Share

Sadar

Author: Alien0609
last update Last Updated: 2021-06-03 00:23:30

Aku terus berjalan menyusuri jalanan kampus yang entah akan membawaku kemana. Pikiranku jadi kusut dari sehabis menemui Bang Fahmi. Pesan dari kata-katanya membuatku gila untuk memikirkan nasibku depannya. Akupun memilih untuk pulang saja, jadi ku langkahkan kaki menuju ke tempat parkir. Sialnya aku bertemu Dea sedang termenung di bangku taman. Niatku tidak ingin memperdulikannya tetapi hati ini tidak tega. Akhirnya akupun menemuinya.

“Ngapain?”tanyaku yang tiba-tiba muncul.

“Eh Bimo?”ucapnya membuka tangkupan tangan dari wajahnya. Aku tau dia habis menangis terlihat jelas di matanya yang sembab.

“Eh-enggak”Dea menggeleng kaku.

“berarti iya”aku mencoba duduk di sampingnya.

“Abis ngadep Bang Fahmi nih saya”

“Dimarahin ya?”tanyanya penasaran sambil menghadapku dan menatapku intens.

“Cuma dikasih peringatan supaya gak bawa pegi ceweknya sembarangan lagi”jawabku santai tapi memojok.

Dea menghela nafas gusar. “Dia jadi tempramen banget akhir-akhir ini”

“Mukul kamu?”tanyaku menyelidik.

“Ya enggak. Cuma agak keras, jadi suka marah-marah padahal cuma masalah sepele. Tadi aja aku dimarahin habis-habisan sampe malu diliatin orang. Dia jadi gak tau sikon kalo lagi emosi”

Aku ikut menghela nafas gusar “Namanya juga cowok, itu cara dia buat nunjukin rasa cemburu ke pasangannya. Semua cowok emang gitu, gak cuma Bang Fahmi aja atau mungkin kekhawatiran yang lebih ke kamu yang nyebabin dia kek gitu. Lagi pula Bang Fahmi akhir-akhir ini lagi sibuk mungkin karna capek jadi lampiasinnya ke kamu udah itu kamunya buat masalah lah cocok”jelasku mencoba menenangkan hatinya.

“Kok kamu malah belain Bang Fahmi sih rese deh”kesalnya.

“Gak bermaksud belain, cuma liat kenyataan aja”

“Diperingatin apa tadi sama Bang Fahmi”

“Rahasia lah”

“Ih sok-sok rahasia, belagu”

 “Yeee terserah saya”

Senang rasanya melihat Dea bisa tertawa lagi. “Yaudah deh saya mau balik”

“Eh kok buru-buru amat”

“Mau ngamen bund biasa”

“Sa ae u hahaha. Eh Bim kabar Miku gimana?”

“Dicolong sama tikus keknya”ucapku sambil beranjak meninggalkannya

“Ehhhhh Bimmmmm becandaaa kan? BIMOOOOO!”teriaknya yang sudah samar ku dengar karna aku sudah berjalan jauh darinya. Aku tertawa puas. Tolong aku bahagia.

---

#POVAdiraDealova

Aku masih di sini. Di tempat yang sama saat keluar dari ruang kuliah menunggu kekasihku selesai menjalankan tugas. Iya benar, pacarku adalah orang yang sangat sibuk dia orang yang paling di cari di kampus ini. Jabatannya menjadi ketua BEM Universitas yang membuatnya jadi orang paling berpengaruh di kampus jadi aku harus tegar selalu menjadi yang kedua di samping pekerjan-pekerjaanya. Hal itu juga yang sering membuatku kesepian berada di kampus ini.

Aku tipe orang yang tidak mudah akrab dengan orang. Pacarku orang yang pertama kali mendekatkan diri padaku sekaligus teman pertamaku di kampus, setelah itu aku tidak punya teman lagi dan tidak berniat juga mencari teman akrab di kampus. Entah rasanya tidak selera untuk mengakrabkan diri dengan orang baru karna aku tidak suka terlalu banyak basa-basi. Aku juga punya teman akrab di masa SMA, kita berpisah karna masing-masing dari kami punya jalan hidupnya sendiri sesudahnya aku jadi malas mencari teman lagi.

