“Apa yang sedang kau lakukan di tempat ini, Catherine?” tanya Caraline dengan nada marah. Ia menarik tangan sepupunya dengan cukup kuat.
Catherine berdecak, menepuk-nepuk tangannya seperti baru saja terkena kotoran. “Kau benar-benar tidak berpendidikan dan tak tahu sopan santun. Apa itu sambutanmu pada sepupumu sendiri?”
“Sudahlah, Catherine.” Caraline memutar bola mata. “Aku tidak ingin berdebat denganmu, terlebih di depan pusara keluargaku. Kau sebaiknya pergi dari tempat ini secepatnya.”
“Kau tidak berhak mengusirku, Caraline.” Catherine mendengkus kesal. “Aku hanya tidak sengaja berkunjung ke tempat ini.”
“Berkunjung?” Caraline menaikkan satu alis. “Apa maksudmu, Catherine?”
Catherine mengibas rambut, memutar bola mata. “Apa aku salah jika berada di tempat ini hanya untuk sekadar melihat pusara orang yang masih memiliki hubungan darah denganku?
Sudah sehari setelah pertemuannya dengan Catherine di pemakaman, tetapi hingga saat ini Caraline sama sekali belum mendapat kabar apa pun dari sepupunya itu. Di sisi lain, ia juga belum bersedia untuk menanyakan hal itu pada Catherine.Selepas kepulangannya dari pemakaman, Caraline hanya mengunci diri di kamar. Grace dan para maid kembali memintanya untuk keluar. Mereka mengatakan jika mereka siap dan bersedia untuk mendengarkan semua curahan hatinya. Meski demikian, Caraline masih tak ingin keluar dari kamar.Caraline mengembus napas panjang ketika melihat berita mengenai pernikahannya dengan Diego masih menjadi topik panas yang terus ditayangkan di televisi. Ia bisa melihat dirinya dan Diego tampak dekat di sana, tak jarang memamerkan kemesraan dan kedekatan. Ia seperti wanita paling bahagia karena bisa bersanding dengan Diego. Akan tetapi, pada kenyatannya Caraline tak bisa menahan kesedihan ketika mengingat Deric.Caraline mematikan televisi, berjal
Jeremy, Jonathan dan James tengah menikmati makan malam dengan ditemani acara televisi yang menyiarkan persiapan pernikahan Caraline dan Diego.“Ini merupakan sebuah pernikahan yang sangat luar biasa,” ucap Jonathan dengan tatapan yang tak lepas dari layar kaca yang kini menampilkan dekorasi pernikahan.“Kau benar, Jonathan,” sahut Jeremy, “kabar yang kudengar Henry Hulbert akan menghadiri acara pernikahan ini.”“Lalu apa yang terjadi dengan ... Deric?” tanya James tiba-tiba, “bukankah dia masih menjadi suami dari Caraline?”Jeremy terkekeh. “Sepertinya wanita itu mulai sadar siapa pria cacat yang sudah dinikahinya beberapa bulan lalu. Aku bertaruh jika saat ini wanita itu sudah mengusir si cacat Deric. Tentu saja siapa pun akan memilih Diego dibanding pria tak berguna itu.”James menunduk, dengan cepat menghabiskan sajian di piring. “Apa itu artinya Caraline membuang ...
