Caraline sontak terhenyak ketika membaca kalimat terakhir di lembaran buku harian Carla. Matanya membulat seiring dengan napasnya yang mendadak tertahan. Wanita itu kemudian mengembus napas panjang bersamaan dengan gelengan kepala.
Caraline terdiam selama beberapa waktu, memindai keadaan sekeliling. Jantungnya mendadak berdebar dengan kencang. Semua bayangan mengenai sosok Deric kini memenuhi isi kepalanya. Ia kembali membaca cacatan dari atas hingga bawah untuk memastikan jika apa yang dibacanya tadi tidaklah keliru. Akan tetapi, keterangan ia dapatkan tetaplah sama.
“Jadi ... yang menolongku saat kecelakaan itu adalah Deric,” gumam Caraline sembari memegang jantungnya sendiri. “Dan sosok yang menabrak Deric adalah Carla, bukan aku.”
Caraline mengepal tangan kuat-kuat. Ia berusaha menahan tangisan yang berusaha mendobrak ketegaran. “Deric.”
Caraline mendongak, menyandar punggung ke sandaran kursi. Ia mendadak terbayang
Caraline tak bisa lagi membendung kesedihannya lebih lama. Tangisnya kembali pecah membasahi pipi. Ia memeluk erat buku harian itu seperti tengah mendekap Carla. Semua banyangan kehidupannya bersama adiknya kembali bermunculan. Kesedihan, penyesalan dan kerinduan silih berganti menyesaki perasaan.Caraline jatuh dari sofa dengan kondisi masih memeluk buku harian Carla. Tubuhnya berguncang hebat hingga suara tangis akhirnya muncul ke permukaan. Grace dan tiga orang maid yang mendengarnya langsung memasuki kamar dengan wajah panik.“Astaga, Nona.” Grace dengan cepat memeluk Caraline, berusaha membawa wanita itu kembali ke atas sofa. Akan tetapi, ia justru kesulitan karena tubuh Caraline kembali jatuh ke lantai.Ruangan dipenuhi oleh tangisan untuk beberapa saat. Caraline benar-benar tak ingin pernikahan ini terjadi. Ia juga tidak menjadi pendamping monster menjijikkan seperti Diego, yang dirinya inginkan saat ini hanyalah Deric, pria yang dici
Seisi ruangan menjadi gempar dengan kabar tersebut. Semua pandangan langsung tertuju pada Diego. Tayangan televisi dan saluran internet seketika menyorot keterkejutan yang menimpa tamu undangan dan Diego. Beberapa tamu undangan tampak berbisik dengan tatapan menyelidik.“Ini pasti sebuah kesalahan, Tuan,” ujar Diego dengan wajah yang masih memaksakan senyuman, “aku sama sekali tidak terlibat dalam kejahatan apa pun. Aku bisa membuktikan bahwa aku bersih dari semua tuduhan itu”Diego mengepal tangan kuat-kuat. Pria itu tak bisa membendung keterkejutan. Ia sudah menyuap mulut-mulut petinggi kepolisian dan pemilik media untuk menutupi kejahatannya. Akan tetapi, yang terjadi justru di luar kendalinya. Satu-satunya yang terpikirkan olehnya saat ini adalah adanya sosok besar di balik peristiwa ini.Henry Hulbert tiba-tiba berdiri, berjalan meninggalkan ruangan. Aksinya langsung menjadi sorotan media dan perhatian orang-orang di dalam ruangan.
Asap perlahan menghilang ketika kipas angin besar dari empat sudut ruangan menyala. Alhasil, ruangan kembali ke keadaan sediakala. Banyak tamu undangan yang sudah tak sadarkan diri di lantai, termasuk Jeremy, Jonathan dan James. Hal serupa juga terjadi pada beberapa pengawal, polisi, awak media yang berada di luar ruangan.“Menjauh dari sepupuku, Diego!” Catherine tiba-tiba saja memukul punggung Diego dengan tongkat kayu. “Kau sudah melewati batasmu.”“Catherine, apa yang kau lakukan?” tanya Wilson terperangah. Ketika melihat asap putih itu keluar, ia dengan cepat memakai masker, memberikan satunya pada Catherine dan juga meminta sepupunya itu menahan napas.Diego hampir saja terjatuh jika tidak berpegangan pada kursi. Ia merogoh pistol kecil dari kaus kaki, kemudian menembakkannya pada Catherine. “Matilah, wanita sialan!”Catherine langsung terjatuh ketika bahunya tertembak. Darah dengan cepat mengali
