Caraline tiba di lokasi setengah jam kemudian. Kedatangannya langsung disambut oleh berondongan pertanyaan dan sorotan kamera dari para wartawan. Wanita itu hanya tersenyum tipis ketika melihat awak media dengan antusias mendekat ke arahnya. Para pengawalnya dengan cekatan memblokade jalan. Akan tetapi, hingga memasuki bangunan, ia sama sekali tidak mengatakan apa pun.
Caraline mengembus napas panjang, membuka kacamata, lalu memasukkannya ke dalam tas. Tangannya tanpa sengaja melihat botol minuman pemberian Deric yang sudah kosong. Timbul niatan untuk membuangnya, tetapi urung dilakukan ketika ia menyadari bahwa dirinya masih membutuhkan kehadiran pria itu di dekatnya. Tak masalah jika digantikan dengan sebuah botol minuman.
“Nona mohon ikuti aku,” ujar salah satu pegawai wanita.
Caraline mengangguk, memasuki elevator. Beberap menit kemudian, ia kembali mengikuti pegawai wanita tadi hingga berhenti di depan sebuah pintu.
“Tuan Diego bera
“Berbicara mengenai pernikahan, apa kau sudah menyiapkan semuanya, Diego?” tanya Caraline sembari mendekat. “Aku ingin pernikahan kita menjadi pernikahan yang paling megah dibandingkan pernikahan putra presiden negara ini sekalipun. Selain itu, aku ingin Henry Hulbert juga hadir dalam acara kita. Kau bisa melakukannya?”“Kau benar-benar menjijikkan.” Diego mendorong Caraline menjauh, menatap merendahkan. Akting wanita itu benar-benar buruk.“Aku belajar dari ahlinya.” Caraline tertawa.Diego mengambil ponsel dari saku celana, menerima panggilan dari seseorang, kemudian menutupnya kembali. “Acara sebentar lagi dimulai. Bersandiwaralah dengan baik atau aku akan melenyapkan pria cacat sialan itu.”“Sepertinya aku harus banyak belajar darimu, Diego,” sahut Caraline dengan tatapan meremehkan, “kau berakting dengan sangat sempurna selama ini.”“Berhenti mengoceh!&rd
Caraline langsung mengalihkan pandangan ke sembarang arah ketika Deric menatapnya. Hatinya bagai diiris sembilu saat melihat keadaan pria itu. Kondisi Deric benar-benar buruk. Ia ikut dibuat sakit hanya dengan melirik sekilas. Diego dan Wilson benar-benar monster yang sangat mengerikan. Keduanya tega melakukan semua ini pada Deric yang notabene adalah seseorang yang kekurangan.“Kau baik-baik saja?” ulang Deric sembari berusaha untuk mengubah posisi menjadi duduk. Tatapannya menajam ketika melihat Diego berada di belakang Caraline. “Apa ada sesuatu yang menganggumu?”Caraline hanya bisa diam selama beberapa waktu. Wanita itu mendongak, berusaha agar air mata tak kembali berderai. Rasanya sungguh perih ketika melihat orang yang dicinta menderita. Ada bagian hatinya yang retak dan patah saat ini.Diego yang melihat kebekuan Caraline dengan cepat mengcengkeram tangan wanita itu, lalu berbisik dengan nada penuh amarah, “Selesaikan hal i
“Dasar wanita rendahan!” Diego dengan kejam mendorong Caraline untuk segera memasuki mobil. Pria itu menutup pintu kendaraan dengan kencang. “Otakmu benar-benar sudah bermasalah. Bagaimana mungkin kau bisa sehancur ini hanya karena seorang pria cacat?”Caraline dengan cepat menyeka tangis, menatap Diego dengan senyum tipis. “Hidupku hancur setelah aku memutuskan untuk menikahi monster sepertimu, Diego.”“Kau!” Diego hendak melayangkan tamparan, tetapi ia kembali menarik tangannya dengan cepat. “Kau benar-benar menjijikkan.”“Ya, bukanlah kita berdua memang sama-sama menjijikkan?” sahut Caraline dengan tatapan tertuju ke depan, “sepertinya mulai saat ini aku harus belajar agar terbiasa berdekatan denganmu.”Diego berdecak, menatap merendahkan. “Kau sebaiknya belajar untuk menghadapi kenyataan kalau kau hanya wanita sampah tak berguna di hadapanku. Aku akan membuat hid
Hari-hari merangkak begitu cepat. Banyak hal yang terjadi pada Caraline selama kurun waktu tersebut. Hampir semua berita di televisi dan saluran internet membahas persiapan pernikahannya dengan Diego. Beberapa kali keduanya hadir menjadi bintang tamu di salah satu acara televisi yang ingin membedah persiapan hari istimewa mereka.Persiapan pernikahan sendiri sudah menyentuh kata sempurna di dua hari sebelum acara dimulai. Gedung serta semua fasilitas pendukung acara sudah ditentukan, dan semua itu diatur langsung oleh Diego. Caraline tak pernah sekalipun dilibatkan atau lebih tepatnya tak ingin melibatkan diri.Caraline dan Diego saat ini tengah berada di salah satu butik mewah untuk memilih busana pengantin yang akan digunakan pada pernikahan nanti. Keduanya tak lepas dari gempuran cahaya kamera. Sempat terjadi wawancara singkat di depan butik hingga akhirnya Caraline dan Diego meninggal lokasi.Hidup Caraline benar-benar serasa dijungkirbalikkan oleh takdir da