Hari pernikahan Caraline dan Diego akhirnya tiba. Tayangan televisi sudah menayangkan acara sejak pagi, begitupun dengan saluran internet. Perhatian publik seolah tersedot pada momen kebahagian dari pasangan yang digadang-gadang sangat sempurna tersebut.Jalanan kota Heaventown tampak macet sejak pagi. Kendaraan merayap perlahan. Suara klakson yang berbunyi saling bersahutan dengan umpatan para pengendara. Di lokasi acara, para pelayan dan pegawai tampak sibuk untuk mempersiapkan semuanya. Satu per satu tamu undangan hadir dan memasuki ruangan acara.Di antara hiruk pikuk acara tersebut, seorang wanita bertubuh ramping dengan gaun hitam dan kacamata berwarna senada berjalan di koridor rumah sakit dengan langkah penuh percaya diri. Di tempat berbeda, Helen perlahan membuka matanya dan mulai terbangun dari koma. Beberapa pengawal yang mengawasinya langsung menghubungi dokter. Wanita bergaun hitam itu berdiri tak agak jauh dari ruangan Helen, mengawasi ruang
Hanya dalam kurun waktu satu jam lagi, Caraline akan resmi menjadi istri Diego. Saat ini, wanita itu tengah berada di ruangan persiapan. Tiga orang penata rias tengah menangani make up dan busana yang akan dirinya kenakan untuk pernikahan ini.Caraline hanya menatap kosong pantulan dirinya di cermin. Layar televisi masih menyiarkan persiapan pernikahan yang akan segera digelar. Grace dan tiga orang maid juga berada di dalam ruangan untuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan.Caraline hanya menunduk dan menangis ketika Grace menceritakan bahwa dirinya tiba-tiba saja berlari ke pingiran danau sembari terus berteriak memanggil nama Deric. Apa yang ia lihat saat sore itu nyatanya tak lebih dari sekadar fatamorgana semata. Pada kenyataannya Deric sudah pergi jauh darinya.Caraline mengakui jika hasil riasannya benar-benar sempurna, pun demikian dengan gaun putih panjang dengan ornamen bunga yang dikenakannya. Caraline menatap anting pemberian Deric di da
Caraline sontak terhenyak ketika membaca kalimat terakhir di lembaran buku harian Carla. Matanya membulat seiring dengan napasnya yang mendadak tertahan. Wanita itu kemudian mengembus napas panjang bersamaan dengan gelengan kepala.Caraline terdiam selama beberapa waktu, memindai keadaan sekeliling. Jantungnya mendadak berdebar dengan kencang. Semua bayangan mengenai sosok Deric kini memenuhi isi kepalanya. Ia kembali membaca cacatan dari atas hingga bawah untuk memastikan jika apa yang dibacanya tadi tidaklah keliru. Akan tetapi, keterangan ia dapatkan tetaplah sama.“Jadi ... yang menolongku saat kecelakaan itu adalah Deric,” gumam Caraline sembari memegang jantungnya sendiri. “Dan sosok yang menabrak Deric adalah Carla, bukan aku.”Caraline mengepal tangan kuat-kuat. Ia berusaha menahan tangisan yang berusaha mendobrak ketegaran. “Deric.”Caraline mendongak, menyandar punggung ke sandaran kursi. Ia mendadak terbayang
Caraline tak bisa lagi membendung kesedihannya lebih lama. Tangisnya kembali pecah membasahi pipi. Ia memeluk erat buku harian itu seperti tengah mendekap Carla. Semua banyangan kehidupannya bersama adiknya kembali bermunculan. Kesedihan, penyesalan dan kerinduan silih berganti menyesaki perasaan.Caraline jatuh dari sofa dengan kondisi masih memeluk buku harian Carla. Tubuhnya berguncang hebat hingga suara tangis akhirnya muncul ke permukaan. Grace dan tiga orang maid yang mendengarnya langsung memasuki kamar dengan wajah panik.“Astaga, Nona.” Grace dengan cepat memeluk Caraline, berusaha membawa wanita itu kembali ke atas sofa. Akan tetapi, ia justru kesulitan karena tubuh Caraline kembali jatuh ke lantai.Ruangan dipenuhi oleh tangisan untuk beberapa saat. Caraline benar-benar tak ingin pernikahan ini terjadi. Ia juga tidak menjadi pendamping monster menjijikkan seperti Diego, yang dirinya inginkan saat ini hanyalah Deric, pria yang dici
Seisi ruangan menjadi gempar dengan kabar tersebut. Semua pandangan langsung tertuju pada Diego. Tayangan televisi dan saluran internet seketika menyorot keterkejutan yang menimpa tamu undangan dan Diego. Beberapa tamu undangan tampak berbisik dengan tatapan menyelidik.“Ini pasti sebuah kesalahan, Tuan,” ujar Diego dengan wajah yang masih memaksakan senyuman, “aku sama sekali tidak terlibat dalam kejahatan apa pun. Aku bisa membuktikan bahwa aku bersih dari semua tuduhan itu”Diego mengepal tangan kuat-kuat. Pria itu tak bisa membendung keterkejutan. Ia sudah menyuap mulut-mulut petinggi kepolisian dan pemilik media untuk menutupi kejahatannya. Akan tetapi, yang terjadi justru di luar kendalinya. Satu-satunya yang terpikirkan olehnya saat ini adalah adanya sosok besar di balik peristiwa ini.Henry Hulbert tiba-tiba berdiri, berjalan meninggalkan ruangan. Aksinya langsung menjadi sorotan media dan perhatian orang-orang di dalam ruangan.