Oh ya tadi juga aku sempat bertemu dengan Bimo tetapi dia sudah pulang. Bimo adalah teman kedua aku di kampus ini, dia orangnya asik sekali, nyambung kalo diajak ngobrol sebab itu aku jadi senang maen bareng dia. Nunggu Bang Fahmi seperti ini, yang aku lakukan hanya mendengarkan lagu dengan headset sambil bermain handphone sesekali memperhatikan orang yang lalu lalang di hadapanku. Bosan? Tentu saja, tetapi apa boleh buat dari pada dia nanti marah lagi karna aku asik bermain bersama orang lain.

Sebuah tangan menyenggol pundakku sontak aku kaget.

“Ih... ku kira siapa!”kesalku pada pacarku.

“Ya kok belum pulang? malah nungguin kamu”

“Lah kemarin ditinggalin pulang marah, sekarang ditungguin malah nanya”

“Ya ini udah jam berapa kamu belum pulang? Bentar lagi magrib. Ini kamu beneran dari tadi banget di sini? Heh udah makan belum?”tanyanya dengan raut wajah khawatir.

“Ini makan roti tadi”ucapku sambil menunjukkan bungkusan roti yang tadi aku makan.

“Kan aku udah bilang kalo aku lama banget kayak gini kamu boleh pulang duluan”

“Kan aku jaga-jaga dari pada kamu ngomel aku pulang sama siapa dll. Ribet ntarnya”

“Selagi kamu pulang sama gojek atau angkutan umum aku gak bakal marah”

“Selagi ada yang geratis ngapain bayar?”ucapku asal

“Oh kamu masih mau balik bareng Bimo?”tanyanya memicingkan mata ke arahku dengan tatapan tak suka.

“Ya ampun kamu jadi sensitif banget si sama Bimo. Dia udah aku anggep temen sendiri loh sayang. Kan kamu tau aku gak punya temen di kampus ini, dari pada aku kesepian nungguin kamu gak ada salahnya kan?”

“Iya maen sampe seharian gak ada kabar”ucapnya dengan nada kesal.

“Tuh kan dibahas lagi, kamu tuh gitu loh baperan banget”

“Yaudah yang penting tau batasan, lagian bentar lagi Bimo juga bakal sibuk abis soalnya mau aku angkat jadi ketua BEM Fakultas periode tahun ini”

“Ya ampun baru juga punya temen. Terus dianya mau?”tanyaku kesal

“Belum tau sih, semoga aja mau hehe”balasnya sambil menyengir kuda.

“Udah yok aku anter pulang bentar lagi magrib. Udah nelfon bapak kan kalo kamu pulang telat?”

“Belum hehe”sambil beranjak bangun.

“Hih kamu ini kebiasaan, ntar aku malah dicap jelek lagi bawa anaknya balik magrib teus”ucapnya sambil memegang gemas kepala ku dan menuntunku berjalan menuju tempat parkir untuk segera pulang.

---

#POVBimoPrakoso

Aku melihatnya berjalan bersama kekasihnya. Syukurlah kalau mereka sudah baikan sudah mengurangi beban fikiran walau hanya sedikit. Hati ini sebenarnya panas, sedang ku kondisikan untuk tetap di batas normal. Aku tidak ingin terlalu terpacu dengan hal yang memang tidak terlihat bentuk warnanya, samar yang tidak berwujud. Aku benci itu.

“Eh Bim? Kok di sini? Bukannya tadi kamu pulang?”tanya makhluk ilusi itu yang akhirnya melihat keberadaanku baru saja tiba di tempat parkir.

Organisasiku tiba-tiba mengadakan rapat dadakan yang anggotanya diwajibkan untuk hadir. Jadi, mau-tidak mau aku harus ke kampus lagi untuk menghadiri rapat tersebut. Posisiku juga lumayan penting di situ yaitu menjadi ketua pelaksana dalam pengadaan event tahunan di dalam organisasi kampus tersebut,.