“Apa yang sedang kau lakukan di tempat ini, Catherine?” tanya Caraline dengan nada marah. Ia menarik tangan sepupunya dengan cukup kuat.Catherine berdecak, menepuk-nepuk tangannya seperti baru saja terkena kotoran. “Kau benar-benar tidak berpendidikan dan tak tahu sopan santun. Apa itu sambutanmu pada sepupumu sendiri?”“Sudahlah, Catherine.” Caraline memutar bola mata. “Aku tidak ingin berdebat denganmu, terlebih di depan pusara keluargaku. Kau sebaiknya pergi dari tempat ini secepatnya.”“Kau tidak berhak mengusirku, Caraline.” Catherine mendengkus kesal. “Aku hanya tidak sengaja berkunjung ke tempat ini.”“Berkunjung?” Caraline menaikkan satu alis. “Apa maksudmu, Catherine?”Catherine mengibas rambut, memutar bola mata. “Apa aku salah jika berada di tempat ini hanya untuk sekadar melihat pusara orang yang masih memiliki hubungan darah denganku?
Sudah sehari setelah pertemuannya dengan Catherine di pemakaman, tetapi hingga saat ini Caraline sama sekali belum mendapat kabar apa pun dari sepupunya itu. Di sisi lain, ia juga belum bersedia untuk menanyakan hal itu pada Catherine.Selepas kepulangannya dari pemakaman, Caraline hanya mengunci diri di kamar. Grace dan para maid kembali memintanya untuk keluar. Mereka mengatakan jika mereka siap dan bersedia untuk mendengarkan semua curahan hatinya. Meski demikian, Caraline masih tak ingin keluar dari kamar.Caraline mengembus napas panjang ketika melihat berita mengenai pernikahannya dengan Diego masih menjadi topik panas yang terus ditayangkan di televisi. Ia bisa melihat dirinya dan Diego tampak dekat di sana, tak jarang memamerkan kemesraan dan kedekatan. Ia seperti wanita paling bahagia karena bisa bersanding dengan Diego. Akan tetapi, pada kenyatannya Caraline tak bisa menahan kesedihan ketika mengingat Deric.Caraline mematikan televisi, berjal
Jeremy, Jonathan dan James tengah menikmati makan malam dengan ditemani acara televisi yang menyiarkan persiapan pernikahan Caraline dan Diego.“Ini merupakan sebuah pernikahan yang sangat luar biasa,” ucap Jonathan dengan tatapan yang tak lepas dari layar kaca yang kini menampilkan dekorasi pernikahan.“Kau benar, Jonathan,” sahut Jeremy, “kabar yang kudengar Henry Hulbert akan menghadiri acara pernikahan ini.”“Lalu apa yang terjadi dengan ... Deric?” tanya James tiba-tiba, “bukankah dia masih menjadi suami dari Caraline?”Jeremy terkekeh. “Sepertinya wanita itu mulai sadar siapa pria cacat yang sudah dinikahinya beberapa bulan lalu. Aku bertaruh jika saat ini wanita itu sudah mengusir si cacat Deric. Tentu saja siapa pun akan memilih Diego dibanding pria tak berguna itu.”James menunduk, dengan cepat menghabiskan sajian di piring. “Apa itu artinya Caraline membuang ...
Hari pernikahan Caraline dan Diego akhirnya tiba. Tayangan televisi sudah menayangkan acara sejak pagi, begitupun dengan saluran internet. Perhatian publik seolah tersedot pada momen kebahagian dari pasangan yang digadang-gadang sangat sempurna tersebut.Jalanan kota Heaventown tampak macet sejak pagi. Kendaraan merayap perlahan. Suara klakson yang berbunyi saling bersahutan dengan umpatan para pengendara. Di lokasi acara, para pelayan dan pegawai tampak sibuk untuk mempersiapkan semuanya. Satu per satu tamu undangan hadir dan memasuki ruangan acara.Di antara hiruk pikuk acara tersebut, seorang wanita bertubuh ramping dengan gaun hitam dan kacamata berwarna senada berjalan di koridor rumah sakit dengan langkah penuh percaya diri. Di tempat berbeda, Helen perlahan membuka matanya dan mulai terbangun dari koma. Beberapa pengawal yang mengawasinya langsung menghubungi dokter. Wanita bergaun hitam itu berdiri tak agak jauh dari ruangan Helen, mengawasi ruang