Asap perlahan menghilang ketika kipas angin besar dari empat sudut ruangan menyala. Alhasil, ruangan kembali ke keadaan sediakala. Banyak tamu undangan yang sudah tak sadarkan diri di lantai, termasuk Jeremy, Jonathan dan James. Hal serupa juga terjadi pada beberapa pengawal, polisi, awak media yang berada di luar ruangan.“Menjauh dari sepupuku, Diego!” Catherine tiba-tiba saja memukul punggung Diego dengan tongkat kayu. “Kau sudah melewati batasmu.”“Catherine, apa yang kau lakukan?” tanya Wilson terperangah. Ketika melihat asap putih itu keluar, ia dengan cepat memakai masker, memberikan satunya pada Catherine dan juga meminta sepupunya itu menahan napas.Diego hampir saja terjatuh jika tidak berpegangan pada kursi. Ia merogoh pistol kecil dari kaus kaki, kemudian menembakkannya pada Catherine. “Matilah, wanita sialan!”Catherine langsung terjatuh ketika bahunya tertembak. Darah dengan cepat mengali
Jeremy, Jonathan dan James tampak tegang saat mengikuti seorang pengawal menuju pinggiran taman. Deburan ombak menjadi musik pengiring degup jantung mereka yang menggila. Ketiganya mendadak terdiam ketika melihat Deric tengah memunggungi mereka di dekat pagar. Tak lama setelahnya, pengawal tadi memilih pamit. Untuk beberapa detik lamanya hanya ada keheningan yang meruang di antara keempat pria itu. Jeremy, Jonathan dan James saling melempar tatapan satu sama lain, bingung dengan tindakan apa yang akan mereka ambil saat ini. Haruskah mereka pamit? Deric perlahan berbalik, tersenyum menyambut ketiga saudara tirinya. Ia berjalan mendekat, tetapi Jeremy, Jonathan dan James sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka atau bahkan menoleh ke arahnya. “Aku sudah menunggu kedatangan kalian,” kata Deric. Jeremy, Jonathan dan James sama sekali belum menggubris pertanyaan Deric. Wajah mereka juga belum sepenuhnya terangkat. “Bukankah kau sangat merinduk
Enam bulan kemudian Kabar pernikahan Presiden Universe Corporation membuat satu negara menjadi heboh. Banyak para wanita yang memimpikannya menjadi pasangan tiba-tiba merasakan patah hati dan kesedihan mendalam. Tak sedikit yang menjadikan hari itu sebagai hari patah hati nasional.Desas-desus beredar bak jamur di musim hujan mengenai siapa wanita beruntung yang akan menjadi pasangan seorang Jacob Balderic. Setelah enam bulan lalu sosok Presiden Universe Corporation itu muncul di publik dan memperkenalkan dirinya, pria itu sama sekali tidak pernah muncul kembali di hadapan media. Namun, beritanya terus memenuhi lini berita dan tayangan televisi.Kemudian setelah seminggu kabar penikahan itu terdengar, media berhasil membongkar siapa wanita beruntung tersebut yang tak lain adalah Caraline. Banyak pihak yang setuju dengan hal itu, berpendapat jika kedua sangat cocok. Akan tetapi, tak sedikit yang justru mencibir dan merundung Caraline di