“Ada rapat dadakan Bim?”tanya Bang Fahmi yang sepertinya sudah tahu.

“Iya Bang, gebyar pelajar edukatif ngadain rapat dadakan sehabis magrib nanti”

“Owalah oke duluan ya Bim”ucap Bang Fahmi sambil menstarterkan motor gedenya, kemudian Dea menaiki motor tersebut.

“Bimo duluan ya..”ucap Dea sambil melambaikan tangan ke arahku kemudian motor itu membawanya pergi sampai tidak terlihat lagi dari pandanganku.

“Berharap apa sih Bim?”tanyaku pada diri sendiri.

Related chapters

  • Unknown   Hari yang melelahkan

    ---Sore menjelang malam, langit seakan memberikan isyarat padaku untuk segera pulang. Benar sekali baru ingin beranjak ke parkiran adzan magrib pun berkumandang. Ku belokkan langkahku ke arah masjid untuk menunaikan kewajiban, selesainya baru kulangkah kakiku untuk segera pulang. Belum sempat menghidupkan motor salah satu lengan bersandar dipundakku.“Ngopi dulu yuk bree”kata siapa lagi kalau bukan Radit.“Nggak ah hemat gue”elakku bermaksud malas meladeni.“Aealah niat mau bayarin juga”“Next time deh, capek banget gue mau istirahat”“Lebay amat, kayak lu gak pernah begadang dua hari dua malem rasanya”“Mager gue sumpah dit. Ajak Danu, Bayu, Bagas atau sapa kek”“Nah mereka juga nongki cok bareng kita, mangkanya gue sekalian ajak lo”“Enggak dulu deh. Sumpah lagi gak selera gue”sambil menstrater motor namun dimatikan kembali

    Last Updated : 2021-07-26
  • Unknown   Rumit

    Hari ini aku mendapat jam kuliah pagi, jadi pukul 08.30 aku sudah sampai di kampus. Aku masih berada di parkiran sedang merapihkan rambutku di depan spion motor yang berantakan sehabis melepaskan helm dari kepalaku. Terdengar suara motor besar yang menarik perhatianku, sial itu Bang Rio yang juga baru datang. Aku berusaha tidak memperdulikan keberadaannya dengan terus merapihkan rambutku, sialnya Bang Rio memarkirkan motornya tepat di sebrang motorku. Ia yang melihatku langsung menyunggingkan senyum sinis antara meledek dan memancing emosiku. Aku tetap berusaha tenang tidak peduli dengan perbuatannya.Sebuah lengan merangkul leherku.“Sabar,, yang waras ngalah”ucap orang itu tepat di telingaku.“Ye eluu,, gue amperin ya ke rumah malah udah di sini”aku mengetahui bahwa orang itu Radit langsung menjitak kepalanya.“Nyett Bang Rio itu cuma pengen cari gara-gara, udah gak ada bahan masalah keknya di kampus jadi pengen bikin orang perang,

    Last Updated : 2021-07-31
  • Unknown   Tampak seperti hilang arah

    Bisakah kaki ini melangkah dengan pasti ke arah yang ia sukai?“Bim”suara makhluk ilusi menggema di telingaku.“Bimo..”suara itu kembali bertaut lagi kali ini bertambah dekat.“Bimo hey!”kini suara itu sudah berwujud manusia cantik yang berdiri dihadapanku. Sial sepertinya aku sudah berada di alam bawah sadar.“Hey Bimo kamu kenapa sih?”ucap suara itu sambil mengguncang-guncang tanganku.Aku tersadar dari lamunanku. Sial! ternyata aku masih berada di dunia nyata.“Eh, saya kira tadi saya pingsan”ucapku sambil mengusap gusar wajahku.“Bimo belum sarapan ya? Pucet banget mukanya”Dea mengarahkan tanganya ke dahiku “Bimo sakit?”ucapnya dengan raut wajah khawatir.“E-enggak kok”aku menyingkirkan pelan tangan Dea dari dahiku. “Cuma belum sempet sarapan aja kayaknya”jelasku apa adanya.Dea membuka resleting tasnya k