Caraline merasakan tubuhnya ditarik paksa ke belakang, di mana mulutnya ikut disekap dengan kuat. Ia berusaha menjerit, tetapi apa daya dirinya tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikan tindakan lawan.“Diamlah, wanita rendahan,” bisik Diego dengan wajah penuh amarah sembari menarik Caraline menuju helikopter. Ia berdecak ketika tangannya digigit oleh oleh wanita itu. “Bawa aku pergi dari tempat ini.”Caraline terus-menerus berontak. Ia tidak ingin pergi bersama Diego, terlebih menjadi istri dari monster menjijikan itu. Untuk itulah, dirinya harus bisa melepaskan diri secepatnya.“Kau hanya akan membuat dirimu semakin menderita, wanita rendahan!” Diego kian menarik paksa Caraline dengan sekuat tenaga. Seorang anak buahnya segera membantunya membawa Caraline ke dalam helikopter.“Cepat terbangkan helikopter ini!” perintah Diego kemudian.Helikopter mulai meninggalkan rooftop. Caraline ma
“Tuan, Diego sudah membawa Nona Caraline ke dalam helikopter,” ucap seorang pengawal sembari mendekat pada Thomas.Tiga buah helikopter dengan cepat mendarat di rooftop.“Nona Caraline sempat berteriak jika Diego memerintahkan bawahannya untuk meledakkan gedung ini,” lanjut pria itu.“Tenanglah,” jawab Thomas, “aku sudah memerintahkan Lucy untuk mengatasi hal itu.”Lucy tiba di rooftop bersama lima pengawal, mendekat ke arah Thomas. “Aku sudah mengatasi bom yang terpasang di seluruh gedung ini, Tuan. Aku bisa memastikan jika gedung ini aman.”“Bagaimana dengan para tamu undangan dan yang lain?” tanya Thomas.“Aku sudah memerintahkan semua pengawal untuk membawa mereka ke rumah sakit terdekat,” terang Lucy.“Baiklah, kita harus mempersiapkan pasukan untuk menyelamatkan Nona Caraline. Lucy segera kumpulkan informasi mengenai keberadaan Diego dan No
“Sialan! Siapa sebenarnya sosok yang berada di balik ini semua? Kenapa para polisi sialan itu justru berbalik menyerangku?”Diego melempar botol minuman ke dinding hingga isinya berhamburan di lantai. Wajahnya memerah seiring dengan rahangnya yang mengetat. Matanya memelotot tajam ke sekeliling ruangan. Pria itu menarik-narik rambut ke belakang, kemudian berteriak sangat kencang.Diego melempar barang-barang yang ada di atas meja, lalu menendang benda yang ada di dekat kakinya. Pria itu merasa frustrasi bila mengingat kejadian tadi pagi. Namanya dan perusahaannya hancur dalam sekejap di mata publik setelah peristiwa itu. Ia benar-benar hampir kehilangan segalanya.Diego beranjak menuju balkon ketika dirinya mulai bisa mengendalikan diri. Pria itu memandang laut biru yang tengah dicumbu langit sore. Hijaunya hutan yang ada di samping kanan membuatnya sedikit merasa tenang. Sudah hampir beberapa jam ia berada di tempat ini. Tepat satu jam lagi, dirinya
“Tuan, musuh tiba-tiba menyerang dari arah bawah. Semua penjaga kita dapat dilumpuhkan dengan mudah. Saat ini musuh sedang menuju tempat kita,” ujar seorang bawahan Diego.“Bagaimana hal ini bisa terjadi, sialan?” tanya Diego dengan wajah murka. Pegangannya pada tangan Caraline mengendur. “Apa mereka menanamkan GPS di tubuh wanita sialan ini?”Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan dari arah bawah. Matahari sudah sepenuhnya tenggelam di ufuk barat. Langit terselimuti cahaya gelap dan tak lama setelahnya seluruh bangunan disiram cahaya.“Sepertinya mereka bergerak dari arah hutan,” lanjut bawahan Diego tadi.Diego berdecak, menatap lima helikopter yang bergerak mendekat ke arah gedung. Ia benar-benar terkepung dan tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri. “Kita harus segera pergi dari tempat ini. Siapkan ... ah!”Caraline menendang selangkangan Diego tiba-tiba, kemudian berlari menuju
Kabar penyelamatan Caraline dari jerat Diego dalam sekejap langsung menjadi berita utama yang menyedot atensi hampir seluruh masyarakat. Caraline langsung dibawa ke rumah sakit untuk diberikan penanganan. Hal serupa juga terjadi pada Diego. Pria itu dirawat di salah satu kamar dengan penjagaan ketat dari pihak kepolisian.Helen, Grace dan para maid menangis bahagia di depan ruangan Caraline. Mereka saling berpelukan satu sama lain ketika dokter mengatakan kondisi wanita itu hanya mengalami syok berat dan kelelahan.Tanpa dinyana, Thomas, Lucy serta para pengawal langsung menghilang ketika sudah tiba di kota Heaventown. Mereka sma sekali tidak bisa dihubungi meski Stevan sudah mengerahkan bawahannya. Di salah satu ruangan rumah sakit, Jeremy, Jonathan dan James tengah bersiap-siap untuk pergi. Mereka bertiga akan kembali ke Springtown. Setelah dirasa siap, ketiganya keluar dari kamar. Rumah sakit ini tampak sibuk dengan perawat, dokter dan p