Hampir semua mata tertuju pada seorang pria tampan bermanik biru yang baru saja mengakui dirinya sebagai pemilik perusahaan nomor satu di negara ini. Suasana acara seketika sunyi senyap, begitupun dengan orang-orang yang melihat berita dari saluran televisi dan internet. Tak lama setelahnya, decak kagum penuh pujian bersahutan dengan tepuk tangan yang bergemuruh.“Astaga, Nona.” Helen yang terkejut tanpa sadar mengguncang tubuh Caraline. “Bukankah itu Tuan Deric? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dia bisa berjalan dengan kedua kakinya dan saat ini dia berada di depan Nona.”Helen menoleh pada Caraline yang tengah menunduk dengan wajah diliputi senyuman. Saat menyadari sesuatu, Helen dengan cepat mengendalikan diri. Kini, ia tahu alasan di balik perubahan Caraline selama dua minggu ini.“Nona Caraline,” panggil Helen dengan senyum merekah. Meski ada retakan di hatinya, ia ikut berbahagia ketika melihat Caraline saat ini.
Seminggu berlalu setelah pertemuan Caraline dengan Deric di rooftop gedung. Namun, senyum bahagianya tak kunjung juga reda. Helen, Stevan serta seluruh maid dibuat tak mengerti akan sikap wanita itu. Jika beberapa bulan yang lalu Caraline dirundung kesedihan, maka selama seminggu terakhir, ia justru diliputi kebahagiaan.Caraline mengunjungi sebuah acara yang diselenggerakan oleh salah satu anak perusahaan Universe Coporation di sebuah taman luas. Banyak pejabat dan pengusaha terkenal ikut hadir dalam acara, termasuk Henry Hulbert.Caraline benar-benar tak bisa duduk dengan tenang ketika melihat Henry Hulbert tampil di atas panggung. Pandangannya seringkali tertuju ke sekeliling. Besar kemungkinan jika Deric juga berada di acara ini, pikirnya.Caraline sama sekali tidak menerima pesan apa pun dari Deric selama seminggu ini. Ia juga sengaja tidak menghubungi pria itu. Jika dahulu rindu sangat menyiksa, maka kerinduaan ini justru kian membesarkan rasa cin
Caraline dan Deric saling memandang satu sama lain selama beberapa waktu, ternggelam dalam perasaan masing-masing. Cahaya lampu di sekeliling rooftop tampak berganti warna seiring waktu berjalan.“Aku hanya takut jika kau tidak sadarkan diri lagi seperti waktu itu,” ujar Deric tiba-tiba.“Apa maksudmu?” tanya Caraline dengan pipi merona merah.“Kau tahu, kau tiba-tiba pingsan saat kita akan melakukan ... ‘itu’ di kamarmu.” Deric tertawa, mengelus lembut rambut Caraline.“Pingsan?” Caraline menaikkan satu alis. “Bukankah kita memang pernah melakukannya?”“Sama sekali tidak,” ungkap Deric, “kau sepertinya sangat gugup sampai kau tak sadarkan diri, terlebih selama tertidur kau tidak berhenti tersenyum.”Caraline tiba-tiba saja membelakangi Deric, menutup mata dengan wajah yang sudah sangat merah. Ia benar-benar malu ketika mendengarnya. Jadi
Sekujur tubuh Caraline kian bergetar ketika melihat sosok Deric tengah berdiri di depannya. Ponselnya sampai terjatuh saking tak bisa menahan keterkejutan. Untuk beberapa saat, ia hanya bisa menahan napas dengan tatapan tak berkedip.Caraline serasa ditimpa keterkejutan di atas keterkejutan. Ia memang sangat menginginkan Deric kembali berjalan, tetapi saat melihat hal itu secara langsung, Caraline justru hanya bisa tercenung tanpa bisa melakukan apa pun. Bibirnya setengah terbuka, tetapi dengan cepat kembali tertutup.Bukankah Deric tampak sempurna dengan penampilannya saat ini?Caraline mencubit lengan kirinya kuat-kuat. Ia merasakan sakit yang luar biasa di sana. Hal itu menandakan bahwa dirinya tengah berada di alam nyata. Meski demikian, Caraline masih merasa tersesat di alam mimpi. Deric yang selama ini ia anggap pria yang sudah kehilangan mimpi-mimpinya justru adalah sosok misterius yang selama ini orang-orang ingin ketahui. Deric tak lain adalah sosok pri