    Last Updated : 2021-08-10
  • Unknown   Ilusi cantik ku

    Hari ini adalah hari libur, hari dimana aku ingin menjadi orang pemalas di seluruh dunia. Aku tau hari sudah semakin siang, alarm ku sudah berapa kali saja memanggilku untuk segera bangun, namun bolak-balik ku patikan dengan sengaja. Sungguh jangan ada yang menggangguku untuk hari ini saja. Sadar ku dengar seorang mengetuk pintu, aku mencoba mengumpulkan nyawaku untuk segera bangun dari kasur. Aku mencoba berfikir dan teringat sesuatu “ini pasti si Radit, kan dia gak bakal betah lama-lama berantem sama gue”akupun segera membukakan pintu. Betapa kagetnya dengan seorang yang nampak di depanku bukanlah Radit melainkan sosok ilusiku yang tampak seperti nyata berdiri sempurna di hadapanku dengan senyum yang berseri. Jika pertahananku lemah aku bisa saja bertindak gegabah. Aku segera mewaraskan diri untuk bersikap normal. “E-eh kok bisa ke sini? Tau alamat saya dari mana?”tanyaku bingung juga panik. “Dari Danu”ucapnya santai. Aku mencoba berfikir sambil men

    Last Updated : 2021-08-23
  • Unknown   Sebuah trik penguji hati

    Kami bertatapan cukup lama dan akhirnya aku dapat mengumpulkan kesadaranku juga. “E-khem..”aku tersadar kemudian menjauh dari hadapannya berusaha mengatur nafas dan detak jantungku. Suasana mulai canggung. Dea terlihat mencuri-curi pandang padaku dan aku pura-pura tidak melihat seperti tidak pernah terjadi apa-apa. “Bim...”panggil Dea seperti butuh penjelasan “Keknya kamu pulang deh”potongku terburu. “Hah? Kok?”tanyanya kebingungan. “Takutnya Bang Fahmi nyariin kan repot saya, ini udah siang juga” “Ngusir nih?” “Ya enggak. Kalo kita kena masalah kita berdua yang kerepotan” “Kamu segitu takutnya ya sama Bang Fahmi?” “Cuma berusaha mencegah masalah saya gak mau ambil pusing, hidup saya udah ribet” “Oh oke, aku pulang Assalamualaikum.”ucapnya yang langsung beranjak meninggalkan kosanku, kemudian perlahan menghilang dari pandanganku. Dea terlihat kesal dengan ucapanku. Apakah ini salah?

    Last Updated : 2021-08-29
  • Unknown   Bertemu Ilusi

    Aku bukan penganut kepercayaan tentang cinta pada pandangan pertama. Jelas itu hanya nafsu yang terpancar saat menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Aku tidak bisa munafik pada seni indah di parasnya itu. Bila kubilang dia wanita paling cantik di dunia pun tidak masalah. Sebab nafsuku benar gila ternyata.Dia sempat menjadi penguasa hati. Aku juga sempat munafik untuk mengartikan rasa ini. Bukan lagi nafsu bila berurusan dengan hati. Harusnya aku tidak banyak gengsi. Karna yang harus di lakukan oleh manusia waras adalah syukuri atas apa yang Tuhan beri. Jangan banyak berasumsi dengan hal yang bersifat fiksi, kamu hanya akan terperangkap di ruang imajinasi. Itu kata risalah hati.Dia sempat kumiliki. Aku sempat menjadi sandaran, sempat menjadi orang yang dikasihi, sempat menjadi yang paling dibanggakan. Dengannya aku menyadari ada hal indah di balik dunia yang fana. Ada hal istimewa menjadi sosok manusia. Ada yang paling sempurna dari cinta yang sederh

