMCA.com Protection Status