“Deric.”Untuk beberapa detik lamanya Caraline hanya bisa terdiam dengan mata membulat lebar. Mulutnya setengah terbuka dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Semua bayangan kebersamaannya dengan Deric seketika menyergap, membuat tubuhnya hampir saja ambruk di lantai. Tetesan air mata tanpa bisa dibendung kian membanjiri pipi.Caraline tahu bahwa dirinya sangat merindukan Deric lebih dari apa pun. Akan tetapi, ketika pria itu sudah berada di depannya saat ini, ia hanya bisa diam tanpa ada keinginan untuk mendekat atau bahkan memeluknya erat.Waktu terasa berhenti bagi Caraline. Semua pemandangan di sekelilingnya mendadak berubah menjadi hitam dan putih, kecuali Deric seorang. Di saat yang bersamaan, dunia menjadi menjadi sunyi senyap.Apa mungkin kerinduannya yang sangat besar pada Deric justru membawa pria itu kembali ke hadapannya?Apa mungkin ini semua khayalan?Apa mungkin saat ini ia berada di alam mimpi?Caraline mas
Dua bulan kemudian Acara pencarian bakat yang diselenggarakan salah satu anak perusahan Universe Corporation mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat. Acara tersebut menduduki peringkat tertinggi selama beberapa minggu acara tersebut berlangsung. Puncaknya pada laga final yang ditayangkan kemarin malam. Para peserta menampilkan hiburan sekaligus penampilan yang sangat luar biasa. Acara tersebut bahkan sampai ditayangkan di beberapa negara tetangga. Antusiasme masyarakat dan warganet pada program tersebut sangat tinggi hingga pihak penyelenggaran berniat untuk kembali menyelenggarakan acara serupa dengan konsep segar dan baru. Sebagai bentuk apresiasi pencapaian dan keberhasilan, diadakan penjamuan makan mewah untuk seluruh mitra yang bergabung dalam program tersebut. Beberapa petinggi Universe Corporation ikut hadir di mana salah satunya adalah Henry Hulbert. Caraline nyatanya masih berada di dalam kama
Satu bulan berlalu dengan cepat. Caraline kembali menata hidupnya yang baru. Diego dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara untuk semua kejahatan yang sudah diperbuatnya. Meski tak sebanding, tetapi hal itu cukup membuat dirinya merasa lega. Di sisi lain, Wilson juga ikut terseret ke dalam jeruji besi. Meski keluarga Wattson berusaha untuk membebaskannya, tetapi pria itu tetap mendapat hukuman tiga tahun penjara.Kehidupan Caraline lmabat laun kembali ke sedia kala seperti sebelum mengenal Deric. Wanita itu disibukkan dengan pekerjaan kantor. Akan tetapi, kerinduan dan rasa cintanya pada pria itu justru kian tak dapat dibendung.Caraline memiliki kebiasan baru saat ini. Ketika dirinya sangat merindukan Deric, ia akan pergi ke bekas kediaman pria itu, lalu bermalam di sana. Caraline akan tersenyum saat melihat deretan foto yang terpampang di dinding dan tak lama setelahnya menangis.Pencarian Deric, Lucy dan Thomas masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun, be