    Last Updated : 2021-04-28
  • Unknown   Terperangkap Oleh Ilusi

    “Diem aja? Canggung ya?”tanyanya memecahkan keheningan kami di atas motor tuaku yang sedang berjalan menuju rumahnya.“Emh,, ya gimana mbanya pacar senior saya”balasku agak gugup.“Tapi saya seumuran kamu kok, angkatan 17 kan?”tanyanya memastikan.“Owalah seumuran toh, bagus deh”balasku juga seadanya masih berusaha fokus mengendarai motor dan fokus menjaga degup kencang dari jantungku.“Bagus kenapa?”tanyanya berusaha memastikan.“Bagus, jadi ngurangin kadar kecanggungan hehe”“Bisa ketawa juga toh?”“Saya bukan sejenis patung mba”“Mba lagi, kan dibilang kita seumuran”“Kalo saya panggil Dea emang boleh?”“Ya boleh lah nama aku emang Adira Dealova kamu bisa manggil aku Dira, Dea, atau Lova, senyamannya kamu aja Bim. Iss.. Bimo ini loh”jelasnya sambil tertawa kecil. Kulihat dia dari k

    Last Updated : 2021-04-29
  • Unknown   Ilusi yang Menyebalkan

    Ilusi ini memang tidak mau pergi. Malah meledek aku yang dengan susah payahnya menghindar. Dia justru berdiri sebagai pawang, dengan sejuta pesonanya yang menawan. Jadi apa salahku menikmati anugrah Tuhan yang indah ini. Aku tidak akan melanggar hukum alam. Akan ku pastikan semuanya baik-baik saja.“Dea..”sapaku padanya yang sedari ku lihat sedang berjalan ke arah gerbang kampus.“Bimo?”tanyanya heran karna melihatku tiba-tiba menghampirinya.“Belum jadi makan kan?”tanyaku yang semoga sesuai dengan yang ku mau.“Kok tau?”tanyanya kebingungan yang berhasil membuat senyumku mengembang.“Tadi saya lihat kamu malah balik ke kelas lagi, ayuk makan saya lapar sekarang”ajakku sambil terus berjalan di sampingnya.“Makan ke kantin kan?”tanyanya memastikan.“Diluar aja yuk, bosen makan makanan kantin g

    Last Updated : 2021-05-01

Latest chapter

  • Unknown   Sebuah trik penguji hati

    Kami bertatapan cukup lama dan akhirnya aku dapat mengumpulkan kesadaranku juga. “E-khem..”aku tersadar kemudian menjauh dari hadapannya berusaha mengatur nafas dan detak jantungku. Suasana mulai canggung. Dea terlihat mencuri-curi pandang padaku dan aku pura-pura tidak melihat seperti tidak pernah terjadi apa-apa. “Bim...”panggil Dea seperti butuh penjelasan “Keknya kamu pulang deh”potongku terburu. “Hah? Kok?”tanyanya kebingungan. “Takutnya Bang Fahmi nyariin kan repot saya, ini udah siang juga” “Ngusir nih?” “Ya enggak. Kalo kita kena masalah kita berdua yang kerepotan” “Kamu segitu takutnya ya sama Bang Fahmi?” “Cuma berusaha mencegah masalah saya gak mau ambil pusing, hidup saya udah ribet” “Oh oke, aku pulang Assalamualaikum.”ucapnya yang langsung beranjak meninggalkan kosanku, kemudian perlahan menghilang dari pandanganku. Dea terlihat kesal dengan ucapanku. Apakah ini salah?

  • Unknown   Ilusi cantik ku

    Hari ini adalah hari libur, hari dimana aku ingin menjadi orang pemalas di seluruh dunia. Aku tau hari sudah semakin siang, alarm ku sudah berapa kali saja memanggilku untuk segera bangun, namun bolak-balik ku patikan dengan sengaja. Sungguh jangan ada yang menggangguku untuk hari ini saja. Sadar ku dengar seorang mengetuk pintu, aku mencoba mengumpulkan nyawaku untuk segera bangun dari kasur. Aku mencoba berfikir dan teringat sesuatu “ini pasti si Radit, kan dia gak bakal betah lama-lama berantem sama gue”akupun segera membukakan pintu. Betapa kagetnya dengan seorang yang nampak di depanku bukanlah Radit melainkan sosok ilusiku yang tampak seperti nyata berdiri sempurna di hadapanku dengan senyum yang berseri. Jika pertahananku lemah aku bisa saja bertindak gegabah. Aku segera mewaraskan diri untuk bersikap normal. “E-eh kok bisa ke sini? Tau alamat saya dari mana?”tanyaku bingung juga panik. “Dari Danu”ucapnya santai. Aku mencoba berfikir sambil men

  • Unknown   Tampak seperti hilang arah

    Bisakah kaki ini melangkah dengan pasti ke arah yang ia sukai?“Bim”suara makhluk ilusi menggema di telingaku.“Bimo..”suara itu kembali bertaut lagi kali ini bertambah dekat.“Bimo hey!”kini suara itu sudah berwujud manusia cantik yang berdiri dihadapanku. Sial sepertinya aku sudah berada di alam bawah sadar.“Hey Bimo kamu kenapa sih?”ucap suara itu sambil mengguncang-guncang tanganku.Aku tersadar dari lamunanku. Sial! ternyata aku masih berada di dunia nyata.“Eh, saya kira tadi saya pingsan”ucapku sambil mengusap gusar wajahku.“Bimo belum sarapan ya? Pucet banget mukanya”Dea mengarahkan tanganya ke dahiku “Bimo sakit?”ucapnya dengan raut wajah khawatir.“E-enggak kok”aku menyingkirkan pelan tangan Dea dari dahiku. “Cuma belum sempet sarapan aja kayaknya”jelasku apa adanya.Dea membuka resleting tasnya k

  • Unknown   Rumit

    Hari ini aku mendapat jam kuliah pagi, jadi pukul 08.30 aku sudah sampai di kampus. Aku masih berada di parkiran sedang merapihkan rambutku di depan spion motor yang berantakan sehabis melepaskan helm dari kepalaku. Terdengar suara motor besar yang menarik perhatianku, sial itu Bang Rio yang juga baru datang. Aku berusaha tidak memperdulikan keberadaannya dengan terus merapihkan rambutku, sialnya Bang Rio memarkirkan motornya tepat di sebrang motorku. Ia yang melihatku langsung menyunggingkan senyum sinis antara meledek dan memancing emosiku. Aku tetap berusaha tenang tidak peduli dengan perbuatannya.Sebuah lengan merangkul leherku.“Sabar,, yang waras ngalah”ucap orang itu tepat di telingaku.“Ye eluu,, gue amperin ya ke rumah malah udah di sini”aku mengetahui bahwa orang itu Radit langsung menjitak kepalanya.“Nyett Bang Rio itu cuma pengen cari gara-gara, udah gak ada bahan masalah keknya di kampus jadi pengen bikin orang perang,

  • Unknown   Hari yang melelahkan

    ---Sore menjelang malam, langit seakan memberikan isyarat padaku untuk segera pulang. Benar sekali baru ingin beranjak ke parkiran adzan magrib pun berkumandang. Ku belokkan langkahku ke arah masjid untuk menunaikan kewajiban, selesainya baru kulangkah kakiku untuk segera pulang. Belum sempat menghidupkan motor salah satu lengan bersandar dipundakku.“Ngopi dulu yuk bree”kata siapa lagi kalau bukan Radit.“Nggak ah hemat gue”elakku bermaksud malas meladeni.“Aealah niat mau bayarin juga”“Next time deh, capek banget gue mau istirahat”“Lebay amat, kayak lu gak pernah begadang dua hari dua malem rasanya”“Mager gue sumpah dit. Ajak Danu, Bayu, Bagas atau sapa kek”“Nah mereka juga nongki cok bareng kita, mangkanya gue sekalian ajak lo”“Enggak dulu deh. Sumpah lagi gak selera gue”sambil menstrater motor namun dimatikan kembali

  • Unknown   Sadar

    Aku terus berjalan menyusuri jalanan kampus yang entah akan membawaku kemana. Pikiranku jadi kusut dari sehabis menemui Bang Fahmi. Pesan dari kata-katanya membuatku gila untuk memikirkan nasibku depannya. Akupun memilih untuk pulang saja, jadi ku langkahkan kaki menuju ke tempat parkir. Sialnya aku bertemu Dea sedang termenung di bangku taman. Niatku tidak ingin memperdulikannya tetapi hati ini tidak tega. Akhirnya akupun menemuinya.“Ngapain?”tanyaku yang tiba-tiba muncul.“Eh Bimo?”ucapnya membuka tangkupan tangan dari wajahnya. Aku tau dia habis menangis terlihat jelas di matanya yang sembab.“Eh-enggak”Dea menggeleng kaku.“berarti iya”aku mencoba duduk di sampingnya.“Abis ngadep Bang Fahmi nih saya”“Dimarahin ya?”tanyanya penasaran sambil menghadapku dan menatapku intens.“Cuma dikasih peringatan supaya gak bawa pegi ceweknya sembarangan lagi”j

  • Unknown   Mistake

    Sesampainya di kostsan aku seperti ingin mengutuk diriku. Wahai Bimo apa-apaan ini? Kamu bukanlah orang yang sangat penurut bukan? Merawat kucing? Kamu merawat dirimu saja tidak becus. Aku terus memaki-maki frustasi diriku sendiri lalu terduduk di hadapan anakan kucing itu, dan terdiam menatapnya.“Heh,, emangnya lo mau sama gue?”ucapku ke anak kucing itu yang terlihat bingung menatapku.Drtttt... Drtttt... Handphoneku yang sedang aku cas di atas meja belajar berbunyi pertanda ada satu pesan masuk. Sejak bersama Dea tadi ternyata hanphoneku mati bukan karna lowbat tapi sengaja ku matikan saja, dan baru ku aktifkan lagi saat ingin mengecas handphone.Ku lirik siapa yang mengirim pesan. Aku langsung menyunggingkan senyum saat mengetahui pesan itu dari Dea.Bim.. jangan lupa dikasi makan ya Mikunya. Makanannya ada di dalam tasnya juga kok aku taruh di sana. Sekali lagi makasi ya udah mau ngasuh Miku-ujar pesannya.Miku? Ya ampun d

  • Unknown   Ilusi yang Menyebalkan

    Ilusi ini memang tidak mau pergi. Malah meledek aku yang dengan susah payahnya menghindar. Dia justru berdiri sebagai pawang, dengan sejuta pesonanya yang menawan. Jadi apa salahku menikmati anugrah Tuhan yang indah ini. Aku tidak akan melanggar hukum alam. Akan ku pastikan semuanya baik-baik saja.“Dea..”sapaku padanya yang sedari ku lihat sedang berjalan ke arah gerbang kampus.“Bimo?”tanyanya heran karna melihatku tiba-tiba menghampirinya.“Belum jadi makan kan?”tanyaku yang semoga sesuai dengan yang ku mau.“Kok tau?”tanyanya kebingungan yang berhasil membuat senyumku mengembang.“Tadi saya lihat kamu malah balik ke kelas lagi, ayuk makan saya lapar sekarang”ajakku sambil terus berjalan di sampingnya.“Makan ke kantin kan?”tanyanya memastikan.“Diluar aja yuk, bosen makan makanan kantin g

  • Unknown   Terperangkap Oleh Ilusi

    “Diem aja? Canggung ya?”tanyanya memecahkan keheningan kami di atas motor tuaku yang sedang berjalan menuju rumahnya.“Emh,, ya gimana mbanya pacar senior saya”balasku agak gugup.“Tapi saya seumuran kamu kok, angkatan 17 kan?”tanyanya memastikan.“Owalah seumuran toh, bagus deh”balasku juga seadanya masih berusaha fokus mengendarai motor dan fokus menjaga degup kencang dari jantungku.“Bagus kenapa?”tanyanya berusaha memastikan.“Bagus, jadi ngurangin kadar kecanggungan hehe”“Bisa ketawa juga toh?”“Saya bukan sejenis patung mba”“Mba lagi, kan dibilang kita seumuran”“Kalo saya panggil Dea emang boleh?”“Ya boleh lah nama aku emang Adira Dealova kamu bisa manggil aku Dira, Dea, atau Lova, senyamannya kamu aja Bim. Iss.. Bimo ini loh”jelasnya sambil tertawa kecil. Kulihat dia dari k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status